Travelling Indonesia – Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat indah. Di balik keindahan alamnya tersebut, Indonesia juga menyimpan ragam budaya, adat istiadat, dan juga tradisi yang hingga saat ini masih terjaga kelestariannya.
Tradisi sendiri merupakan adat istiadat yang secara turun temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat setempat. Tradisi di setiap daerah pasti memiliki keunikan tersendiri, salah satunya tradisi Lompat Batu yang berasal dari Nias.
Tradisi lompat batu disebut hombo atau fahombo dilakukan suku Nias, Provinsi Sumatra Utara. Tradisi ini hanya dilakukan oleh laki-laki.
Tradisi ini bisa ditemukan Desa Bawomataluo. Desa adat di Kabupaten Nias Selatan yang kental dengan tradisi Lompat Batu.
Bawomataluo dalam bahasa Nias berarti bukit matahari. Penamaan desa tersebut sesuai dengan nama letaknya yang berada di atas bukit dengan ketinggian 324 meter di atas permukaan laut. Desa ini telah dibangun berabad-abad yang lalu.
Kabupaten Nias Selatan mempunyai luas wilayah 1.825,2 km2. Wilayahnya berada di bagian barat pulau Sumatra dengan jarak kurang lebih 92 mil dari Sibolga atau Kabupaten Tapanuli Tengah.
Asal-Usul Lompat Batu Nias
Fahombo merupakan tradisi berupa melompati batu yang berasal dari Nias. Konon, pada saat masa kerajaan masih berdiri, sering terjadi peperangan antar wilayah. Dulu ketika masih ada peperangan wilayah, mereka diharuskan untuk memanjat pagar yang tinggi agar dapat mencapai benteng lawan. Maka dari itu, syarat bagi masyarakat yang akan ikut berperang sebagai prajurit adalah harus bisa melewati tumpukan batu setinggi 2 meter. Jika bisa melewati tumpukan batu tersebut, maka dianggap dewasa dan matang secara fisik.
Fungsi Tradisi Lompat Batu Nias
Zaman sekarang, tradisi melompati batu tidak lagi dijadikan untuk syarat sebagai prajurit. Tradisi ini digunakan sebagai media para pemuda di Nias untuk menunjukkan kedewasaan secara fisik.
Tradisi ini digunakan untuk menguji ketangkasan pemuda. Masyarakat memaknai tradisi ini sebagai proses pendewasaan bagi pemuda dan pembentukan karakter yang kuat untuk menjalani kehidupan.
Untuk melakukan ritual ini, dibutuhkan latihan yang keras dan cukup waktu untuk melakukannya. Sehingga akan sangat membanggakan apabila ada pemuda yang berhasil melewati batu dengan sempurna. Bahkan bagi mereka yang berhasil melakukan tradisi tersebut akan merayakan keberhasilannya dengan syukuran adat.
Dalam perkembangannya sampai sekarang, lompat batu masih dilestarikan dan juga menjadi simbol budaya masyarakat Nias. Tradisi ini juga masih sering dilakukan oleh beberapa kampung di Nias. Selain sebagai ritual adat, tradisi ini juga menjadi daya tarik para wisatawan yang sedang berkunjung ke Nias.
Untuk pelaksanaan tradisi ini, biasanya akan diadakan pada waktu yang sudah ditentukan oleh para warga. Pesertanya hanya pemuda yang beranjak dewasa. Lokasinya berada di tempat khusus yang ditandai dengan batu dengan tinggi 2 meter dan ketebalannya 40 cm.
Tempat yang digunakan juga secara turun temurun. Para warga juga ikut menyaksikan tradisi ini. Para pemuda yang akan mengikuti tradisi tersebut akan menggunakan baju adat pejuang Nias. untuk melakukan lompatan, pemuda tersebut akan mengambil ancang-ancang lalu berlari kencang dan menginjakkan kaki pada sebuah batu tumpuan. Setelah itu melompat setinggi batu dan tidak boleh menyentuh batu saat melompat. Jika menyentuh batu, maka lompatan tidak sah.
Tak hanya sekedar ritual adat, tradisi ini juga memiliki nilai-nilai yang terkandung, di antaranya adalah:
1. Nilai Kehidupan
Nilai kehidupan bisa dilihat dari pembentukan karakter yang menentukan kedewasaan seseorang untuk menjalani kehidupan, khususnya laki-laki.
2. Nilai Budaya
Tradisi yang masih dilestarikan sampai sekarang adalah bentuk apresiasi terhadap leluhur dan nenek moyang masyarakat di sana.
3. Nilai Kebersamaan
Saat tradisi diadakan, masyarakat akan berkumpul dan menyaksikan serta memeriahkan ritual tersebut. Dengan berkumpulnya masyarakat, tentu antusias kebersamaan ini terlihat dari mereka untuk menjadi saksi digelarnya tradisi ini.
Kini, tradisi lompat batu bukan untuk persiapan perang antar suku atau antar desa tetapi sebagai ritual dan simbol budaya orang Nias.
Tradisi ini menjadi atraksi budaya untuk mengisi acara yang biasanya ditampilkan bersama atraksi tari perang, yang merupakan saduran dari peperangan di masa lampau.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami Instagram, Facebook dan Twitter.