Travelling Indonesia – Selain populer dengan ragam keseniannya, Jawa Tengah juga menyimpan potensi wisata yang tak kalah menariknya di daerah lain. Jika Anda berkunjung ke Purwodadi, tidak ada salahnya untuk berkunjung ke tempat wisata Bledug Kuwu yang menyimpan pemandangan cukup eksotis.
Bisa dibilang, tempat wisata ini cukup unik. Beberapa wisatawan bahkan menobatkan tempat ini sebagai miniatur Salt Lake yang terdapat di Amerika Serikat. Letupan letupan lumpur yang terdapat di kawasan wisata inilah yang menjadikan tempat wisata ini berbeda dari yang lainnya.
Untuk bisa mengunjungi tempat ini Anda bisa menempuh perjalanan darat dari Semarang melalui Purwodadi sampai ke desa Kluwu. Pemandangan selama perjalanan menuju tempat ini seperti hamparan sawah hijau serta hijaunya langit dan juga bukit-bukit seakan menjadi bonus tambahan yang sayang untuk dilewatkan.
Obyek wisata nan unik ini berlokasi di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, atau berjarak sekitar 30 kilometer ke arah timur Purwodadi. Menjelang siang, saat sinar Sang Surya mulai menyengat tubuh, satu per satu pengunjung terus berdatangan ke obyek wisata unggulan di Grobogan ini.
Ketika awal menginjakkan kaki memasuki kawasan Bledug Kuwu, hamparan lahan kosong seluas 45 hektar terpampang di depan mata. Pengunjung pun diarahkan untuk maju perlahan menuju ke arah asap yang telah mengepul di atas bentangan tanah yang luas.
Semakin kita mendekat, semakin nyaring terdengar bunyi ledakan nan dahsyat. Jangan terlalu dekat, sewajarnya saja, untuk menghindari hal yang tak diinginkan.
Sungguh pemandangan yang luar biasa. Mata kita dibuat takjub oleh letupan-letupan lumpur berselimut asap putih dari dalam tanah. Bersamaan itu pula jelas terdengar suara hentakannya seperti dentuman meriam yang menggelegar dari kejauhan.
Sayup-sayup juga terdengar bunyi selayaknya air dalam suhu mendidih. Semburan-semburan lumpur itu bervariasi, bahkan terkadang ada yang setinggi tiga meter dan sebesar balon udara.
Lokasinya pun berubah-ubah, namun secara periodik letupan-letupan itu terus menerus bermunculan. Setengah menit sekali kita bisa mendengar dan menyaksikan fenomena menakjubkan yang keluar dari perut bumi itu.
Saat menyaksikan semburan lumpur berwarna hitam itu, kita harus berhati-hati supaya tak terperosok. Meski tanah yang dipijak secara kasat mata keras, namun di dalamnya masih berupa lumpur. Sesekali tanah terasa bergoyang.
Obyek wisata Bledug Kuwu dikelola Pemerintah Kabupaten Grobogan sejak 1983. Jumlah pengunjung terus mengalami peningkatan signifikan setiap tahunnya.
Sayangnya destinasi yang memesona ini tak dibarengi dengan fasilitas-fasilitas penunjang yang memadai. Beberapa gazebo ala kadarnya yang tersedia sudah tak lagi layak. Gazebo telah rusak dan usang dimakan usia.
Jembatan bambu sebagai sarana menuju lokasi letupan juga sudah hancur sana-sini. Terlebih, banyak sampah berserakan yang ditemukan. Musala hingga MCK juga kurang dipercantik.
Fenomena unik lain dari Bledug Kuwu adalah air yang terkandung dalam lumpur tersebut ternyata mengandung garam. Hal ini menjadi menarik lantaran lokasi Bledug Kuwu ini berlokasi sangat jauh dari laut.
Oleh warga setempat, dijadikan ladang penghasilan dengan cara membuat garam melalui cara tradisional. Air semburan lumpur yang mengandung garam oleh penduduk dialirkan melalui parit buatan dan ditampung pada sebuah kolam.
Air tersebut ditimba dan diisikan ke dalam klakah (batang bambu yang dibelah menjadi dua). Klakah-klakah yang sudah terisi air selanjutnya dijemur di bawah terik matahari hingga membentuk kristal-kristal garam.
Legenda Masyarakat
Mitologi masyarakat setempat menyebutkan jika fenomena Bledug Kuwu terjadi karena adanya lubang yang menghubungkan tempat itu dengan Laut Selatan.
Sebelum Aji Saka memimpin Medang Kamolan, kerajaan ini dipimpin seorang raja yang sakti namun arogan dan bengis. Namanya Prabu Dewata Cangkar.
Ia dikenal raja yang jalim. Siapapun yang membangkang akan dibunuh. Konon Dewata Cangkar juga senang memakan daging dan meminum darah manusia.
Kejalimannya itu membuat warga murka. Berbagai cara untuk menumbangkan Dewata dilakukan, namun tak berhasil. Hingga suatu saat datanglah seorang ksatria suku Shaka dari Jambudwipa alias India.
Banyak warga yang mengadu tentang kekejaman Dewata itu kepada Aji Saka. Aji Saka lalu bertekad menghentikan kejaliman Dewata. Aji pun menantang Dewata untuk adu kesaktian.
Ajakan itu diladeni Dewata. Sebelum adu kesaktian, Dewata menjanjikan memberikan separuh wilayah Medang Kamolan kepada Aji Saka jika menang. Namun sebaliknya, jika Aji Saka kalah, tubuhnya akan dilahap.
Kepada Dewata Cengkar, Aji Saka berpesan untuk mengubur tulang tubuhnya selebar ikat kepala yang sedang ia pakai. Lalu, ia melepas ikat kepalanya dan meletakkan di tanah.
Begitu ikatan kepala Aji Saka diletakkan di tanah tiba-tiba sesuatu yang aneh terjadi. Ikatan kepala itu melebar dan membentuk lubang. Dewata tercebur dan berubah wujud menjadi buaya putih. Dewata pun lalu hanyut ke Laut Selatan.
Menganggap Dewata telah musnah, rakyat Kuwuh meminta Aji Saka menjadi raja. Saat Aji Saka menjadi raja itulah tiba-tiba muncul Jaka Linglung yang berwujud seekor naga yang mengaku anak Aji Saka.
Melihat wujudnya itu, Aji Saka mengusirnya secara halus. Kepada Jaka, Aji meminta agar membunuh buaya putih jelmaan Dewata. Jika Jaka berhasil, Aji bersedia mengakuinya menjadi anak.
Agar tak mengganggu ketenangan warga, Aji meminta Jaka untuk menelusuri Dewata melalui lubang tempat Dewata tercebur. Jaka menyanggupi syarat itu.
Ia menyusuri lubang itu dan berhasil menemukan Dewata yang menjelma menjadi buaya putih. Jaka pun berhasil membunuh buaya itu. Untuk membuktikan keberhasilannya, Jaka membawa rumput grintig wulung dan air laut yang akan diberikan kepada Aji Saka.
Rupanya, Jaka lupa arah menuju Kerajaan Medang Kamolan. Beberapa kali ia muncul untuk memastikan letak Kerajaan Medang Kamolan.
Awslnya ia muncul di Desa Ngembak (kini wilayah Kecamatan di Purwodadi), lalu di Jono (Kecamatan Tawangharjo), kemudian di Grabagan, Crewek, dan terakhir di Kuwu (ketiganya masuk Kecamatan Kradenan). Kemunculan Jaka ini yang menyisakan lubang-lubang itu.
Legenda dan fenomena letupan itu tampaknya menarik pengunjung mendatangi Bledug Kuwu. Hingga akhirnya pada 1983 Pemda Gerobogan menjadikan lokasi yang luasnya 45 hektare ini menjadi tempat wisata.
Fenomena Alam
Menurut ahli geologi, fenomena Bledug Kuwu ini merupakan fenomena berkala akibat adanya gas alam dan lumpur panas yang dikeluarkan dari perut bumi.
Berbeda dengan Lumpur Sidoarjo yang terbentuk akibat kecelakaan pemboran minyak bumi, Bledug Kuwu terbentuk akibat adanya kubah garam (diapir) serta kondisi tekanan kapiler batuan yang melebihi kemampuan batuan menahan tekanan (overpressure).
Lumpur Bledug Kuwu sendiri berasal dari Formasi Kerek yang dominan tersusun dari batu lempung yang terendapkan di lingkungan laut dalam dan juga dari Formasi Kalibeng yang terendapkan pada lingkungan transisi.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram https://instagram.com/travellingindonesiacom?igshid=YmMyMTA2M2Y, Facebook https://www.facebook.com/groups/392631742735837/?ref=share, dan Twitter https://twitter.com/travell_in?t=lhFS4MS7pr5q0UBGCiZSdA&s=09.