Travelling Indonesia – Pemerintah Provinsi Riau bersama Kabupaten Siak akan menggelar Tour de Siak pada 1-4 Desember 2022. Agenda sport tourism yang sempat terhenti selama pandemi Covid-19 ini kembali berlangsung dengan mendatangkan pesepeda dari dalam dan luar negeri.
Gubernur Riau Syamsuar mengatakan, agenda Tour de Siak tahun ini berbeda dari sebelumnya karena ada andil pemerintah provinsi di dalamnya.
“Ini merupakan kolaborasi antara pemerintah provinsi dengan pemerintah Kabupaten Siak,” kata Syamsuar di Pekanbaru.
Tujuan acara wisata olah raga ini, menurut dia, mengenalkan Provinsi Riau terutama Kabupaten Siak hingga mancanegara, sekaligus membantu pemulihan ekonomi.
“Kami perlu membangkitkan kembali event pariwisata setelah pandemi Covid-19 mereda,” ujarnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Tata Ruang, dan Permukiman Kabupaten Siak, Irving Kahar mengatakan Tour de Siak pertama kali berlangsung pada 2013 saat Syamsuar menjabat Bupati Siak. Syamsuar pernah menjabat Bupati Siak selama dua periode, yakni 2011 hingga 2019.
Kabupaten Siak merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis dan terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999. Undang-undang itu mengatur tentang pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi, dan Kota Batam. Ibu kota Kabupaten Siak adalah Siak Sri Indrapura. Kawasan ini adalah pusat Kerajaan Siak Sri Indrapura yang berdiri pada tahun 1723 Masehi.
Irving Kahar menjelaskan, Provinsi Riau menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) pada 2012. Saat itu, Kabupaten Siak bertugas menyiapkan venue untuk balap sepeda dan sepatu roda.
“Ketika kami menyiapkan sarana balap sepeda untuk PON, tercetus gagasan bagaimana supaya jalan ini tetap terjaga. Caranya, membuat event dengan memanfaatkan jalan yang sudah ada. Dari situlah dimulai Tour de Siak pada 2013,” kata Irving yang menjabat Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Tata Ruang, dan Permukiman Kabupaten Siak sejak 2011.
Ketika itu, pemerintah Kabupaten Siak belum tahu bagaimana cara menggelar event olah raga. Mereka kemudian berkoordinasi dengan Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI). “Kami belajar juga dari pelaksanaan Tour de Singkarak,” ujarnya.
Tak hanya bertujuan memelihara infrastruktur jalan, Irving Kahar melanjutkan, Tour de Siak juga mengenalkan Kabupaten Siak sebagai Kota Pusaka yang merupakan pusat Kerajaan Siak Sri Indrapura. Di sana terdapat tiga jembatan besar dan istana Siak yang dapat menjadi daya tarik wisata.
Tiga jembatan itu adalah Jembatan Sultan Abdul Djalil Rachmadsyah, Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah, dan Jembatan Sultan Syarif Hasyim. Jembatan Sultan Abdul Djalil Rachmadsyah merupakan jembatan terpanjang di Indonesia untuk kategori jenis rangka baja pelengkung.
Nama jembatan ini diambil dari nama Raja Kesultanan Siak I, yaitu Sultan Abdul Jalil Syah atau Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I. Dia juga juga dikenal dengan panggilan Raja Kecik atau Raja Kecil.
Adapun nama Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah diambil dari nama gelar permaisuri Sultan Syarif Kasim II atau sultan terakhir di Kerajaan Siak. Sultan Syarif Kasim II menjadi nama bandara internasional di Provinsi Riau.
Sementara Jembatan Sultan Syarif Hasyim yang populer dengan sebutan Jembatan Perawang adalah nama ayah dari Sultan Syarif Kasim II. Itu sebabnya, Irving melanjutkan, logo Tour de Siak memuat gambar kerajaan dan tiga jembatan tadi.
Tour de Siak terus meraih sukses dan naik pamor. Hingga PB ISSI membawa pembalap yang biasa terjun dalam Tour de Singkarak, Tour de Ijen, dan event olah raga sepeda lainnya untuk mengikuti Tour de Siak. Hingga pada 2016, Tour de Siak masuk dalam United Cycling International (UCI).
Acuan UCI, menurut Irving, karena Kabupaten Siak menjadi tuan rumah Kejuaraan BMX ASEN pada 2015.
“BMX ASEAN ini beda kelas karena pesertanya dipersiapkan untuk mengikuti Olimpiade,” ujarnya.
Pelaksanaan Tour de Siak sempat mengalami kendala pada 2018 karena terjadi kebakaran hutan dan lahan. Panitia kemudian memperpendek jarak tempuhnya. Lantas pada 2019 mulai merebak pandemi Covid-19 dan event tersebut terpaksa terhenti. Dan pada 1-4 Desember 2022 nanti, Tour de Siak kembali berlangsung dengan rute etape yang berbeda dari sebelumnya.
Sebelum 2022, pemerintah Kabupaten Siak menerapkan tiga etape yang semuanya berada di kabupaten. Etape pertama dari Istana Siak ke Jembatan Sultan Abdul Djalil Rachmadsyah. Etape kedua dari Istana Siak ke Perawang lalu kembali ke Istana Siak. Etape ketiga city race atau keliling kota Siak.
“Intinya, kami ingin memamerkan infrastruktur dan peninggalan Kerajaan Siak,” katanya.
Melalui Tour de Siak, para pembalap dan wisatawan bisa mengetahui kalau di Kabupaten Siak terdapat istana, balai kerapatan adat, pasar china town, jembatan yang megah, dan Siak merupakan Kota Pusaka Nasional.
Dalam menjaga kondisi jalan untuk pelaksanaan Tour de Siak, Irving mengatakan, dinas menerapkan swakelola jalan dan memiliki tim Unit Reaksi Cepat (URC) Bina Marga.
“Tim ini akan langsung bekerja memperbaiki jalan yang rusak,” katanya.
Dinas Pekerjaan Umum juga bekerja sama dengan Dinas Perhubungan, terutama dalam menjaga kondisi jalan yang sering dilintasi oleh truk-truk besar pengangkut kelapa sawit. Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Siak, Junaidi mengatakan, terdapat 12 titik jalan yang rawan dilewati truk Over Dimension Over Load (ODOL).
“Kami sudah mengepung titik-titik itu dengan kamera CCTV,” kata Junaidi.
Di titik-titik tersebut, petugas memasang kamera pengintai dan memantau pergerakan kendaraan berat, terutama truk ODOL.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Facebook, Twitter dan TikTok.