Travelling Indonesia – Lawang Sewu merupakan rangkaian kata yang berasal dari bahasa daerah yaitu Jawa, Lawang Sewu jika diterjemahkan memiliki arti 1000 pintu. Bangunan yang menjadi ikon ini adalah gedung bersejarah di Tanah Air yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah.
Gedung yang dahulu digunakan sebagai kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), dinamakan Lawang Sewu karena gedung ini memiliki pintu yang sangat banyak, walau pada kenyataan jumlah pintu Lawang Sewu hanya sekitar kurang 430 pintu, tidak mencapai 1000.
Ada pintu ada pula jendela, jendela yang ada di Lawang Sewu ini tinggi dan lebar, mirip dengan pintu. Masyarakat yang berwisata ke Lawang Sewu kadang keliru dalam membedakan jendela dengan pintu.
Sejarah Lawang Sewu
Lawang Sewu, sebuah bangunan kuno dan megah berlantai dua ini dibangun di atas lahan seluas 14.216 m2 pada 27 Februari 1904 dengan nama lain Het hoofdkantoor van de Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij, atau dalam bahasa Indonesia artinya Kantor Pusat Perusahaan Kereta Api India Timur Belanda milik NIS.
Pembangunan ini didasari perihal perluasan kantor perusahaan NIS. Pada 1864, jalur kereta api di Indonesia pertama kali dibangun untuk menghubungkan stasiun Semarang NIS dan Stasiun Tanggung. Karena semakin berkembang, pada 1873 diperpanjang untuk menghubungkan Semarang, Solo dan Yogyakarta.
Tujuan awal dari pembangunan jalur kereta api ini adalah untuk mengangkut hasil perkebunan dan pertanian dari daerah kekuasaan keraton Solo dan Yogyakarta atau Voorstenlanden menuju ke pelabuhan Semarang. Dapat dilihat bahwa perkembangan dari perusahaan NIS ini pastinya juga menambah jumlah pegawai saat itu.
Mengingat gedungnya tidak cukup memadai dengan bertambahnya jumlah pekerja maka NIS memutuskan untuk membangun kantor administrasi baru di Semarang, yaitu Lawang Sewu.
Perencanaan pembangunan gedung Lawang Sewu saat itu dipercayakan pembangunannya kepada Prof. Jacob F. Klinkhamer dan B.J Queendag yang berada di Amsterdam.
Namun, bangunan Lawang Sewu ini juga difungsikan sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah Kementerian Perhubungan Jawa Tengah, setelah Indonesia Merdeka. Juga dipakai dan digunakan sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKRAI).
Bangunan Lawang Sewu ini juga memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsungnya peristiwa pertempuran lima hari atau Palagan Limang Dina di Semarang pada 14 Oktober hingga 19 Oktober 1945.
Gedung Lawang Sewu ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA, kepanjangan dari Angkatan Muda Kereta Api, melawan Kempetai dan Kidobutai asal Jepang.
Ruang Bawah Tanah Lawang Sewu
Sebelum Indonesia merdeka, ketika Belanda menyerah tanpa syarat pada pihak Jepang, bangunan Lawang Sewu ini dikuasai oleh tentara Jepang, ruang bawah tanah yang sebelumnya digunakan oleh Belanda sebagai pendingin alami untuk bangunan dan terdapat genangan air bersih, digunakan oleh Jepang sebagai penjara bawah tanah. Dalam sebuah ruangan yang sempit itu, para tawanan perang dipaksa masuk ke dalam sel.
Konon katanya ruangan bawah tanah yang tergenang oleh air itu bisa mencapai setinggi leher orang dewasa. Lantas, Lawang Sewu seketika berubah menjadi tempat yang menyeramkan kala itu.
Wisata Malam Lawang Sewu
Sejarah Lawang Sewu yang bisa dikatakan kelam ini, membuat gedung tersebut dijadikan tempat untuk uji nyali. Alasannya, di Lawang Sewu sering terlihat penampakan makhluk halus, kejadian-kejadian misterius hingga momen kesurupan yang dialami pengunjung Lawang Sewu.
Dengan uraian kisah tersebut, banyak pengunjung memilih untuk berwisata malam di Lawang Sewu. Namun sekarang gedung Lawang Sewu sudah terang benderang dengan dihiasi lampu-lampu cantik berwarna kuning yang menambah kesan megah akan bangunan bersejarah ini.
Destinasi Favorit di Semarang
Bangunan Lawang Sewu yang tua dan menyeramkan telah mendapat perhatian, sekaligus mengalami konservasi serta revitalisasi yang dilakukan oleh Unit Pelestarian benda dan bangunan bersejarah PT KAI Persero. Lokasi Lawang Sewu yang mistis berubah jadi indah, dan Lawang Sewu wajib masuk daftar kunjungan saat Anda berpelesir ke Semarang.
Lawang Sewu kini tidak lagi sepi dan menyeramkan apalagi angker. Karena sudah banyak aktivitas di sana dan banyak dikunjungi masyarakat. Untuk para wisatawan juga bisa membeli suvenir yang banyak dijual bahkan ada juga restoran cepat saji di lokasi Lawang Sewu.
Sejarah Lawang Sewu sudah semakin jelas diketahui oleh khalayak luas, bukan hanya sekedar cerita-cerita mistisnya. Kini, gedung bersejarah peninggalan zaman Belanda sudah dijadikan cagar budaya dan dilindungi oleh pemerintah.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram https://instagram.com/travellingindonesiacom?igshid=YmMyMTA2M2Y, Facebook https://www.facebook.com/groups/392631742735837/?ref=share, dan Twitter https://twitter.com/travell_in?t=lhFS4MS7pr5q0UBGCiZSdA&s=09.