Travelling Indonesia – Bantul, punya olahan mi yang khas dan sangat terkenal. Hal ini cukup beralasan, karena mi lethek diproduksi secara tradisional dan alami yang terbuat dari singkong.
Singkong merupakan salah satu bahan makanan pokok Indonesia. Umbi singkong diolah menjadi beragam jenis makanan. Salah satunya berbentuk mi. Di Bantul, mi berbahan dasar singkong ini disebut mi letheg atau mi lethek.
Mi lethek terbuat dari gaplek. Dalam bahasa Jawa, lethek memiliki arti kotor atau kusam. Dinamakan lethek karena warnanya agak keruh kecokelatan, tidak seperti mi dari tepung terigu yang putih dan tampak bersih.
Sejarah Mi Lethek
Mi dari bahan singkong ini diproduksi di Dusun Bendo, Desa Trimurti, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Konon, mi lethek sudah ada sejak 1920-an. Produsen pertama mi letheg bukan asli Bantul, tetapi berasal dari Timur Tengah bernama Umar.
Berdasarkan cerita masyarakat setempat, diproduksinya mi ini karena Umar merasa prihatin terhadap kebutuhan rakyat akan pangan yang begitu tinggi.
Pada 1940-an, bermunculan berbagai pabrik mi lethek lain yang didirikan oleh masyarakat setempat. Pabrik-pabrik mi itu masih beroperasi hingga saat ini. Selain membantu perekonomian warga sekitar, produksi mi yang diawali Umar itu juga mampu menghadirkan makanan khas yang diakui masyarakat luas.
Diproduksi Secara Tradisional
Mi berbahan dasar singkong ini diproduksi secara tradisional tanpa bahan kimia. Proses pembuatan dimulai dari nyelender, yaitu pencampuran tepung tapioka dan gaplek. Adonan digiling di atas lumpang besar dengan diameter sekitar 2 meter.
Ari Ambarwati dalam buku Nusantara dalam Piringku mengungkapkan, mesin penggiling yang digunakan untuk mengolah adonan terbuat dari batu berbentuk silinder seberat satu ton. Memanfaatkan tenaga sapi untuk menarik mesin penggiling tersebut.
Adonan yang telah digiling itu selanjutnya dikukus di atas tungku yang terbuat dari tanah liat. Setelah kadar airnya diatur, adonan dikukus lagi, dipotong dan kemudian dicetak menjadi mi.
Alat pencetak mi yang disebut tarikan terbuat dari kayu tepeng. Dibutuhkan sedikitnya 8 tenaga manusia untuk menggerakannya. Masing-masing orang mendapatkan pembagian tugas yang jelas.
Ada yang bertugas sebagai penginjak balok kayu berdiameter 40 cm yang disebut munyuk, karena gerakannya meloncat-loncat seperti kera. Selain itu ada juga yang bertugas secara serempak untuk menarik kayu. Setelah dicetak, mi lalu dijemur di bawah panas matahari.
Waktu yang dibutuhkan untuk membuat mie lethek minimal 24 jam karena membutuhkan sinar matahari dalam prosesnya.
Mi lethek ada 2 macam, yaitu mi lethek mentah dalam bentuk kemasan dan mi lethek siap saji. Mi lethek mentah dapat diperoleh di pasar-pasar tradisional maupun swalayan di sekitar Bantul. Adapun mi yang siap saji dapat ditemukan di warung-warung mi di daerah Srandakan, khususnya di sekitar Pasar Srandakan.
Saat ini, mi lethek juga sudah dapat dibeli dari luar Bantul karena tersedia di berbagai platform jual-beli online.
Uniknya, meskipun tidak ditambahkan zat pengawet maupun bahan kimia lain, mi lethek kering bisa disimpan dan awet hingga tiga bulan lamanya.
Kandungan dan Olahan Mi Lethek
Mi lethek biasanya diolah menjadi berbagai jenis masakan. Selain bebas dari bahan kimia dan pengawet, mi khas Srandakan, Bantul, ini memiliki kandungan gizi yang baik.
Mi lethek juga dapat menjadi pilihan bagi mereka yang sedang berdiet karena karbohidrat, natriumnya rendah dan seratnya yang tinggi.
Pasalnya mi lethek merupakan mi dengan kandungan gluten rendah. Penggunaan sepenuhnya bahan nabati juga membuat mi lethek menjadi pilihan makanan yang tepat untuk vegetarian.
Dalam pengolahannya, mie berbahan singkong ini bisa direbus atau ditumis. Bukan hanya cara olahnya yang praktis, bumbu-bumbu yang dipakai untuk memasak mi lethek pun cenderung sederhana.
Bawang merah, bawang putih, dan kemiri menjadi bintang utamanya. Untuk isiannya, Anda bisa menambahkan telur, daging ayam, kol, dan daun bawang. Dari segi rasa, sajian mi lethek goreng menawarkan rasa manis dan gurih.
Pada olahan bakmi Jawa misalnya, mi lethek yang dicampurkan dengan telur bebek, suwiran ayam, bakso, dan irisan sayur-sayuran ini mengandung kadar gizi yang cukup baik.
Seporsi bakmi Jawa dengan bahan dasar mi lethek mengandung sekitar 101 kalori, 7,4 gram lemak hingga protein senilai 6,7 gram.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami Instagram, Facebook dan Twitter.