Travelling Indonesia – Sapundu adalah karya seni ukir tradisional khas suku Dayak di Kalimantan Tengah. Masyarakat Dayak Ngaju membuatnya sebagai alat kelengkapan upacara Tiwah.
Bentuk Sapundu beragam. Biasanya berupa patung bermotifkan ukiran dan ornamen khas Dayak. Sapundu atau tiang pengorbanan, menjadi salah satu kewajiban yang harus disiapkan serta menjadi simbol sakralnya upacara kematian Tiwah.
Ritual Tiwah merupakan upacara adat kematian yang dilaksanakan masyarakat Dayak Ngaju penganut Kaharingan. Ritual ini bertujuan untuk mengantar arwah menuju tempat asal (lewu tatau) bersama Ranying (dewa tertinggi dalam kepercayaan Kaharingan).
Baca:
- Kemolekan Kampung Adat Prailiu di Sumba Timur
- Sup Parende Khas Buton, Lezat dan Bergizi
- Staycation dan Hidden Gems, Jadi Tren Travelling 2023
Bagi pemeluk Kaharingan, Sapundu merupakan penghormatan terhadap roh dari orang yang telah meninggal. Tanpa Sapundu, berarti tak ada yang menjadi pengawal roh menuju lewu tatau. Bagi masyarakat Dayak, Sapundu merupakan benda yang sakral yang dikeramatkan.
Sapundu hanya akan dibuat ketika pihak keluarga melaksanakan ritual Tiwah, yaitu upacara ritual Kaharingan untuk mengantarkan roh orang yang telah meninggal menuju kehidupan abadi.
Secara fisik, Sapundu berbentuk sebuah tiang yang biasanya terbuat dari kayu besi atau lebih dikenal sebagai kayu ulin. Kayu diukir sedemikian rupa sehingga mampu menggambarkan sosok atau kebiasaan almarhum yang akan di Tiwah-kan tersebut. Sapundu biasanya berbentuk patung laki-laki ataupun perempuan.
Dilansir dari laman Warisan Budaya Takbenda Indonesia, tidak ada aturan adat yang secara ketat mengatur motif ukiran pada Sapundu. Namun, pada kenyataannya motif ukiran Sapundu hampir seluruhnya menggambarkan tentang manusia.
Pada upacara Tiwah, tiang berukir tersebut digunakan untuk mengikat hewan-hewan yang akan dikurbankan. Sebagai pengikat hewan kurban, Sapundu biasanya ditempatkan di lokasi pelaksanaan tiwah. Setelah upacara selesai, Sapundu kemudian dicabut lalu didirikan kembali di depan sandung keluarga yang ditiwahkan.
Sapundu harus di tempatkan berdampingan dengan Sandung atau replika rumah panggung yang menjadi tempat tulang belulang orang yang talah jalani ritual Tiwah. Ini sebagai bentuk pengawalan Sapundu terhadap roh menuju alam surga.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Facebook, Twitter dan TikTok.