• Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Management
  • About Us
  • Contact Us
Travelling Indonesia
Advertisement
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS
No Result
View All Result
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS
No Result
View All Result
Travelling Indonesia
No Result
View All Result
Home Destination

Kampung Naga, Titah Menjaga Tradisi Leluhur

Beno Alfredo by Beno Alfredo
July 11, 2022
in Destination
Kampung Naga, Titah Menjaga Tradisi Leluhur

Kampung Naga, Tasikmalaya, Jawa Barat - Dok. Wikipedia

Share on FacebookShare on Twitter

Travelling Indonesia – Salah satu ”bonus” melintas di jalur Garut-Tasikmalaya, Jawa Barat adalah Kampung Naga. Bisa beristirahat sekaligus menyaksikan bagaimana keteguhan peradaban bertahan menghadapi terjangan zaman.

Letaknya persis di pinggir jalan. Masuk wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Kampung tempat budaya dan tradisi Sunda dijaga secara persisten itu berada di tengah-tengah antara Garut dan Tasikmalaya.

Dari pusat kota Tasikmalaya dapat ditempuh melalui jalur darat sekitar 30 kilometer menuju barat atau lebih dekat melalui Garut, sekitar 26 kilometer menuju timur. Lamanya perjalanan sekitar satu jam. Dari Bandung, ibu kota Provinsi Jawa Barat, Kampung Naga dapat dicapai setelah menempuh perjalanan sejauh 106 kilometer selama 2,5 jam.

Kampung berpenduduk 100 kepala keluarga ini berada di kilometer ke-30 dari jalan raya Tasikmalaya-Bandung arah Garut. Sebuah jalan selebar dua meter sepanjang 500 meter menjadi penghubung jalan raya yang ramai dengan pintu masuk Kampung Naga. Jangan harap bakal bertemu naga saat ke kampung yang berada pada ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut ini.

Berkas:Rumah adat Kampung Naga, Tasikmalaya.jpg

Hewan dalam mitologi masyarakat Tiongkok itu justru tidak dikenal masyarakat di kawasan berudara sejuk bersuhu 20-23 derajat Celcius tersebut. Naga justru berasal dari penggalan kata dalam bahasa Sunda, nagawir, artinya kampung di bawah tebing terjal. Sesuai namanya, untuk menuju Kampung Naga kita harus menuruni 439 sangked atau anak tangga yang sudah disemen. Kemiringan anak-anak tangga sekitar 45 derajat, sedikit berkelok mengikuti kontur lahan. Saat keluar dari sini pun kita mesti melewati ratusan sangked tadi.
Kampung Naga Jawa BaratHitungan tiap orang akan anak tangga ini tidak pernah sama, sebagian bilang 350, tetapi ada juga menyebut jumlahnya 400 anak tangga. Tetapi hanya satu yang pasti soal anak tangga ini. Karena kaki kita bakal lumayan pegal dan napas pun tersengal-sengal usai 15 menit menapaki anak-anak tangga itu. Ujung anak tangga langsung tersambung jalan setapak bersemen setinggi 1,5 meter menyusuri tepian Sungai Ciwulan beraliran deras di sisi kanan kita. Sungai itu berhulu dari Gunung Cikuray (2.821 meter), gunung tertinggi keempat di Jawa Barat.
Rumah Adat Jawa Barat di Kampung Naga Tasikmalaya dan Tipologinya

Di kiri jalan setapak yang lebarnya cukup untuk tiga orang berjalan bersisian ini, sebuah tanda kehidupan pun mulai tampak. Ada beberapa balong (kolam) dihuni aneka jenis ikan seperti mas, nila, gurame, mujair, dan lele. Di tepian balong terdapat saung serbaguna, bisa untuk mencuci pakaian atau tempat menumbuk padi (lisung) hasil panen. Masih di sisi kiri jalan setapak, kita akan menyaksikan suguhan alam, yaitu hamparan persawahan seluas 5 hektare bak permadani hijau kekuningan. Sebuah papan kayu berukuran besar bertuliskan “Selamat Datang di Kampung Naga” langsung menyita perhatian begitu kaki mulai menapaki langkah menuju permukiman warga.

Di lahan yang sedikit menanjak, berdiri kokoh rumah-rumah warga dengan rupa seragam: rumah panggung kayu berpondasi batu-batu, dinding anyaman bambu berlabur kapur putih, berlantai papan kayu, atap segitiga dari ijuk hitam pekat membentuk julang ngapak atau sayap burung sedang mengepak. Jumlah bangunan Kampung Naga ada sekitar 110 unit, 108 di antaranya dihuni. Bangunan-bangunan tadi berdiri di atas lahan seluas total 1,5 ha dan tidak berubah jumlah serta bentuknya, selalu seperti itu sejak kampung ini berdiri.

Rumah-rumah ini tertata rapi dengan pola memanjang dari timur ke barat atau sebaliknya, dengan pekarangan yang selalu terjaga kebersihannya. Arah rumah seperti itu dipilih sejalan dengan alurnya matahari, terbit di timur dan terbenam di barat, kata peneliti budaya Sunda, Nandang Rusnandar. Barisan rumah menghadap utara atau selatan dengan dua pintu masuk, sebelah selatan serta utara ditambah jendela-jendela. Para pemiliknya seolah tak ingin saling menonjolkan diri dan membiarkan aset mereka terbangun seragam, sungguh bersahaja.

Masih ada tiga bangunan lainnya di luar rumah-rumah warga, seperti masjid, Bumi Ageung, dan Bale Patemon dengan fungsi berbeda. Masjid menjadi rumah ibadah satu-satunya di kampung berpenduduk Islam, agama yang sudah mereka anut sejak awal tempat ini berdiri. Bumi Agueng menjadi tempat sakral masyarakat setempat menyimpan benda-benda pusaka adat, dan Bale Patemon merupakan semacam balai pertemuan warga.

Bangunan di kampung ini usianya belum mencapai ratusan tahun. Mengingat Kampung Naga pernah dibakar oleh organisasi DI/TII pimpinan Kartosuwiryo pada 1956 silam. Ini karena seluruh warga kampung menentang kehadiran DI/TII. Peristiwa itu ikut mengubur arisp-arsip sejarah yang disimpan para leluhur atau karuhun Kampung Naga di dalam Bumi Ageung.

Tradisi Karuhun

Hingga kemudian di antara mereka, kata Ucu, muncul istilah pareum obor atau obor mati. Musnahnya berkas-berkas sejarah kampung adat ini membuat kisah asal mula kampung menjadi pudar, tidak ada titik terang mirip padamnya obor. Tak ada kejelasan sejarah, kapan, dan siapa pendiri serta apa yang melatarbelakangi terbentuknya kampung dengan adat istiadat yang masih dipegang teguh hingga sekarang.

Misalnya saja, sejak awal para penduduk sepakat untuk hidup tanpa listrik. Ucu beralasan keberadaan listrik dapat berdampak tidak baik bagi kehidupan mereka. Alhasil, kendati tanpa listrik, mereka tetap bisa menikmati tontonan televisi atau siaran radio berbekal aki yang disambungkan dengan kabel. Kala malam, kampung ini lumayan temaram.

Demikian pula dengan hasil panen padi di Kampung Naga. Kendati berlimpah, mereka jarang menjual hasil panen kepada pihak lain dan diprioritaskan untuk memenuhi pangan warga selama setahun. Asal tahu saja, di sini musim tanam berlangsung dua kali dalam setahun. Hasil panen akan mereka simpan di leuit atau lumbung, tepat di belakang rumah warga.

Demikian juga dengan pengelolaan lahan hutan di Bukit Naga dan Bukit Biuk, dua bukit hijau lestari yang memeluk hangat kampung berkontur cekungan mangkuk ini. Kedua bukit atau leweung dalam bahasa setempat dikeramatkan oleh warga sejak era kolot baheula (nenek moyang) karena dianggap sebagai sumber kehidupan. Bukit-bukit ini merupakan penampung air alami serta menjadi sumber pengairan selain aliran Sungai Ciwulan.

Pemandangan barisan air menetes dari sela-sela akar pepohonan rindang di lereng bukit merupakan hal biasa untuk penduduk kampung. Air-air dari mata air perbukitan itu kemudian mengalir pelan menuju balong warga. Warga juga tidak boleh sembarangan menebang atau memetik tanaman di sekitar kampung serta leweung.

Lojor teu beunang dipotong, pondok teu beunang disambung (panjang tak boleh dipotong, pendek tak boleh disambung), begitu petuah para karuhun Kampung Naga. Artinya dengan menjaga dan melestarikan alam, maka hidup akan berlangsung lebih alami.

Tags: Adat IstiadatBudaya TradisionalJawa BaratKampung NagaPeta Wisata IndonesiaRumah AdatTasikmalayaTravelling IndonesiaWarisan Budaya
Previous Post

Cicipi Kuliner Unik Khas Pekalongan

Next Post

Jinjingan Tangan Spesial Danau Toba

Related Posts

Menikmati Sensasi Ketenangan Sejenak di Pulau Hoga Wakatobi
Destination

Menikmati Sensasi Ketenangan Sejenak di Pulau Hoga Wakatobi

May 19, 2025
Objek Wisata Pantai Pangandaran Jadi Primadona Sepanjang Libur Waisak
Destination

Objek Wisata Pantai Pangandaran Jadi Primadona Sepanjang Libur Waisak

May 14, 2025
Blok M Jadi Wisata Terlengkap, Cocok Bagi Semua Kalangan
Destination

Blok M Jadi Wisata Terlengkap, Cocok Bagi Semua Kalangan

May 9, 2025
Taman Nasional Komodo Jadi Destinasi Wisata Terindah di Asia
Destination

Taman Nasional Komodo Jadi Destinasi Wisata Terindah di Asia

April 25, 2025
Pesona Pulau Pasir Timbul di Perairan Maluku
Destination

Pesona Pulau Pasir Timbul di Perairan Maluku

April 24, 2025
Sejarah Panjang Dibalik Keindahan Alam Nusa Penida
Destination

Sejarah Panjang Dibalik Keindahan Alam Nusa Penida

April 16, 2025
Next Post
Jinjingan Tangan Spesial Danau Toba

Jinjingan Tangan Spesial Danau Toba

Popular

  • Artotel Gelora Senayan Usung Hotel Berkonsep Sport, Seni dan Gaya Hidup

    Artotel Gelora Senayan Usung Hotel Berkonsep Sport, Seni dan Gaya Hidup

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kapal Wisata Tenggelam di Bengkulu, Kemenpar Berikan Himbauan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Wings Air Buka Rute Penerbangan Baru di Sumbagsel

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Objek Wisata Pantai Pangandaran Jadi Primadona Sepanjang Libur Waisak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sate Bulayak, Perpaduan Khas Bumbu Sasak dan Daun Aren

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Recent News

Menikmati Sensasi Ketenangan Sejenak di Pulau Hoga Wakatobi

Menikmati Sensasi Ketenangan Sejenak di Pulau Hoga Wakatobi

May 19, 2025
Nite & Day Hotel Hadirkan Promo Jelang HUT Kota Semarang

Nite & Day Hotel Hadirkan Promo Jelang HUT Kota Semarang

May 16, 2025
Jangkrik Genggong, Gaungkan Wisata Budaya Asal Pacitan

Jangkrik Genggong, Gaungkan Wisata Budaya Asal Pacitan

May 15, 2025
Daftar Harga Tiket Timnas Indonesia Vs China, Termurah Rp300 Ribu

Daftar Harga Tiket Timnas Indonesia Vs China, Termurah Rp300 Ribu

May 15, 2025
Travelling Indonesia

Follow Us

  • Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Management
  • About Us
  • Contact Us

All Rights Reserved by travellingindonesia.com © 2022

No Result
View All Result
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS

All Rights Reserved by travellingindonesia.com © 2022