Travelling Indonesia – Tren wisata berubah seiring waktu, terutama setelah peristiwa pandemi Covid-19. Mungkin dahulu mengunjungi berbagai destinasi dalam satu waktu menjadi pilihan, tetapi kini banyak yang melakukan perjalanan wisata dengan lebih santai untuk mengeksplorasi satu atau beberapa tempat saja.
Disebut slow tourism atau slow travel, tren ini terinspirasi oleh gerakan slow food yang berkembang sebagai protes atas pembukaan restoran cepat saji di Roma, tepat di sebelah Spanish Steps, pada 1986. Mengutip Booking.com, slow food dirancang untuk mempromosikan makanan lokal, tradisional, dan diperluas ke cara makanan disajikan hingga bagaimana makanan itu diproduksi.
Ketika dunia menjadi semakin terhubung dan penerbangan menjadi lebih pendek, beberapa pelancong mulai mengadaptasi gerakan itu dengan menciptakan perjalanan yang lambat.
Baca:
- Kemolekan Kampung Adat Prailiu di Sumba Timur
- Sayur Besan Khas Betawi, Sajian Spesial Acara Pernikahan
- Staycation dan Hidden Gems, Jadi Tren Travelling 2023
Dickinson dan Lumsdon (2010) mendefinisikan slow tourism sebagai bepergian ke tujuan lebih lambat melalui darat, tinggal lebih lama, dan lebih sedikit perjalanan. Slow tourism menggabungkan perjalanan ke suatu tujuan sebagai sebuah pengalaman dan begitu sampai, wisatawan meluangkan waktu untuk menjelajahi sejarah dan budaya lokal, serta mendukung lingkungan.
Sementara itu, ahli geografi ekonomi Rafael Matos-Wasem, menyebut hakikat slow tourism atau slow traveladalah meluangkan waktu dan melekat pada tempat di tempat tujuan. Gerakan ini diyakini berdampak positif terhadap lingkungan sosial dan ekonomi di destinasi tujuan.
Setidaknya ada beberapa jenis slow travel. Di antaranya yakni backpacking, perjalanan darat, ikut bisnis perjalanan, menjadi relawan pariwisata, mengunjungi teman atau kerabat, mendaki, dan bersepeda.
Manfaat Slow Travel
Sementara itu, ada sejumlah manfaat yang bisa kamu dapatkan ketika melakukan slow travel atau slow tourism. Mulai dari menikmati perjalanan dengan petualangan seru hingga menghemat uang, berikut lima manfaat slow tourism yang dirangkum dari berbagai sumber.
1. Nikmati Perjalanan & Petualangan
Inti dari slow travel adalah menikmati perjalanan dan mengeksplorasi destinasi wisata yang dituju. Akan lebih seru ketika pelancong mencari permata tersembunyi dengan berjalan menelusuri lokasi di sekitar, mencoba masakan tradisional, mengunjungi pasar lokal, mempelajari keterampilan baru, hingga melihat bentuk seni asli di daerah tersebut.
Mengobrol dengan warga setempat bisa membantu kamu menemukan hidden gem untuk berpetualang lebih seru dan menyenangkan. Lupakan perencanaan atau peta yang ketat. Alih-alih mencoba menjejalkan sebanyak mungkin pengalaman ke dalam liburan, selektiflah dan manfaatkan pengalaman yang kamu pilih.
2. Terhubung Dengan Penduduk Setempat
Ketika kamu melakukan slow travel, penting untuk berbincang dengan dengan penduduk setempat yang kamu temui. Selain menjadi cara terbaik untuk menemukan kekayaan lokal dan pengalaman autentik, kamu juga bisa menemukan perspektif baru, tradisi, dan bahkan mungkin pelajaran hidup.
Berbincang dengan penduduk setempat dapat membuat ikatan. Pertemanan atau persaudaraan akan terjalin. Kamu jadi punya tujuan dan selalu diterima ketika ingin kembali ke destinasi wisata itu. “Merasa menjadi bagian dari kehidupan komunitas lokal dapat menciptakan rasa sejahtera yang luar biasa,” ujar Sally Gandon, seorang konsultan di Acorn Tourism Consulting, dikutip dari Newsweek, Jumat (3/3).
3. Berkontribusi pada Perekonomian Lokal
Slow travel biasanya mengeksplorasi lokasi wisata terpencil dan kurang dikenal, padahal memiliki pesona yang indah. Dengan berlibur ke sana, kamu berkontribusi membantu penduduk dan perekonomian lokal.
“Slow travel baik untuk orang-orang yang menyewakan akomodasi di kota-kota lokal. Itu menciptakan lapangan kerja dan berkelanjutan,” kata David Ward-Perkins, konsultan senior di TEAM Tourism Consulting.
4. Menghemat Uang
Manfaat paling nyata dari slow travel yakni kamu bisa menghemat uang. Ketika kamu hanya tinggal di suatu tempat dalam satu waktu, kamu tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk transportasi. Cukup dengan berjalan kaki untuk menjelajahi destinasi atau menggunakan transportasi lokal yang biayanya murah.
Jika bisa dekat dengan penduduk setempat, kamu bahkan tidak perlu mengeluarkan uang untuk menyewa tempat penginapan atau membayar paket sarapan di restoran yang biasanya mahal. Mereka akan menyediakan gratis untuk kamu karena karakter penduduk desa yang ramah.
5. Mengurangi Jejak Karbon
Kamu bisa berkontribusi terhadap lingkungan dengan melakukan slow travel. Oleh karena tren ini mengutamakan perjalanan darat, kamu bisa berkontribusi mengurangi emisi dari penggunaan pesawat. Tidak dapat disangkal bahwa perjalanan udara berdampak negatif pada planet ini.
Air Transport Action Group mencatat perjalanan pesawat bertanggung jawab atas 2,1 persen emisi karbon yang disebabkan oleh manusia. Sementara itu, menurut penelitian, kapal pesiar adalah pencemar utama dan berbahaya bagi satwa liar. “Potensi bencana lingkungan dari perubahan iklim telah meningkatkan tren slow travel,” sebut Ward-Perkins.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Facebook, Twitter dan TikTok.