Travelling Indonesia – Coto makassar atau coto mangkasara adalah makanan tradisional suku Bugis dan suku Makassar di Sulawesi Selatan. Makanan yang diperkirakan telah ada sejak abad ke-16 ini menggunakan sangat banyak bahan rempah. Dalam bahasa setempat disebut rampah patang pulo yang artinya empat puluh jenis rempah.
Coto Makassar umumnya dibuat dari daging dan jeroan sapi yang direbus dalam waktu yang lama. Rebusan daging dan jeroan sapi ini kemudian diiris-iris lalu dibumbui dengan bumbu yang diracik secara khusus. Coto dihidangkan dalam mangkuk, dinikmati bersama ketupat atau buras.
Diduga kuat menu ini sudah ada sejak masa Kerajaan Gowa, tepatnya pada abad ke-16. Kuliner ini diperkirakan telah ada sejak Somba Opu berjaya sebagai pusat Kerajaan Gowa pada 1538.
Sementara Dennys Lombard dalam Nusa Jawa: Silang Budaya menyebut, coto pada dasarnya sama dengan soto, kuliner Indonesia yang awalnya merupakan kuliner orang Tionghoa. Soto mulai berkembang pada abad ke-19 di Semarang lalu menyebar ke daerah-daerah lain di Nusantara.
Diperlukan banyak sekali rempah untuk membuat coto makassar hingga disebut rampa patang pulo (empat puluh jenis rempah). Istilah itu tidak berarti bahwa harus menggunakan 40 jenis rempah, tetapi untuk menggambarkan betapa banyaknya jenis rempah yang digunakan untuk membuat menu ini.
Dan memang, jika kita masukkan coto dalam kategori soto, maka makanan khas Makassar ini merupakan varian soto yang paling banyak menggunakan bahan rempah.
Salah satu ciri khas coto adalah penggunaan taoco yang sangat identik dengan bumbu masakan dari China. Ini membuktikan bahwa kuliner ini mendapat pengaruh dari budaya Cina.
Pada 2015, sajian khas ini ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Facebook, Twitter dan TikTok.