Travelling Indonesia – Keberagaman budaya dan tradisi yang tersebar di sekitar 6.000 pulau berpenghuni, tentunya memberi andil besar dalam kehidupan secara umum. Seperti halnya ragam kuliner yang tak terhitung jumlahnya, salah satunya nasi goreng.
Nasi goreng, makanan khas Indonesia yang sudah menjadi menu Internasional. Saking cocoknya di lidah para penikmat kuliner, nasi goreng kerap dijadikan alat eksperimen dari berbagai bahan tambahan dan rempah. Hmm, nikmat ya!
Filosofi sepiring nasi goreng? Seperti apa ya kira-kira. Mungkin Anda tidak pernah berpikir untuk mencari tahu hal-hal bermakna dari olahan nasi goreng. Kali ini Travelling Indonesia akan merangkum berbagai makna yang tersirat dari kuliner terpopular di negeri ini.
Sejarah Nasi Goreng
Berawal dari etnis Tionghoa yang tak biasa membuang nasi sisa, akhirnya setiap ada makanan yang tersisa, mereka memutuskan untuk menggorengnya. Tujuannya supaya makanan tersebut tidak dibuang, namun tetap bisa dikonsumsi, enak dan tetap hangat.
Selain pantang membuang makanan yang tersisa, sebagian orang Tionghoa juga tak suka mengkonsumsi makanan yang sudah dingin. Lalu, dari situ lahir sebuah kebiasaan menggoreng nasi dengan menambahkan beberapa bumbu seadanya.
Memiliki bakat berdagang yang sangat kuat, mengantarkan etnis Tionghoa berkeliling dunia demi berjualan, dan pada akhirnya mereka menetap di negara tersebut.
Meski sudah tak lagi tinggal di negaranya sendiri, namun kebiasaan menggoreng nasi sisa makan pagi atau malam tetap dilakukan. Hingga akhirnya kebiasaan seperti itu lambat laun menular dan diikuti oleh warga pribumi setempat.
Seiring berjalannya waktu, tradisi serta bumbu-bumbu khas dari masyarakat lokal pun perlahan memengaruhi cara pembuatan dan penyajian nasi goreng. Meski demikian, tradisi yang ada dan bumbu-bumbu yang digunakan oleh masyarakat-masyarakat lokal, tetap mempertahankan rasa dan tidak menghilangkan marwah dari nasi goreng itu sendiri.
Kehidupan Terus Berproses
Di mana-mana cara memasak nasi goreng diawali dengan memanfaatkan nasi yang sudah tanak, bukan beras. Ini bermakna bahwa tidak ada hasil yang pasti di dunia ini. Bahkan setiap proses, masih menghasilkan proses yang baru lagi. Artinya kita tidak boleh menyerah dan selalu terus berproses dalam menjalani kehidupan.
Menggali Kreativitas
Nasi goreng terkadang diberi tambahan bawang, cabai, tomat, perancah, sayur, bahkan daging atau telur, tetap dinamakan nasi. Sebenarnya kalau diteliti dengan saksama, nasi goreng hanyalah sebuah nasi yang diberi bumbu dan tambahan bahan secukupnya lalu digoreng. Tidak lebih sulit dibandingkan membuat masakan lain yang justru belum tentu disukai oleh banyak orang.
Namun, kenapa bisa begitu? Kenapa nasi goreng yang sederhana bahan-bahannya, bisa disukai dan digilai oleh banyak orang? Ternyata jawabannya adalah kreativitas.
Tidak Boleh Meremehkan Sesuatu
Hal yang sudah sepatutnya dilakukan adalag tidak meremehkan apapun. Sebab, sifat meremehkan bisa menimbulkan kesombongan yang amat luar biasa. Efek dari kesombongan ini bisa jadi akan menjatuhkan diri kita sendiri, nanti. Dari filosofi sepiring nasi goreng, manusia bisa belajar untuk tidak meremehkan hal-hal kecil di dalam kehidupan.
Rasa Syukur
Sikap bersyukur bisa juga kita terapkan setelah melihat pelajaran dari filosofi sepiring nasi goreng. Hal ini dapat dilihat bahwa dari nasi yang tersisa alias tidak habis, ternyata bisa diolah menjadi masakan dengan cita rasa yang lezat. Kenapa bisa dikaitkan dengan sikap bersyukur? Sebab kalau manusia tidak bersyukur, sudah tentu nasi tersebut akan terbuang sia-sia.
Seperti yang sudah diketahui, nasi goreng tidak hanya terdiri dari nasi saja. Tetapi juga dari olahan bumbu seperti bahan lainnya. Dengan tambahan tersebut, menjadikan nasi goreng sebagai kuliner yang sangat lezat.
Manusia Dituntut Bekerjasama
Hal ini ternyata bisa diterapkan dalam kehidupan. Aneka ragam bahan, dianalogikan sebagai aneka ragam sifat dan karakter manusia. Tidak peduli perbedaan itu, tetapi justru menjadikan perbedaan sebagai sebuah anugerah yang patut disyukuri. Tanpa perbedaan, manusia tidak saling menghargai dan bersatu. Mungkin ini yang dinamakan kolaborasi, dengan melakukan kerja sama kehidupan akan jauh lebih sempurna.
Belajar Berdaptasi
Baik kaya, miskin, tua, muda, anak-anak, dewasa, pria, wanita semua menggemari makanan ini. Nasgor sudah menjadi makanan yang dapat diterima. Karena itu, pribadi yang menyenangkan bisa dimulai dari sikap yang pandai menempatkan atau tahu diri dalam artian pragmatik.
Pepatah bilang, ‘Di kandang kambing mengembik, di kandang harimau mengaum.” Dengan artian, manusia harus terus beradaptasi dengan lingkungan sekitar agar hidup damai sentosa.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram https://instagram.com/travellingindonesiacom?igshid=YmMyMTA2M2Y, dan Facebook https://www.facebook.com/groups/392631742735837/?ref=share.