Travelling Indonesia – Inilah Omah Jati, yang terletak di kawasan Pantai Anyer, Kabupaten Serang, Banten. Resor ini baru akan dibuka pada 2023 mendatang, tapi desain dan pamornya mulai menyita perhatian di media sosial.
Pernah dengar istilah forest bathing? Ini semacam terapi yang dikembangkan di Jepang. Pada 1980-an, para dokter di sana mendapati aktivitas shinrin-yoku (menyerap atmosfer hutan) berkhasiat bagi tubuh, terOmah Jati, Resor Omah Jati, Resorrivat Anyarmasuk menurunkan kolesterol dan meningkatkan imunitas.
Di dunia film, tesis itu mungkin ada benarnya. Setidaknya Tarzan selalu bugar dan Mowgli begitu lincah walau tak dapat Air Susu Ibu (ASI). Khusus dunia medis, forest bathing baru populer beberapa tahun belakangan. Kegiatan ini dipandang sebagai antibiotik natural untuk penawar depresi pada zaman digital. Dengan kata lain: healing.
Lokasinya bernama Omah Jati, sekitar dua jam berkendara dari Jakarta. Tempat ini berada di tepi kampung. Saat memasukinya, Anda akan mendaki lorong batu, menembus terowongan gelap, lalu mendadak menyembul di tengah hutan.
Transisi visual sempit-lapang ini merupakan ciri khas Andra Matin, perancang Omah Jati. Jika Anda belum tahu, ia adalah arsitek kondang. Banyak kreasinya menuai pujian. Contohnya Potato Head Bali dan Bandara Blimbingsari, Banyuwangi.
Hanya ada satu vila di Omah Jati. Kapasitasnya pun hanya untuk dua orang. Padahal, lahannya luas, kurang lebih dua hektare. Vilanya dirangkai dari kayu, melebur alami dengan lanskapnya. Kecuali di kamar mandi, semua dindingnya kaca transparan, membuyarkan batas antara luar dan dalam.
Omah Jati membuat tamu merasa tidur, makan, dan bersantai di tengah hutan, namun dengan kenyamanan properti luks. Sebagian mebel dibuat oleh Kalpa Taru Bali, salah satu vendor Potato Head. Dapurnya dilengkapi kompor induksi, oven, dan pemanggang roti retro merek Smeg. Di teras yang menghadap hutan, ada jacuzzi yang bisa dinikmati.
Sayap kamar dibagi dua zona: bilik mandi dan ruang tidur. Kamar mandinya luas, dilengkapi bathtub yang menatap hutan. Ruang tidurnya berisi matras King Koil, dikepung jendela kaca yang dapat ditutup gorden blackout. Di luar kamar, ada serambi berisi kursi-kursi kayu. Untuk warga kota, duduk-duduk dikepung pohon tanpa polusi suara dan udara adalah sebuah kemewahan.
Di sekitar vila, pohon-pohon jati menjulang semampai. Jumlahnya, mencapai 1.800 batang. Pohon-pohon ini ditata simetris, rapi seperti bulu sikat. Daun-daunnya rapat menyaring sinar mentari. Alhasil, dari pagi hingga sore, tanah selalu teduh. Atmosfernya kian syahdu berkat minimnya polusi suara. Kecuali cicit burung dan tonggeret, nyaris tak ada interupsi. Saking heningnya, suara daun rontok pun terdengar.
Privasi adalah tawaran lain Omah Jati. Kecuali staf yang mampir untuk membawa makanan dan menyalakan lampu di sore hari, tamu akan lebih banyak melihat pohon ketimbang manusia.
Tidak ada TV di sini, tapi koneksi internet tersedia. Sepanjang hari, nyaris hanya suara serangga yang bergema. Atmosfer teduh ini membuat Omah Jati pas untuk yoga di pagi hari, membaca buku di area lounge, menyantap makanan dengan santai, atau bekerja di laptop sambil memandang pepohonan.
Dengan latar itulah, forest bathing bisa dilakukan. Tak ada tutorial baku untuk kegiatan ini. Intinya ialah relaksasi, melarutkan diri dalam tenang.
Interupsi hanya terjadi pada jam makan, yang waktunya bisa diatur sesuai permintaan. Ini interupsi yang menyenangkan, bahkan ditunggu-tunggu, karena makanan adalah salah satu highlight Omah Jati.
Disupervisi mantan butler Six Senses Uluwatu, para staf properti yang mayoritas warga lokal menyajikan hidangan khas Sunda untuk makan siang dan malam, termasuk sayur asem, lele goreng hasil budidaya resor, berbagai jenis sambal dan lalapan, juga seafood segar. Menu sarapannya berformat intercontinental, dilengkapi potongan buah dan air kelapa.
Di belakang vila, ada menara pandang bertubuh batu. Dari puncaknya terlihat kawasan perbukitan Anyer hingga perairan Selat Sunda. Lekuk tubuh Pulau Sebesi dan Sangiang tampak samar dari sini.
Tak jauh dari menara, sebuah celah mengantarkan tamu ke Fossil Garden yang ditumbuhi puluhan pohon kapuk randu yang dibonsai. Kelak, area fotogenik ini akan dihuni restoran berkonsep farm to table. Pihak pengelola kini sedang bereksperimen dengan teknik akuaponik: menanam padi di bilah-bilah bambu, dengan memakai pupuk kotoran ikan lele yang dipelihara di bawahnya.
Sejarah Berdiri Omah Jati
Omah Jati beralamat di Anyer. Tak jauh dari Hotel Marbella. Vila ini sudah menyita banyak perhatian di media sosial. Mungkin berkat pamor Andra Matin. Atau berkat tawarannya yang unik. Di Anyer, destinasi yang tersohor akan pantainya, vila ini justru mengajak orang menyepi di hutan.
Agaknya, konsep berani ini tak lahir dari kalkulasi bisnis murni. Kisahnya dimulai sekitar 18 tahun silam, saat Ibu Yoet menanami lahan miliknya di Desa Bandulu dengan benih pohon jati. Niat awalnya, untuk investasi. Namun, setelah pohon-pohon tumbuh besar, rencana itu urung diwujudkan. Ibu Yoet telanjur sayang dengan pohon-pohon peliharaannya. Dia tak sampai hati menebangnya.
Daniel Suharya, anak bungsunya, lalu punya ide agar investasi pohon itu tetap terjaga, tanpa ditebang. Dia mendirikan rumah liburan di tengah hutan jati milik ibunya. Dia memilih konsep vila privat karena terinspirasi rumah-rumah mewah dalam portofolio Airbnb Luxe.
Tapi gagasan orisinal Omah Jati sebenarnya lebih personal: mengapresiasi ibunya. Melalui vila ini, dirinya berharap bisa berbagi kisah tentang dedikasi sang ibu merawat hutan jati selama belasan tahun.
Kini, Omah Jati masih dalam fase simulasi. Daniel berencana membukanya untuk umum pada 2023. Menjelang momen itu, Omah Jati hanya melayani sesi pemotretan dan acara privat dalam jumlah terbatas.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami Instagram, Facebook dan Twitter.