Travelling Indonesia – Tas adalah salah satu benda esensial yang dipakai oleh masyarakat Indonesia untuk beraktivitas sehari-hari.
Benda ini juga telah digunakan oleh nenek moyang kita sejak ratusan tahun lalu, tak terkecuali oleh suku-suku tradisional yang mendiami bumi Nusantara.
Salah satunya adalah suku Baduy yang mendiami Pegunungan Kendeng, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. Suku ini memiliki tas khas yang terbuat dari bahan alami koja atau jarog, yang disebut koja.
Baca:
- Destinasi Liburan Akhir Tahun Versi Agoda, Surakarta Salah Satunya
- Harga Tiket Pesawat Turun 10 Persen Saat Libur Nataru 2025
- Musik Tanjidor, Gemuruh Kesenian Irama Asal Betawi
Dibuat dari kulit kayu pohon teureup atau terap yang tahan terhadap rayap, tas koja diproduksi dengan cara tradisional.
Prosesnya dimulai dengan mencari jenis pohon tersebut di pedalaman hutan, lalu mengambil kulitnya untuk dijadikan bahan dasar pembuatan tas koja.
Kulit pohon ini akan dijemur sampai kering untuk dijadikan serabut, sehingga dapat memudahkan pembuatan benang.
Benang yang telah dirajut kemudian disambung hingga menjadi tas dengan bentuk yang diinginkan. Proses pembuatan tas ini bisa berlangsung selama beberapa hari hingga seminggu, tergantung kesediaan bahan baku dan kerumitan motif yang akan dibentuk pada tas.
Tas koja selalu terlihat mendampingi suku Baduy ketika beraktivitas, dari berladang, bercocok tanam, hingga menangkap ikan di sungai. Mereka biasa membawa tas yang berbentuk kotak dan mudah untuk dibawa-bawa ini dengan cara dijinjing atau disilangkan pada pundak.
Selain warna cokelat kehitaman yang menyerupai kulit kayu, keunikan tas koja juga terletak pada kemampuannya untuk membusuk secara alami ketika sudah tidak dipakai oleh pemiliknya.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Facebook, Twitter dan TikTok.