Travelling Indonesia – Juni identik dengan perayaan hari ulang tahun DKI Jakarta. Tahun ini Jakarta akan memasuki usia ke-495 pada 22 Juni mendatang. Biasanya akan ada banyak perayaan tepat pada hari jadi Ibu Kota Indonesia ini. Termasuk di berbagai destinasi wisata di Jakarta, tak terkecuali Monumen Nasional atau Monas.
Setelah dua tahun ditutup akibat pandemi covid-19, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah membuka kembali Monumen Nasional secara bertahap untuk masyarakat umum.
Pembukaan bertahap telah dimulai pada Kamis, 16 Juni 2022. Namun hanya untuk sekitar kawasan Tugu Monas, sedangkan layanan wisata untuk naik ke Tugu Monas belum dibuka.
Untuk kalian yang punya rencana berkunjung ke Monas, tetap mengikuti prosedur kesehatan seperti melakukan scan aplikasi Peduli Lindungi juga pengecekan suhu tubuh.
Sejarah Pembangunan Monumen Nasional
Seperti diketahui, pembangunan Monumen Nasional dimulai pada 17 Agustus 1961 di bawah perintah Presiden Soekarno dan diresmikan sehingga dibuka untuk umum pada 12 Juli 1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala dari rakyat Indonesia.
Dalam kepala Presiden Soekarno, terkandung ide untuk mendirikan sebuah bangunan ikonik yang akan menjadi landmark Jakarta dan Indonesia. Pada tahun ke-9 setelah proklamasi kemerdekaan, dibentuklah Panitia Tugu Nasional yang dipimpin Sarwoko Martokusumo. Tim ini juga beranggotan S Suhud sebagai penulis, Sumali Prawirosudirdjo sebagai bendahara dan dibantu empat anggota masing-masing Supeno, K K Wiloto, E F Wenas, serta Sudiro. Setelah itu, Sukarno lalu membentuk dan memimpin Tim Yuri, panitia pembangunan Monas.
Demi mendapatkan tugu yang sempurna, Soekarno menggelar sayembara terbuka tentang desain sebuah tugu. Dari 51 arsitek yang mengajukan rancangannya, desain milik Frederich Silaban yang terpilih meski sebenarnya desain miliknya tak memenuhi syarat bangunan tugu. Sebagai informasi Silaban adalah arsitek yang membuat rancangan Masjid Istiqlal.
Mengutip buku “Bung Karno Sang Arsitek” karya Yuke Ardhiati, Soekarno mengatakan tugu yang ingin dibangun harus memiliki syarat yakni bentuk tugu yang dibangun benar-benar bisa menunjukan kepribadian bangsa Indonesia, bertiga dimensi, tidak rata, tugu yang menjulang tinggi ke langit, dibuat dari beton dan besi serta batu pualam yang tahan gempa, tahan kritikan zaman sedikitnya seribu tahun serta dapat menghasilkan karya budaya yang menimbulkan semangat kepahlawanan.
Soekarno mengakui sulit mewujudkan ide yang ada di kepalanya menjadi sebuah bentuk desain bangunan. Akhirnya Soekarno sendiri yang mengambil alih rancangan Silaban. Bersama Raden Mas Soedarsono, Soekarno memodifikasinya hingga menjadi bentuk seperti Monas saat ini.
Makna di Balik Bentuk Monumen Nasional
Monumen Nasional memiliki dua pelataran yaitu pelataran atas dengan luas 11 x 11 meter dan pelataran bawah memiliki luas 45 x 45 meter. Dengan jarak antara lantai sampai ruang bawah tanah sejauh 17 meter.
Jika Anda perhatikan dengan seksama, tugu yang digagas presiden pertama Indonesia itu merupakan perkawinan antara Lingga dan Yoni. Lingga merupakan simbol kejantanan seorang pria (phallus), dan Yoni sebagai simbol perempuan atau kesuburan.
Dalam kisah pewayangan, lingga sebagai gambaran laki-laki. Lingga yang berbentuk seperti alat kelamin pria, diartikan sebagai simbol kejantanan pria. Sementara yoni menggambarkan perempuan karena bentuknya mirip dengan alat kelamin perempuan sehingga diartikan sebagai simbol kesuburan.
Dalam bahasa Sansekerta, Lingga diartikan sebagai alat kelamin pria, sementara yoni diartikan kekuatan gaib yang memiliki daya tarik besar. Keduanya dipengaruhi simbol-simbol agama Hindu. Artefak-artefak berbentuk lingga-yoni banyak ditemukan di kompleks bangunan bersejarah di Indonesia, seperti candi atau keraton.
Jejaknya terpahat abadi di berbagai arca yang tersebar di Tanah Air, mulai dari Candi Sukuh era Kerajaan Majapahit, di Komples Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon, sampai Monas. Namun, tugu berbentuk Lingga-Yoni juga ditemukan di banyak negara, seperti Walled Obelisk Istanbul, Turki; Luxor Obelisks Mesir; hingga Washington Monument, Amerika Serikat.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram https://instagram.com/travellingindonesiacom?igshid=YmMyMTA2M2Y, Facebook https://www.facebook.com/groups/392631742735837/?ref=share, dan Twitter https://twitter.com/travell_in?t=lhFS4MS7pr5q0UBGCiZSdA&s=09.