• Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Management
  • About Us
  • Contact Us
Travelling Indonesia
Advertisement
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS
No Result
View All Result
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS
No Result
View All Result
Travelling Indonesia
No Result
View All Result
Home Destination

Benteng Vredeburg, Saksi Bisu Sejarah Yogyakarta

Beno Alfredo by Beno Alfredo
May 17, 2022
in Destination
Benteng Vredeburg, Saksi Bisu Sejarah Yogyakarta

Museum Benteng Vredeburg - Dok. Vredeburg.id

Share on FacebookShare on Twitter

Travelling Indonesia – Museum Benteng Vredeburg adalah salah satu museum yang menjadi saksi bisu banyak peristiwa semenjak Belanda memasuki Yogyakarta. Benteng tersebut dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono I atas permintaan Belanda pada 1760.

Memasuki 1982, Benteng tersebut diubah menjadi museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Tempat ini menjadi salah satu tempat bersejarah yang wajib Anda datangi jika berkunjung ke Yogyakarta.

Sejarah Benteng Vredeburg

Berdirinya Benteng Vredeburg memiliki keterikatan dengan lahirnya kesultanan Yogyakarta. Pada 13 Februari 1755 dibuatlah Perjanjian Giyanti yang merupakan solusi dari perseteruan antara Susuhunan Pakubuwono III dengan Sultan Hamengkubuwono I yang merupakan taktik politik Belanda untuk ikut campur dan mengetahui masalah raja-raja Jawa pada masa itu.

Kemajuan pesat yang terjadi pada keraton yang didirikan oleh Sultan Hamengkubuwono I membuat Belanda menjadi gelisah. Pihak Belanda kemudian mengusulkan kepada Sultan Hamengkubuwono I agar membuat sebuah benteng dengan alasan agar Belanda dapat memantau keamanan keraton. Alasan tersebut sebenarnya hanya alibi untuk Belanda agar dapat memantau perkembangan yang terjadi di dalam keraton.

Peletakan jarak benteng yang hanya berjarak sangat dekat dengan keraton merupakan taktik yang dimanfaatkan sebagai benteng strategi dan penyerangan apabila Sultan Hamengkubuwono akan memusuhi Belanda.

Pembangunan benteng pertama kali dilakukan pada 1760 namun dengan bentuk dan bangunan yang masih sederhana seperti bujur sangkar. Tembok-tembok dari Benteng diperkuat dengan tiang-tiang penyangga yang terbuat dari kayu. Lalu, 5 tahun kemudian tepatnya pada 1765 Nicolas Hartingh meminta agar Benteng diperkuat dan permintaan tersebut dikabulkan.

Pembangunan selanjutnya dimulai pada 1767 yang dipimpin oleh seorang arsitek bernama Ir. Frans Haak yang menyelesaikan bangunan tersebut dalam waktu 20 tahun atau tepatnya pada 1787. Bersamaan dengan selesainya benteng tersebut, maka kemudian diberi nama menjadi benteng Rustenburg yang artinya benteng peristirahatan.

Kepemilikan benteng ini secara formal dan tertulis adalah milik Sultan Hamengkubuwono I namun pada prakteknya tanah dan benteng dikuasai oleh Belanda (VOC). Tidak lama kemudian pada 1799 VOC bangkrut dan benteng berpindah kepemilikan menjadi kerajaan Hindia Belanda di bawah kepemimpinan Van Den Burg. Penerapan fungsi dari Benteng ini pun masih sama yakni sebagai markas pertahanan Belanda.

Pada periode 1811-1816 Inggris berkuasa, benteng Rustenburg ini pun dikuasai oleh Inggris di bawah Wakil Gubernur Thomas Stamford Raffles. Penguasaan tersebut hanya terjadi dalam waktu singkat karena Belanda kemudian mengambil alih benteng tersebut.

Gempa bumi yang terjadi pada 1867 yang begitu kuat telah merobohkan Benteng. Dikarenakan peristiwa tersebut, maka dilakukan renovasi dan pergantian nama benteng yang semula bernama Rustenburg menjadi Benteng Vredeburg yang berarti benteng perdamaian.

Ketika Jepang menguasai Indonesia pada 1942, tentara-tentara Jepang menjadikan Benteng Vredeburg sebagai markas mereka. Tentara yang bermarkas di Benteng Vredeburg terkenal keras dan kejam. Benteng tersebut juga dijadikan sebagai tempat menahan tawanan Belanda dan politisi yang bergerak melawan Jepang.

Selain menahan tawanan di benteng tersebut, Jepang juga menjadikan Benteng Vredeburg menjadi tempat penyimpanan persenjataan. Penguasaan Jepang atas benteng ini berakhir pada 1945 ketika proklamasi berkumandang dan Indonesia telah merdeka.

Pada masa kemerdekaan, Indonesia mengambil alih benteng tersebut yang diserahkan kepada instansi militer untuk digunakan sebagai markas dan pasukan yang tergabung dengan kode staff “Q” di bawah Letnan Muda I Radio untuk pembekalan militer. Pada 1946, Benteng Vredeburg beralih fungsi menjadi rumah sakit untuk menampung tentara yang menjadi korban pertempuran.

Pada 19 Desember 1948 di mana terjadinya Agresi Militer Belanda yang kedua mengakibatkan benteng Vredeburg menjadi sasaran utama pengeboman yang dilakukan oleh pihak Belanda dan hancur. Belanda pun kembali menguasai Yogyakarta dan menjadikan Benteng Vredeburg sebagai markas.

Sebagai usaha untuk melengserkan kekuasaan Belanda, TNI melayangkan serangan kepada Belanda pada 1 Maret 1949. Setelah Belanda meninggalkan Yogyakarta maka Benteng Vredeburg dikuasai oleh Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) dan kemudian diserahkan kepada Militer Akademi Yogyakarta.

Pengelolaan banguanan Benteng Vredeburg diserahkan kepada Pemerintah Daerah Kota Yogyakarta. Pada 15 Juli 1981 bangunan bekas Benteng Vredeburg ditetapkan sebagai cagar budaya berdasarkan ketetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Dari Benteng Menjadi Museum

museum benteng vredeburgAtas perintah Mendikbud pada 9 Agustus 1980 yang kemudian disetujui oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX menetapkan bahwa Benteng Vredeburg menjadi pusat informasi dan pengembangan budaya Nusantara. Lalu beberapa tahun kemudian tepatnya pada 16 April 1985 benteng tersebut dipugar untuk dijadikan museum.

Museum Benteng Vredeburg mulai dibuka untuk publik pada 1987. Pada 1992 bangunan tersebut diakui secara resmi sebagai Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

Isi Museum Benteng Vredeburg

Benteng Vredeburg Pamerkan Benda Bersejarah SU 1 Maret

Dalam Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta ini terdapat berbagai koleksi unggulan yang memiliki sejarah penting. Isi Museum Benteng Vredeburg adalah miniatur Kongres Boedi Oetomo yang berlatar belakang di Kweekschool Yogyakarta, Mesin ketik milik Surjopranoto yang merupakan seorang pemimpin aksi mogok kerja buruh pabrik gula di Yogyakarta, dan masih banyak lagi.

Untuk memberikan informasi mengenai koleksi unggulan Museum Benteng Vredeburg maka pada 2014 Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta menerbitkan sebuah buku yang berisi koleksi yang terdapat di museum tersebut.

Alamat dan Jam Operasional

Museum Benteng Vredeburg, Obyek Wisata Murah Yogyakarta
Untuk Anda yang ingin mengunjungi wisata sejarah, Museum Benteng Vredeburg adalah tempat yang pas untuk dikunjungi. Museum Benteng Vredeburg ini terletak di Jalan Margomulyo No.6, Ngupasan, Kecamatan Gondoman, Yogyakarta. Museum ini terletak di depan Gedung Agung dan Keraton Kesultanan Yogyakarta.

Jadwal jam buka Benteng Vredeburg adalah pukul 07.30-16.00 WIB setiap Selasa-Kamis, dan 07.30-16.30 WIB pada hari Jumat-Minggu. Perlu diingat bahwa museum ini libur setiap Senin dan hari libur nasional.

Tiket Masuk dan Fasilitas

Pameran Temporer Serangan Umum 1 Maret Digelar di Museum Benteng Vredeburg

Menelusuri barang-barang bersejarah dari Museum Benteng Vredeburg tidak perlu mengeluarkan biaya mahal. Harga tiket masuk Benteng Vredeburg adalah Rp2.000 untuk anak-anak, Rp3.000 untuk dewasa, dan Rp10.000 untuk turis asing.

Fasilitas yang disediakan oleh Museum Benteng Vredeburg adalah toilet yang bersih, musala, ruang audio visual, kantin, dan cafe. Setiap Jumat biasanya diadakan senam sehat yang dapat diikuti pengunjung Museum.

Dengan harga tiket yang murah, Anda bisa berfoto sepuasnya di Museum Benteng Vredeburg yang memiliki koleksi sejarah Benteng Vredeburg dari barang asli hingga replika.

Museum Benteng Vredeburg adalah salah satu pilihan destinasi wisata bagi wisatawan jika berkunjung ke Yogyakarta.

Tags: Benteng VredeburgDestinasiDestinationMuseum Benteng VredeburgPeta Wisata IndonesiaTravelling IndonesiaYogyakarta
Previous Post

Empal Gentong, Hasil Akulturasi Budaya

Next Post

Ayo! Pahami Beragam Pilihan Staycation

Related Posts

Pantai Nirwana, Serpihan Surga di Tanah Buton
Destination

Pantai Nirwana, Serpihan Surga di Tanah Buton

August 19, 2025
BSD Secret Zoo, Edukasi Satwa Terbaru Karya Sinar Mas Land
Destination

BSD Secret Zoo, Edukasi Satwa Terbaru Karya Sinar Mas Land

August 15, 2025
Menjelajahi Pesona Air Terjun Grojogan Sewu di Karanganyar
Destination

Menjelajahi Pesona Air Terjun Grojogan Sewu di Karanganyar

August 10, 2025
Sekitar 475.500 Wisatawan Kunjungi Destinasi Wisata di Sleman
Destination

Sekitar 475.500 Wisatawan Kunjungi Destinasi Wisata di Sleman

July 14, 2025
Pesona Alam dari Destinasi Wisata Hidden Gems di Bali
Destination

Pesona Alam dari Destinasi Wisata Hidden Gems di Bali

July 4, 2025
Pengunjung Sunrise Land Lombok Membludak Selama Libur Sekolah
Destination

Pengunjung Sunrise Land Lombok Membludak Selama Libur Sekolah

July 2, 2025
Next Post
Ayo! Pahami Beragam Pilihan Staycation

Ayo! Pahami Beragam Pilihan Staycation

Popular

  • Tari Busak Baku, Simbol Keindahan dan Harmoni Dayak Lundayeh

    Tari Busak Baku, Simbol Keindahan dan Harmoni Dayak Lundayeh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gultik, Kuliner Legendaris yang Laris Manis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Wayang Purwa dan Perkembangan dari Masa ke Masa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lompat Batu Nias, Menyimpan 3 Nilai Peradaban Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tikar Anyam Ternate Terancam Punah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Recent News

Belajar Kearifan Lokal Polewali Mandar Melalui Kacaping

Belajar Kearifan Lokal Polewali Mandar Melalui Kacaping

August 22, 2025
Menelusuri Alam Hijau Megamendung di Kencana Valley

Menelusuri Alam Hijau Megamendung di Kencana Valley

August 21, 2025
Pantai Nirwana, Serpihan Surga di Tanah Buton

Pantai Nirwana, Serpihan Surga di Tanah Buton

August 19, 2025
Babat Gongso, Jejak Tersisa Cheng Ho Dalam Kuliner Semarang

Babat Gongso, Jejak Tersisa Cheng Ho Dalam Kuliner Semarang

August 19, 2025
Travelling Indonesia

Follow Us

  • Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Management
  • About Us
  • Contact Us

All Rights Reserved by travellingindonesia.com © 2022

No Result
View All Result
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS

All Rights Reserved by travellingindonesia.com © 2022