• Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Management
  • About Us
  • Contact Us
Travelling Indonesia
Advertisement
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS
No Result
View All Result
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS
No Result
View All Result
Travelling Indonesia
No Result
View All Result
Home Art & Culture

Tari Busak Baku, Simbol Keindahan dan Harmoni Dayak Lundayeh

gerry fm by gerry fm
April 8, 2025
in Art & Culture
Tari Busak Baku, Simbol Keindahan dan Harmoni Dayak Lundayeh

Tari busak baku asal Kalimantan Utara. (Istimewa)

Share on FacebookShare on Twitter

Travelling Indonesia – Tarian busak baku bukan sekadar pertunjukan tari, melainkan sebuah ungkapan seni yang mengekspresikan kedalaman budaya dan tradisi suku Dayak Lundayeh. Gerakan-gerakan dalam tarian ini mencerminkan keindahan, kelembutan, serta keharmonisan antara pria dan wanita, yang menjadi inti dari hubungan sosial dalam komunitas Dayak.

Nama tarian ini terinspirasi dari bunga busak baku, flora khas Kalimantan Utara yang tidak hanya memukau secara visual, namun juga sarat akan makna simbolis.

Bunga ini mencerminkan identitas budaya yang kuat, di mana keberadaannya dalam ekosistem lokal menggambarkan pentingnya hubungan antara manusia dan alam.

Baca:

  • Sejumlah Event Menarik Sepanjang April 2025
  • Menjelajahi Panorama Matahari Terbenam di Pulau Dewata
  • Ketupat Kandangan, Harmoni Ketupat dan Ikan Gabus khas Banjar

Paulus Belapang, Ketua Adat Dayak Lundayeh Kabupaten Malinau, menjelaskan bahwa kata ‘busak’ merujuk pada bunga hutan yang memiliki banyak fungsi bagi masyarakat adat. Tak hanya sebagai bahan pembungkus makanan atau bahan bangunan, bagian-bagian lain dari tanaman ini juga dimanfaatkan sebagai sumber pangan.

Tarian busak baku, menurut Paulus, merefleksikan hubungan yang erat antara masyarakat Dayak Lundayeh dengan alam sebagai sumber kehidupan mereka.

Tari busak baku dapat dianggap sebagai simbol yang kuat dari ikatan emosional dan kekeluargaan dalam masyarakat Dayak Lundayeh. Setiap gerakannya tidak hanya menampilkan keterampilan fisik yang tinggi, tetapi juga mengekspresikan nilai-nilai luhur seperti hormat, kerja sama, dan persatuan.

Tarian ini bukan sekadar pertunjukan, melainkan ritual mendalam yang menyatukan komunitas dan memperkuat identitas mereka. Paulus menegaskan, tarian ini melambangkan persatuan dan menjadi ciri khas suku Dayak Lundayeh. Melalui tarian ini, nilai-nilai budaya diwariskan dari generasi ke generasi.

Lebih lanjut, Paulus menerangkan bahwa tari busak baku pada dasarnya merupakan pementasan berkelompok, bukan individu. Setiap pertunjukan melibatkan 4 hingga 7 penari, baik pria maupun wanita, yang bergerak harmonis bersama.

Ini menunjukkan bahwa kolaborasi dan kebersamaan adalah nilai inti dalam budaya ini, menekankan pentingnya setiap individu dalam komunitas. Tarian ini juga menjadi sarana bagi generasi muda untuk belajar tentang sejarah, nilai, dan tradisi yang diwariskan dari nenek moyang mereka.

Dalam upaya melestarikan tarian busak baku, generasi muda didorong untuk mempertahankan gerakan inti tarian ini. Namun, penambahan gerakan sangat diperbolehkan.

“Ditambah gerakan kreasi apa pun tidak masalah, asalkan gerakan asli dari tarian busak baku tidak dihilangkan. Kita selalu mendorong generasi muda untuk tidak melupakan gerakan dasar dari tari busak baku itu sendiri,” ucap Paulus, menegaskan pentingnya menjaga warisan budaya sambil tetap membuka ruang untuk inovasi.

Menurutnya, hal tersebut dapat menciptakan keseimbangan antara pelestarian tradisi dan penyesuaian dengan perkembangan zaman.

Seiring perkembangan zaman, musik yang mengiringi tari busak baku juga dapat dikreasikan sesuai keinginan para penari. Namun, penting untuk diingat bahwa irama dasar tarian ini, yang terdiri dari gabungan suara gong, kecapi, tambur, dan telingut (alat musik seperti seruling yang dimainkan dari hidung), harus tetap dipertahankan guna menjaga keaslian dan makna mendalam dari tarian tersebut.

Dengan kata lain, musik memegang peranan krusial dalam menciptakan atmosfer yang sesuai dan memperkuat pesan yang ingin disampaikan melalui gerakan tari.

Tarian busak baku sering dipentaskan di berbagai acara besar di Kabupaten Malinau. Pada masa lalu, tarian ini menjadi simbol penyambutan bagi para pahlawan yang kembali dari perang, sebuah pengakuan atas keberanian dan pengorbanan mereka. Kini, tarian ini lebih sering ditampilkan dalam berbagai acara adat, penyambutan tamu kehormatan, sampai festival budaya.

Dalam setiap pementasan, para penari busak baku mengenakan pakaian adat bakad dan tekib yang dihiasi motif bunga busak baku. Pakaian dengan dominasi warna merah melambangkan semangat dan keberanian, sementara warna hijau melambangkan kesejahteraan dan harmoni dengan alam. Setiap detail kostum, dari warna hingga motif, sarat dengan makna simbolis, menciptakan kesatuan yang utuh antara penari, musik, dan nilai-nilai budaya yang diangkat.

Gerakan lembut dalam tarian ini, disertai alunan musik tradisional, menciptakan suasana magis yang memikat penonton dan membawa mereka merasakan kedalaman makna yang terkandung di dalamnya. Tarian ini mengajak penonton merasakan perjalanan emosional yang dalam, menggugah rasa kebersamaan, dan membangkitkan penghormatan terhadap tradisi yang telah dibangun oleh nenek moyang mereka.

Menjaga Warisan melalui Pendidikan

Tari Busak Baku e1744039742698
Tari busak baku asal Kalimantan Utara.

Dengan keindahan dan makna filosofis yang mendalam, tari busak baku adalah warisan budaya berharga yang perlu dilestarikan. Paulus berharap tarian ini dapat menarik lebih banyak wisatawan dan memperkenalkan kekayaan budaya Dayak Lundayeh ke dunia. Ia yakin bahwa semakin dikenal, tarian ini akan semakin dihargai. Tarian ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga jembatan antargenerasi serta sarana untuk menyampaikan pesan moral dan sejarah kepada masyarakat luas.

Dalam upaya pelestarian tersebut, Lembaga Adat Dayak Lundayeh telah menggandeng Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Malinau untuk menjadikan tarian busak baku serta kebudayaan adat Lundayeh lainnya sebagai mata pelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah.

Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan apresiasi generasi muda terhadap budaya mereka sendiri, menjadikan mereka bukan hanya sebagai penonton tetapi juga sebagai pelestari. Melalui pendidikan, generasi muda diajarkan untuk memahami dan menghargai akar budaya mereka, sehingga mereka dapat berkontribusi dalam pelestarian warisan yang berharga ini.

Lembaga Adat Dayak Lundayeh berharap pembelajaran tari busak baku dapat terus ditingkatkan. Namun, Paulus menekankan bahwa menjaga gerakan dasar tarian ini sangatlah krusial.

“Walaupun gerakan kreasinya ditambah menggunakan gerakan apa pun, tetap pertahankan gerakan dasar tari busak baku,” ujar Paulus, menegaskan pentingnya melestarikan warisan budaya ini agar tetap hidup dan relevan dalam perkembangan zaman.

Tarian ini, dengan segala keindahan dan maknanya, akan terus menjadi simbol kekuatan, kebanggaan, dan keanggunan budaya Dayak Lundayeh, membawa pesan cinta dan keharmonisan bagi generasi mendatang.

Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Facebook, Twitter dan TikTok.

Tags: Dayak LundayehKalimantan UtaraPeta Wisata IndonesiaSeni dan BudayaTarian Busak BakuTravelling Indonesia
Previous Post

Sate Tuna Gorontalo, Kelezatan Laut Kaya Rempah

Next Post

Sajian Tengkleng Sumsum Kambing, Hidangan Kaum Priyayi di Solo

Related Posts

Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung
Art & Culture

Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung

May 21, 2025
Jangkrik Genggong, Gaungkan Wisata Budaya Asal Pacitan
Art & Culture

Jangkrik Genggong, Gaungkan Wisata Budaya Asal Pacitan

May 15, 2025
Festival Tabuik, Upacara Adat Minangkabau di Pantai Pariaman
Art & Culture

Festival Tabuik, Upacara Adat Minangkabau di Pantai Pariaman

April 18, 2025
Alat Musik Rebab, Kesenian Betawi Warisan Budaya Timur Tengah
Art & Culture

Alat Musik Rebab, Kesenian Betawi Warisan Budaya Timur Tengah

April 16, 2025
Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Pulau Lombok
Art & Culture

Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Pulau Lombok

April 7, 2025
Belajar Kearifan Lokal Polewali Mandar Melalui Kacaping
Art & Culture

Belajar Kearifan Lokal Polewali Mandar Melalui Kacaping

April 4, 2025
Next Post
Sajian Tengkleng Sumsum Kambing, Hidangan Kaum Priyayi di Solo

Sajian Tengkleng Sumsum Kambing, Hidangan Kaum Priyayi di Solo

Popular

  • Sayur Besan Khas Betawi, Sajian Spesial Acara Pernikahan

    Sayur Besan Khas Betawi, Sajian Spesial Acara Pernikahan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Artotel Gelora Senayan Usung Hotel Berkonsep Sport, Seni dan Gaya Hidup

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aneka Ragam Kerajinan Tangan Asal Riau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rainbow Rafting, Wisata Khusus Pencinta Tantangan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Recent News

Babat Gongso, Jejak Tersisa Cheng Ho Dalam Kuliner Semarang

Babat Gongso, Jejak Tersisa Cheng Ho Dalam Kuliner Semarang

May 21, 2025
Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung

Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung

May 21, 2025
Mandalika Tawarkan Ajang Bertajuk Pocari Sweat Run Lombok 2025

Mandalika Tawarkan Ajang Bertajuk Pocari Sweat Run Lombok 2025

May 20, 2025
Rujak Aceh, Kuliner Kaya Rasa di Setiap Suapan

Rujak Aceh, Kuliner Kaya Rasa di Setiap Suapan

May 20, 2025
Travelling Indonesia

Follow Us

  • Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Management
  • About Us
  • Contact Us

All Rights Reserved by travellingindonesia.com © 2022

No Result
View All Result
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS

All Rights Reserved by travellingindonesia.com © 2022