• Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Management
  • About Us
  • Contact Us
Travelling Indonesia
Advertisement
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS
No Result
View All Result
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS
No Result
View All Result
Travelling Indonesia
No Result
View All Result
Home Art & Culture

Nilai Estetis Ukiran Gebyok, Sejarah Lahirnya Kreativitas Budaya Jawa

Beno Alfredo by Beno Alfredo
May 26, 2022
in Art & Culture
Gebyok

Gebyok - Dok. Pinterest

Share on FacebookShare on Twitter

Travelling Indonesia – Gebyok merupakan salah satu furnitur suku Jawa berupa partisi sehingga dapat difungsikan sebagai penyekat antar ruangan. Pada umumnya gebyok hadir dengan ukiran khas Jawa dan terbuat dari kayu jati yang bermutu tinggi.

Dengan segala keunikannya, gebyok hadir sebagai partisi Jawa yang bernilai seni tinggi dan memiliki nilai estetika yang sangat istimewa.

Pada dasarnya, fungsi gebyok adalah sebagai partisi ruangan yang dilengkapi dengan pintu. Namun, saat ini gebyok juga diproduksi sebagai partisi murni dan elemen dinding. Tingginya minat masyarakat pada partisi khas Jawa ini telah mengantarkan gebyok sebagai furniture yang memiliki perluasan fungsi dari fungsi semula yang hanya sebagai partisi.

Sejarah gebyok bisa ditarik sejauh masa hidup Ratu Kalinyamat, putri Sultan Trenggono, Sultan Demak abad ke-16. Kala itu, sang putri yang bernama Retno Kencono Wungu bersama dengan suaminya yakni Sunan Hadirin mendapati jatah kekuasaan di wilayah Jepara, Kudus, Pati, dan sekitarnya.

Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat, gebyok telah diciptakan dan menjadi karya agung dengan ukiran rumit dan indah yang menjadi titik tolak utama. Gebyok mencerminkan pemikiran dan perasaan estetis maupun etik. Gebyok bukan semata-mata bentuk yang tidak ada artinya, namun gebyok menunjuk pada kebijakan manusia.

Gebyok yang sudah berkembang pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat adalah rumah kayu yang dipenuhi oleh kerajinan ukir pada kayunya. Gebyok diciptakan untuk meraih tujuan praktis, etis, dan estetis.

Sebagai kebutuhan praktis, gebyok merupakan sebagai rumah yang layak dan tangguh. Walaupun penuh ukiran, tetapi tidak meninggalkan kekuatan sebagai penyangga rumah. Sebuah rumah yang menggunakan gebyok bisa disebut bukan rumah biasa melainkan rumah pilihan, karena untuk menciptakan gebyok diperlukan kayu pilihan serta tenaga ahli terbaik pada zamannya.

Kebutuhan gebyok pada nilai estetis adalah tak pelak gebyok memulangkan keindahan pada ukiran yang tidak tertandingi. Kesabaran, ketelatenan, dan kemampuan teknis ukir lihai adalah syarat mutlak menciptakan ukiran yang indah pada gebyok.

Makna dan Daya Magis Gebyok

Gebyok juga memiliki nilai etis dan spiritual, gebyok memberi pesan spiritual bagi penghuninya. Ukiran pada gebyok memaparkan tujuan hidup manusia, sangkan paraning dumadi (asal dan tujuan hidup), keharmonisan, kesejahteraan dan kedamaian. Keharmonisan desain gebyok memperlihatkan pentingnya keharmonisan hidup dengan alam.

Gebyok juga sebagai tanda mengenai perjalanan ke surga, naik turunnya roh nenek moyang. Swastika adalah simbol harmoni dan keseimbangan hidup. Bung bambu adalah simbol regenerasi, kesuburan, dan keberlanjutan hidup. Kala makara adalah simbol cinta antara ibu dan anak.

Tak heran jika gebyok maupun rumah limasan berpenghuni makhluk halus, partikel kayu yang digunakan bertempat tinggal para roh halus ini sudah tentu kayu-kayu pilihan dan memiliki kekuatan magis.

Gebyok Jadi Warisan Budaya

Kini gebyok menjadi warisan budaya Indonesia yang tidak lekang oleh zaman. Gebyok penuh metafor dan pesan mengenai kebijakan hidup terkait kesejahteraan hidup bahwa, sejahtera bukan hanya di dunia saja melainkan di akhirat.

Gebyok pernah menjadi simbol kekayaan di Kudus, gebyok banyak diaplikasikan pada rumah Kudus sebelum 1810 M serta menjadi simbol kejayaan dan kekayaan pemiliknya. Lingkungan Kudus Kulon diciptakan sebagai tempat khusus rumah tradisional Kudus. Masyarakat Kudus Kulon tetap berusaha membuat rumah gebyok yang sudah mereka kenal sejak zaman pemerintahan Demak dan Sunan Kudus.

Ukiran kayu yang terdapat pada gebyok kayu membutuhkan kemahiran tingkat tinggi, hingga saat ini pun kemahiran dalam mengukir kayu tidak pudar, pengrajin gebyok banyak ditemukan di Jepara dan Kudus.

Sejak abad ke-16 sampai abad ke-18, pengrajin ukir kayu Kudus menerima berbagai pesanan untuk membangun rumah kayu, yakni dengan menggunakan bahan utama dari kayu jati dengan kualitas terbaik yang di ambil dari hutan Blora, Tuban, dan Bojonegoro. Pada abad ke-19, jati berkualitas baik semakin jarang ditemukan, sehingga menyurutkan minat mereka untuk menggembangkan keahliannya.

Kemahiran ukir yang masih bertahan hingga saat ini berada di Jepara, kota tetangga Kudus. Kemahiran ukir warga Jepara sangat terkenal dan bertahan hingga saat ini. Sentra pembuat gebyok pun terletak di Jepara yang berdekatan dengan kabupaten Kudus.

Rumah gebyok saat itu menjadi identitas bahwa orang kaya Kudus Kulon berbeda dengan masyarakat kalangan atas Kudus Wetan, sekaligus membedakan dengan orang Kudung kebanyakan yang rumahnya memiliki bentuk limasan biasa. Inilah mengapa bangunan rumah gebyok menjadi ciri khas dan diakui sebagai rumah adat Kudus.

Pilihan Kayu

Kualitas kayu yang digunakan sebagai bahan baku gebyok pada umumnya memang merupakan jenis kayu yang tahan cuaca sehingga cenderung lebih kuat dan awet serta kayu tersebut harus mudah untuk diukir.

Tinggi rendahnya kualitas partisi khas Jawa ini sangat bergantung pada kualitas kayu yang digunakan sebagai bahan baku. Selain itu, tingkat kerumitan ukiran, ukuran, ornamen, ketebalan bahan dan finishing juga turut menentukan kualitas keindahan pada gebyok. Dengan segala keunikan dan kerumitannya, gebyok hadir sebagai partisi khas Jawa yang memiliki nilai seni tinggi dan cocok bagi mereka yang memiliki apresiasi akan nilai estetika sebuah karya.

Variasi Gebyok

Saat ini, bila menyebut istilah gebyok yang terbayang di masyarakat bukanlah pada fungsinya, melainkan kerumitan ukiran, baik itu ukiran gaya Jepara, Kudus, Madura, atau Jawa. Jadi, seandainya bertemu dengan pintu kayu yang berukiran rumit maka pintu tersebut disebut “gebyok pintu”. Begitu pula bila ada jendela kayu yang berukir rumit maka jendela tersebut disebut “jendela gebyok”.

Sehingga muncul di masyarakat istilah tempat tidur gebyok (peturon), pelaminan gebyok, dekorasi gebyok, dan lain sebagainya.

Karena fungsinya yang tidak hanya sebagai pembatas ruangan, gebyok saat ini apabila dari sisi bahan sudah mulai bervariasi, yakni tidak melulu menggunakan kayu jati. Saat ini bahan baku yang digunakan bisa dari kayu nangka dan mahoni, bahan baku tersebut sudah mulai diterapkan untuk pembuatan gebyok. Namun, dari sisi pengerjaan proses akhir atau finishing juga sudah tidak terpacu pada warna natural pada kayu, saat ini sudah mulai muncul gebyok berwarna putih bahkan ada pula gebyok dengan warna lainnya.

Tumbuh kesadaran dan kebanggaan akan warisan budaya daerah, ikut serta menciptakan kegairahan dalam memelihara dan mengembangkan budaya gebyok. Kini, gebyok menjadi incaran di seluruh Indonesia bahkan di pasar internasional.

Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram https://instagram.com/travellingindonesiacom?igshid=YmMyMTA2M2Y, Facebook https://www.facebook.com/groups/392631742735837/?ref=share, dan Twitter https://twitter.com/travell_in?t=lhFS4MS7pr5q0UBGCiZSdA&s=09.

Tags: Art and CultureBudayaDemakGebyokJawaJawa TengahJeparaKudusPatiPeta Wisata IndonesiaSeniSeni dan BudayaTravelling Indonesia
Previous Post

Padma Resort Ubud, Surga Romantis Pujaan Wisatawan Mancanegara

Next Post

Muslim Life Fair 2022 Hadir di Yogyakarta, Catat Tanggalnya!

Related Posts

Honai, Rumah Adat Papua
Art & Culture

Rumah Honai, Bangunan Ramah Lingkungan Adat Papua

November 2, 2025
Belajar Kearifan Lokal Polewali Mandar Melalui Kacaping
Art & Culture

Belajar Kearifan Lokal Polewali Mandar Melalui Kacaping

August 22, 2025
Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung
Art & Culture

Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung

August 11, 2025
Makna Sakral Tradisi Sayyang Pattuduq di Tanah Mandar
Art & Culture

Makna Sakral Tradisi Sayyang Pattuduq di Tanah Mandar

August 2, 2025
Tari Reogke, Wujud Kritik Bujanganong Terhadap Kekuasaan Raja
Art & Culture

Tari Reogke, Wujud Kritik Bujanganong Terhadap Kekuasaan Raja

June 12, 2025
Tari Busak Baku, Simbol Keindahan dan Harmoni Dayak Lundayeh
Art & Culture

Tari Busak Baku, Simbol Keindahan dan Harmoni Dayak Lundayeh

May 27, 2025
Next Post
Ilustrasi Muslim

Muslim Life Fair 2022 Hadir di Yogyakarta, Catat Tanggalnya!

Popular

  • Mengenal Kupat Tahu, Kuliner Tradisional Indonesia dan Sejarahnya

    Mengenal Kupat Tahu, Kuliner Tradisional Indonesia dan Sejarahnya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pantai Nirwana, Serpihan Surga di Tanah Buton

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah Honai, Bangunan Ramah Lingkungan Adat Papua

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Wayang Purwa dan Perkembangan dari Masa ke Masa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Demi Tradisi Penari Pria Tampil Layaknya Wanita

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Recent News

Menikmati Sensasi Ketenangan Sejenak di Pulau Hoga Wakatobi

Menikmati Sensasi Ketenangan Sejenak di Pulau Hoga Wakatobi

November 2, 2025
Honai, Rumah Adat Papua

Rumah Honai, Bangunan Ramah Lingkungan Adat Papua

November 2, 2025
Mengenal Kupat Tahu, Kuliner Tradisional Indonesia dan Sejarahnya

Mengenal Kupat Tahu, Kuliner Tradisional Indonesia dan Sejarahnya

November 2, 2025
Menelusuri Alam Hijau Megamendung di Kencana Valley

Menelusuri Alam Hijau Megamendung di Kencana Valley

November 1, 2025
Travelling Indonesia

Follow Us

  • Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Management
  • About Us
  • Contact Us

All Rights Reserved by travellingindonesia.com © 2022

No Result
View All Result
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS

All Rights Reserved by travellingindonesia.com © 2022