• Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Management
  • About Us
  • Contact Us
Travelling Indonesia
Advertisement
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS
No Result
View All Result
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS
No Result
View All Result
Travelling Indonesia
No Result
View All Result
Home Art & Culture

Makna Sakral Tradisi Sayyang Pattuduq di Tanah Mandar

Beno Alfredo by Beno Alfredo
August 2, 2025
in Art & Culture
Makna Sakral Tradisi Sayyang Pattuduq di Tanah Mandar

Tradisi sayyang pattuduq di Mandal, Sulawesi Barat. (Istimewa)

Share on FacebookShare on Twitter

Travelling Indonesia – Kuda yang dihiasi aksesori itu menari-nari mengikuti irama tabuhan rebana yang bertalu-talu dalam sebuah pertunjukan yang disebut sayyang pattuduq. Kepalanya mengangguk-angguk, bergoyang mengikuti ketukan rebana, sementara kaki depannya melangkah seirama dengan musik yang mengiringi.

Di atas punggung kuda, seorang perempuan berpakaian adat Mandar duduk dengan anggun, ditemani bocah laki-laki berpakaian ala Arab dengan gamis panjang. Sesekali, kuda itu mengangkat kaki depannya tinggi-tinggi, sementara empat pria pendamping sigap mengendalikannya.

Iringan musik rebana dan selawat dari para pengiring kuda terus terdengar meriah, disambut dengan kegembiraan oleh warga di setiap rumah yang dilewati. Pertunjukan ini merupakan upaya melestarikan tradisi turun-temurun dari nenek moyang mereka di tanah Mandar, Sulawesi Barat.

Baca:

  • Kemenpar Dukung Festival Seni Budaya Krisna-Saba di Bali
  • Momentum Liburan Sekolah, Ancol Targetkan 680 Ribu Pengunjung
  • Car Free Night Dikaji, Gubernur Pastikan Tak Ganggu Aktivitas Hotel

Tradisi ini sering digelar untuk merayakan maulid Nabi Muhammad SAW. Dalam bahasa Mandar, ‘sayyang’ berarti kuda, sedangkan ‘pattuduq’ berarti menari. Jadi, secara harfiah, ‘sayyang pattudu’ dapat diartikan sebagai tradisi mengarak anak yang baru khatam Al-Qur’an menggunakan kuda yang menari. Saat membawa anak, kuda akan menari-nari dengan menggoyangkan kepala dan kedua kaki depannya mengikuti irama tabuhan rebana.

Ada beberapa versi mengenai asal-usul tradisi sayyang pattuduq di tanah Mandar. Versi pertama menyebutkan bahwa tradisi ini telah dimulai sejak abad ke-14 pada masa pemerintahan raja pertama Kerajaan Balanipa, Imayambungi, yang bergelar Todilaling. Namun, versi yang lebih kuat menyatakan bahwa tradisi sayyang pattuduq muncul seiring dengan masuknya agama Islam ke wilayah Kerajaan Mandar.

Menurut Muhammad Ridwan Alimuddin dalam buku Polewali Mandar, Alam, Budaya, Manusia, tradisi sayyang pattuduq diperkirakan bermula pada abad ke-16, seiring dengan masuknya Islam sebagai agama resmi di beberapa kerajaan Mandar. Awalnya, tradisi ini hanya berkembang di lingkungan istana dan dilaksanakan sebagai bagian dari perayaan maulid Nabi Muhammad SAW. Pemilihan kuda sebagai sarana pertunjukan dikarenakan hewan ini merupakan alat transportasi utama pada masa itu.

Sebelum agama Islam masuk di tanah Mandar, kuda menjadi simbol kekerasan, kekuasaan, kekuatan, dan kemewahan. Setelah Islam masuk, kuda mulai dilatih dan dididik sebagai alat pendidikan. Pesantren-pesantren yang bermunculan setelah masuknya Islam mewajibkan para santrinya untuk melatih dan mendidik kuda. Seorang santri belum dianggap berhasil jika belum mampu melatih kuda hingga patuh, meskipun telah menyelesaikan seluruh pengajian.

Karena itu, para santri mulai melatih kuda untuk menari mengikuti irama rebana dan senandung selawat. Dari sinilah, sayyang pattuduq mulai berkembang di lingkungan istana kerajaan dan disakralkan. Pertunjukannya hanya digelar pada upacara perayaan maulid Nabi Muhammad SAW. Namun, seiring berjalannya waktu, tradisi sayyang pattuduq berkembang menjadi perayaan bagi anak-anak yang telah khatam Al-Qur’an di setiap kampung di Sulawesi Barat. Artinya, tradisi ini kini dapat dinikmati dan diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat. Masyarakat Mandar meyakini bahwa tradisi sayyang pattuduq dapat menjadi motivasi bagi anak-anak untuk rajin mengaji dan menyelesaikannya.

1567491820
Tradisi kuda penari khas tanah Mandar.

Sayyang pattuduq, tradisi arak-arakan kuda penari, biasanya digelar setelah tanggal 12 Rabiul Awal. Acara ini melibatkan puluhan hingga ratusan kuda penari yang membawa anak-anak yang telah menyelesaikan hafalan Al-Qur’an. Kuda-kuda ini bukan sembarang kuda; mereka dilatih secara khusus oleh pelatih yang jumlahnya sangat terbatas di Polewali Mandar. Pelatihan berlangsung selama lima hingga enam hari, di mana kuda-kuda ini diajarkan gerakan-gerakan khas seperti menganggukkan kepala dan menghentakkan kaki depan. Sebelum memulai pembelajaran, pelatih melakukan ritual dengan mengikat tali pada kepala kuda dan membelainya dari ujung kepala hingga ekor.

Pada hari perayaan, kuda-kuda yang telah dilatih itu dihias dengan aksesori dan pernak-pernik adat. Kuda-kuda yang sudah berhias kemudian ditunggangi oleh seorang wanita dewasa yang disebut pissawe, yang mengenakan pakaian adat pokko. Di belakang pissawe, duduk anak-anak yang telah khatam Al-Qur’an. Anak perempuan mengenakan kerudung pandawara, sedangkan anak laki-laki mengenakan sorban dan gamis. Pissawe, sebagai simbol, harus menaiki kuda dengan anggun tanpa menyentuh tanah. Sering kali, kerabatnya membantu mengangkatnya ke atas kuda. Selama arak-arakan, pissawe harus mempertahankan posisi duduknya yang anggun.

Mengingat pissawe tidak boleh menginjak tanah, maka kuda biasa diparkirkan dekat tangga rumah panggung, dan pissawe dinaikkan oleh suami atau keluarganya. Setelah berada di atas kuda, pissaweharus berdiri sejenak menghadap matahari dalam sebuah ritual yang disebut ussul, yang melambangkan kecantikan dan keanggunan seorang wanita. Kemudian, pissawe duduk dengan anggun, menegakkan lutut kanan dan meletakkan tangan kanan di atasnya. Posisi ini harus dipertahankan sepanjang perjalanan, menuntut ketenangan dan keseimbangan yang tinggi, mencerminkan keanggunan dan kekuatan seorang perempuan Mandar.

Arak-arakan kuda penari dipimpin oleh sawi yang memberikan instruksi kepada kuda untuk menari. Ia diikuti oleh dua orang penjaga yang disebut passarung, biasanya dari kerabat tomissawe atau anak-anak yang telah khatam Al-Qur’an. Arak-arakan ini diiringi oleh grup rebana laki-laki atau parrawanayang melantunkan selawat sepanjang perjalanan. Puisi kalindadaq, yang berisi pesan-pesan agama atau pantun, sering kali dibacakan dengan nada jenaka, menambah keseruan bagi para penonton.

Arak-arakan sayyang pattuduq biasanya dilakukan di jalan-jalan desa atau kampung, bahkan terkadang melintasi jalan provinsi. Penontonnya tidak hanya berasal dari desa setempat, tetapi juga dari daerah lain, menunjukkan besarnya minat masyarakat terhadap tradisi ini.

Sayyang Pattuduq e1751363157869
Tradisi sayyang pattuduq.

Tradisi sayyang pattuduq masih berlangsung hingga kini. Beberapa desa di Kecamatan Balanipa, Polewali Mandar, dan Desa Salabose, Majene, secara rutin menggelar acara ini setelah musim maulid Nabi Muhammad SAW. Seiring berjalannya waktu, sayyang pattuduq tidak hanya digelar untuk memperingati khataman Al-Qur’an, tetapi juga sebagai bentuk penyambutan tamu penting seperti tokoh masyarakat, wisatawan asing, atau pejabat. Tradisi ini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari identitas budaya masyarakat Mandar.

Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Facebook, Twitter dan TikTok.

Tags: Peta Wisata IndonesiaSeni dan BudayaSulawesi BaratTravelling Indonesia
Previous Post

Rame-Rame Jajan Kuliner ‘Belantara Rasa’ Hadir di Tangcity Mall

Next Post

Sate Tanjung, Kuliner Lezat Berbahan Ikan Khas Lombok Utara

Related Posts

Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung
Art & Culture

Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung

August 11, 2025
Tari Reogke, Wujud Kritik Bujanganong Terhadap Kekuasaan Raja
Art & Culture

Tari Reogke, Wujud Kritik Bujanganong Terhadap Kekuasaan Raja

June 12, 2025
Tari Busak Baku, Simbol Keindahan dan Harmoni Dayak Lundayeh
Art & Culture

Tari Busak Baku, Simbol Keindahan dan Harmoni Dayak Lundayeh

May 27, 2025
Belajar Kearifan Lokal Polewali Mandar Melalui Kacaping
Art & Culture

Belajar Kearifan Lokal Polewali Mandar Melalui Kacaping

May 23, 2025
Jangkrik Genggong, Gaungkan Wisata Budaya Asal Pacitan
Art & Culture

Jangkrik Genggong, Gaungkan Wisata Budaya Asal Pacitan

May 15, 2025
Festival Tabuik, Upacara Adat Minangkabau di Pantai Pariaman
Art & Culture

Festival Tabuik, Upacara Adat Minangkabau di Pantai Pariaman

April 18, 2025
Next Post
Sate Tanjung, Kuliner Lezat Berbahan Ikan Khas Lombok Utara

Sate Tanjung, Kuliner Lezat Berbahan Ikan Khas Lombok Utara

Popular

  • Arsitektur Atraktif Garrya Bianti Yogyakarta

    Arsitektur Atraktif Garrya Bianti Yogyakarta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tikar Anyam Ternate Terancam Punah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Permainan Egrang Bambu, Dolanan Tradisional Anak Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengungkap Keunikan Senjata Tradisional Asal Manado dan Filosofinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kreasi Unik Kipas khas Bali dari Kayu Cendana dan Keistimewaannya!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Recent News

Pantai Nirwana, Serpihan Surga di Tanah Buton

Pantai Nirwana, Serpihan Surga di Tanah Buton

August 19, 2025
Babat Gongso, Jejak Tersisa Cheng Ho Dalam Kuliner Semarang

Babat Gongso, Jejak Tersisa Cheng Ho Dalam Kuliner Semarang

August 19, 2025
BSD Secret Zoo, Edukasi Satwa Terbaru Karya Sinar Mas Land

BSD Secret Zoo, Edukasi Satwa Terbaru Karya Sinar Mas Land

August 15, 2025
Menelusuri Alam Hijau Megamendung di Kencana Valley

Menelusuri Alam Hijau Megamendung di Kencana Valley

August 12, 2025
Travelling Indonesia

Follow Us

  • Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Management
  • About Us
  • Contact Us

All Rights Reserved by travellingindonesia.com © 2022

No Result
View All Result
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS

All Rights Reserved by travellingindonesia.com © 2022