• Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Management
  • About Us
  • Contact Us
Travelling Indonesia
Advertisement
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS
No Result
View All Result
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS
No Result
View All Result
Travelling Indonesia
No Result
View All Result
Home Art & Culture

Jew, Rumah Bujang Suku Asmat

Beno Alfredo by Beno Alfredo
January 18, 2023
in Art & Culture
Jew, Rumah Bujang Suku Asmat

Jew, rumah bujang suku Asmat - Dok. Istimewa

Share on FacebookShare on Twitter

Travelling Indonesia – Sebuah rumah yang cukup besar tampak berdiri kokoh di antara pepohonan di pinggir sungai. Bentuknya memanjang dan memiliki pintu masuk lebih dari satu.

Tangga sederhana pun berjajar rapi sebagai jalur masuk di depan pintu rumah. Pondasi kayu-kayu besi tertancap kuat membuat rumah itu terlihat megah dari kejauhan. Rumah itu adalah Jew, atau biasa dikenal sebagai rumah bujang suku Asmat.

Alasan disebut sebagai rumah bujang adalah karena yang tinggal di rumah itu adalah kaum laki-laki yang belum menikah. Namun demikian, rumah panjang tersebut dapat digunakan oleh seluruh penduduk di sekitarnya, terutama oleh kaum pria karena dianggap sebagai pemimpin dalam keluarga masing-masing.

Biasanya, Jew atau rumah bujang ini menjadi tempat berkumpul bagi para pemuka adat dan pimpinan desa suku Asmat. Mereka mengadakan rapat desa, penentuan strategi perang, pesta adat, penyambutan tamu, dan segala kegiatan yang sifatnya tradisi di dalam rumah adat khas Asmat ini.

Setiap desa di suku Asmat umumnya mempunyai satu Jew di desanya. Fungsi Jew yang kurang lebih mirip balai desa membuat Jew benar-benar dibutuhkan masyarakat Asmat. Di dalam Jew, terdapat beberapa tungku yang jumlahnya menyesuaikan jumlah keluarga yang ada dalam satu desa Asmat.

Bila desa tersebut memiliki 10 keluarga, maka jumlah tungku api dalam Jew tersebut adalah 10 buah. Tungku ini akan menjadi tempat tiap keluarga berkelompok apabila ada rapat besar desa dalam Jew.

Jew dibangun dengan bahan-bahan alami yang didapat dari alam. Suku Asmat percaya, bahwa leluhur mereka dan alam telah bersinergi dan menyediakan kebutuhan mereka dalam membangun Jew. Atap rumah dibuat dari daun nipah dan daun sagu, begitu juga dengan dinding yang terbuat dari anyaman daun sagu. Pondasi Jew menggunakan kayu besi yang kuat dan tahan air, mengingat suku Asmat hidup di daerah rawa dan pesisir laut.

Hal lain yang unik adalah struktur dan rangka Jew yang sama sekali tidak menggunakan paku besi dalam proses pembangunannya. Suku Asmat mengandalkan tali rotan sebagai pengikat sambungan antar kayu dari struktur rangka Jew. Walau demikian, kekuatan bangunan Jew tidak perlu diragukan lagi, Jew buatan suku Asmat tetap mampu berdiri tegak sekalipun badai menerjang.

Panjang Jew pun beragam, kisarannya antara 10 hingga 10 meter. Panjang ini akan menyesuaikan jumlah tungku yang ada di dalamnya, begitu pula dengan jumlah pintu yang disediakan. Jadi, apabila keluarga dalam desa tersebut banyak, maka Jew akan semakin panjang dan memiliki banyak pintu.

Ukuran lebar dan tinggi akan menyesuaikan panjang Jew, hal ini disesuaikan secara proporsional. Uniknya, semua ukuran dan proses pembangunan ini masih diatur dalam tradisi kehidupan suku Asmat hingga jaman modern seperti sekarang ini.

Bicara tentang Jew atau rumah Bujang, maka kita juga akan berbicara mengenai aturan-aturan yang terdapat dalam kehidupan suku Asmat. Keberadaan Jew yang dianggap sakral menjadi salah satu contoh dari sekian banyak aturan adat yang harus dipelajari dan ditaati oleh suku Asmat.

Posisi Jew yang harus menghadap sungai, ukuran dan aturan pembuatan Jew, benda-benda keramat yang disimpan di dalam Jew (misalnya: tombak, panah berburu, atau Noken, sejenis tas anyam khas Papua), atau kepercayaan bahwa leluhur selalu menjaga Jew adalah beberapa contoh aturan serta tradisi yang memaknai berdirinya sebuah Jew.

Hampir semua aspek kehidupan suku Asmat terkait dengan keberadaan Jew di setiap desa. Segala aturan dan sistem kehidupan setiap desa dalam suku Asmat dimulai dari dalam Jew. Hal ini memperlihatkan betapa pentingnya Jew bagi suku Asmat. Selain itu, tradisi Jew sangat perlu kita lestarikan karena sarat akan nilai-nilai kehidupan yang dapat dipelajari sebagai kekayaan bangsa Indonesia hingga generasi masa depan nanti.

Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Facebook, Twitter dan TikTok.

Tags: AsmatJewPeta Wisata IndonesiaTravelling Indonesia
Previous Post

20 Maskapai Paling Tepat Waktu Sepanjang 2022

Next Post

Soto Padang, Kehangatan Dalam Semangkuk Kuliner Berkuah

Related Posts

Honai, Rumah Adat Papua
Art & Culture

Rumah Honai, Bangunan Ramah Lingkungan Adat Papua

November 2, 2025
Belajar Kearifan Lokal Polewali Mandar Melalui Kacaping
Art & Culture

Belajar Kearifan Lokal Polewali Mandar Melalui Kacaping

August 22, 2025
Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung
Art & Culture

Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung

August 11, 2025
Makna Sakral Tradisi Sayyang Pattuduq di Tanah Mandar
Art & Culture

Makna Sakral Tradisi Sayyang Pattuduq di Tanah Mandar

August 2, 2025
Tari Reogke, Wujud Kritik Bujanganong Terhadap Kekuasaan Raja
Art & Culture

Tari Reogke, Wujud Kritik Bujanganong Terhadap Kekuasaan Raja

June 12, 2025
Tari Busak Baku, Simbol Keindahan dan Harmoni Dayak Lundayeh
Art & Culture

Tari Busak Baku, Simbol Keindahan dan Harmoni Dayak Lundayeh

May 27, 2025
Next Post
Soto Padang, Kehangatan Dalam Semangkuk Kuliner Berkuah

Soto Padang, Kehangatan Dalam Semangkuk Kuliner Berkuah

Popular

  • Honai, Rumah Adat Papua

    Rumah Honai, Bangunan Ramah Lingkungan Adat Papua

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pantai Nirwana, Serpihan Surga di Tanah Buton

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masjid Al Kamil Jadi Primadona Wisata di Sumedang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bernostalgia di Pameran Jejak Memori Gempita Layar Perak Jakarta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Kupat Tahu, Kuliner Tradisional Indonesia dan Sejarahnya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Recent News

Menikmati Sensasi Ketenangan Sejenak di Pulau Hoga Wakatobi

Menikmati Sensasi Ketenangan Sejenak di Pulau Hoga Wakatobi

November 2, 2025
Honai, Rumah Adat Papua

Rumah Honai, Bangunan Ramah Lingkungan Adat Papua

November 2, 2025
Mengenal Kupat Tahu, Kuliner Tradisional Indonesia dan Sejarahnya

Mengenal Kupat Tahu, Kuliner Tradisional Indonesia dan Sejarahnya

November 2, 2025
Menelusuri Alam Hijau Megamendung di Kencana Valley

Menelusuri Alam Hijau Megamendung di Kencana Valley

November 1, 2025
Travelling Indonesia

Follow Us

  • Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Management
  • About Us
  • Contact Us

All Rights Reserved by travellingindonesia.com © 2022

No Result
View All Result
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS

All Rights Reserved by travellingindonesia.com © 2022