Travelling Indonesia – Sumatra Barat terkenal dengan destinasi wisata religi.
Salah satunya adalah Masjid Raya Ganting yang berada di Kelurahan Ganting, Kecamatan Padang, Padang.
Jika ditempuh menggunakan kendaraan roda dua akan memakan waktu sekitar 10 menit dari Kantor Gubernur Provinsi Sumatra Barat.
Baca:
- Masjid Al Kamil Jadi Primadona Wisata di Sumedang
- Mengenal Megengan, Tradisi Menyambut Bulan Suci Ramadan di Demak
- 3 Kuliner khas Aceh, Hanya Ada Selama Ramadan!
Lokasinya yang strategis berada di pusat kota, memudahkan wisatawan untuk mengunjunginya.
Sesampai di masjid tersebut, akan terlihat cat berwarna biru langit dan bentuk arsitektur neo klasik dari Eropa yang dominan pada bagian fasad.
Masjid tersebut juga merupakan satu dari 68 cagar budaya Kota Padang. Hal itu berdasarkan Surat Ketetapan (SK) Wali Kota Padang Nomor 25 tahun 1098.
Bagi pengunjung yang ingin melakukan wisata religi sambil mengenal sejarah, Masjid Raya Ganting menjadi salah satu pilihan terbaik.
Luas masjid diperkirakan sekitar 30 kali 30 meter persegi dengan 25 sokoguru (tiang) dan dapat menampung jamaah sebanyak 4000 orang.
Sejak pembangunannya, masjid tersebut tercatat sudah dua kali dilakukan renovasi yaitu pada 1970 dan 2007.
Sejarah Masjid Raya Ganting
Masjid Raya Ganting berdiri pada abad 19 masehi. Dalam buku Rusli Amran yang berjudul Padang Riwayatmu Dulu menyebutkan Masjid Raya Ganting sudah dibangun pada 1866.
Kemudian Abdul Baqir Zein dalam bukunya yang berjudul Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia menulis, bangunan tersebut menjadi masjid yang tertua di Kota Padang.
Ada 25 tiang pada masjid merupakan simbol jumlah nabi dan rasul. Nama 25 nabi dan rasul itu diukir dalam bentuk kaligrafi Arab.
Masjid Raya Ganting pernah dijadikan sebagai tempat manasik calon haji dan embarkasi haji pertama di wilayah Sumatra Tengah.
Selain itu, bangunan tersebut juga menjadi salah satu bukti sejarah perjuangan masyarakat Sumatera Barat dalam merebut kemerdekaan Indonesia.
Pada masa Jepang, Masjid Ganting tidak hanya diperuntukan sebagai tempat keagamaan, namun juga pernah dijadikan sebagai markas Hizbul Wathan (HW).
Gyugun dan Heiho. Selain itu masjid tersebut juga pernah disinggahi oleh Soekarno saat Jepang berhasil menguasai Indonesia.
Tempat Persinggahan Soekarno di Zaman Jepang
Wakil Ketua Yayasan Kebudayaan Minangkabau Hasril Chaniago mengatakan, ketika Soekarno bersama Fatmawati dalam pengasingan Belanda di Bengkulu, Jepang mendarat di Sumatera pada 1942. Belanda kemudian membawa Soekarno bersama rombongannya ke Painan dan dijemput oleh HW menggunakan pedati yang ditarik oleh sapi.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Facebook, Twitter dan TikTok.