Travelling Indonesia – Sama seperti daerah lain di Indonesia, Aceh atau Tanoh Gayo juga memiliki beragam atraksi seni dan budaya yang beragam. Selain itu mengandung filosofi yang tinggi dalam kehidupan, seperti yang terdapat dalam Tari Guel.
Tarian tradisional masyarakat Kabupaten Aceh Tengah tersebut, kini mulai kembali eksis di setiap event pertunjukan budaya dan adat di Aceh. Para penarinya pun mulai datang dari kalangan generasi muda yang tak ingin kesenian Tanah Rencong ini hilang di telan zaman.
Ciri khas Tari Guel bukan hanya dari gerakannya saja, tapi juga tampak dari kostum penari. Berupa kain opoh ulen-ulen yang penari pria pakai di punggung yang berfungsi sebagai atribut menarinya.
Baca:
- Masjid Al Kamil Jadi Primadona Wisata di Sumedang
- Mengenal Megengan, Tradisi Menyambut Bulan Suci Ramadan di Demak
- 3 Kuliner khas Aceh, Hanya Ada Selama Ramadan!
Kain ulen-ulen dengan lebar 1×2 meter ini sangat indah dengan penuh sulaman kerawang Gayo yang menjadi properti utama Tari Guel. Penari pun menghempas dan mengibaskan kain tersebut layaknya kepakan burung yang sedang mengudara.
Mengutip dari laman acehtourism.travel, Tari Guel bukan hanya tarian biasa untuk menyambut tamu atau yang pentas di acara-acara adat tertentu dan lainnya. Tetapi tarian ini merupakan sebuah kompilasi atau gabungan dari seni sastra, musik dan seni tari itu sendiri.
Seni tari kebanggaan dari masyarakat Tanah Gayo yang satu ini, menjadi salah satu khasanah budaya Gayo. Mengisahkan upaya sejumlah orang untuk membangunkan seekor gajah putih yang berdasarkan cerita rakyat yang pernah ada.
Gerakan & Jumlah Babak Tari Guel
Tari ini mulai dengan gerakan penari yang kakinya menjinjit dan badan sedikit membungkuk. Lalu bahu penari maju mundur, lengan timbul tenggelam dalam lipatan kain bersulam Karawang Gayo yang menutupi punggung. Gerakannya itu seirama dengan tabuhan rapai.
Kemudian pada satu titik Tari Guel, penari akan menghempaskan dan mengibaskan kain ke udara. Terkadang penari berlari kecil sambil menukik. Perlahan bergerak mendekat, mengitari, lalu memberi sembah. Kiranya ia hendak merayu seorang penari lain yang tengah duduk bersimpuh agar mengikuti gerakannya. Berikutnya kedua penari bergerak bersamaan, padu badan dalam hentak estetis berirama.
Sementara untuk babak dalam tarian ini, terbagi dalam 4 babak. Pertama yaitu Munatap, yang menggambarkan bentuk persuasi Sengeda yang hendak menaklukkan hati gajah putih. Kemudian berlanjut ke babak Redep yang menggambarkan kesediaan gajah putih menuruti keinginan Sengeda.
Selanjutnya, Ketibung dan Cincang Nangka menjadi dua babak terakhir. Dua babak yang menggambarkan semakin kuatnya keinginan gajah putih mengikuti Sengeda. Hingga akhirnya Sengeda berhasil menggiring gajah putih ke Kesultanan Aceh Darussalam.
Makna Tari Guel Aceh
Istilah ‘guel’ dalam bahasa Gayo berarti ‘membunyikan’. Hal ini juga berkaitan erat dengan legenda Gajah Putih dalam cerita rakyat ‘Sengeda dan Bener Merie’. Guel sepenuhnya bentuk apresiasi terhadap wujud alam serta lingkungan, kemudian merangkainya melalui gerak simbolis dan hentakan irama.
Tari Guel juga semacam media informatif, memadukan seni sastra, musik, dan gerakan yang memungkinkan untuk pengembangan. Sesuai dengan semangat zaman dan perubahan pola pikir masyarakat setempat. Tarian ini memiliki gerakan yang sangat khas dan penuh makna.
Berbekal keunikan dan memiliki makna yang dalam, Tari Guel pun tercatat menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Penetapannya oleh UNESCO pada 2016 lalu.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Facebook, Twitter dan TikTok.