Travelling Indonesia – Salah satu kuliner yang menjadi ciri khas Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah sei sapi. Sei atau se’i merupakan teknik mengolah daging secara tradisional yang berkembang di NTT. Kata Sei diambil dari bahasa Rote, wilayah paling selatan NTT, yang berarti daging yang diiris tipis-tipis memanjang.
Teknik mengolah daging melalui proses pengasapan ini terinspirasi dari cara memasak tradisional suku Mollo yang mendiami pegunungan Mutis, sekitar 130 kilometer dari kota Kupang. Selain untuk mendapatkan cita rasa dan aroma yang khas, cara pengolahan ini bertujuan untuk mengawetkan daging.
Sei khas NTT ini sebenarnya berbahan daging babi hutan. Daging babi hutan dipilih karena tekstur dagingnya padat dan tidak banyak mengandung lemak.
Masyarakat pendatang di NTT menggantinya dengan daging sapi agar halal dan bisa dikonsumsi lebih banyak orang. Selain sei sapi, kini kita juga bisa temui sei dengan bahan daging ayam ataupun ikan.
Karena cara pengolahan yang sama-sama dengan pengasapan, tidak jarang orang menganggap daging sei adalah daging asap pada umumnya. Namun, keduanya sebenarnya berbeda.
Daging sei memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dari daging asap pada umumnya. Sebelum diasapi, daging sei perlu diiris tipis-tipis terlebih dahulu, berbeda dengan umumnya olahan daging asap yang diasapi secara utuh.
Daging untuk sei juga dibumbui dengan rempah-rempah sebelum proses pengasapan. Dengan cara itu, bumbu meresap sempurna hingga ke dalam daging, menghasilkan cita rasa campuran yang unik, antara asin, gurih, dan manis alami.
Keunikan lain dari proses pengolahan daging sei adalah penggunaan kayu dan daun kosambi dalam proses pengasapan. Struktur kayu yang kering, tebal, dan besar dapat memaksimalkan daging agar matang sempurna dan menghemat penggunaan arang.
Untuk membuat Sei memang diperlukan waktu yang tidak sebentar. Proses memasaknya membutuhkan waktu berjam-jam dan bahkan ada yang sampai beberapa hari. Tergantung dari jenis dagingnya.
Daun kosambi digunakan untuk menutupi daging selama proses pengasapan untuk menjaga kualitas warna dan tekstur asli daging.
Biasanya sei dihidangkan dengan sambal luat. Sambal khas NTT ini terdiri atas irisan bawang putih, bawang merah, dan cabai. Sementara untuk sayuran pendampingnya adalah rumpu rampe, yaitu tumisan dari bunga pepaya, daun kelor, buah pepaya muda, daun pepaya, daun singkong, serta jantung pisang.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Facebook, Twitter dan TikTok.