Travelling Indonesia – Kerajaan Mataram Kuno adalah sebuah kerajaan di Nusantara yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian pada abad ke-10 dipindahkan ke Jawa Timur, dan runtuh pada awal abad ke-11. Banyak hal menarik yang bisa dibahas dari kerajaan ini, salah satunya pakaian Kerajaan Mataram Kuno.
Gaya pakaian pada zaman kerajaan merupakan bentuk kebudayaan dari suatu kerajaan. Selain prasasti dan candi, pakaian Kerajaan Mataram Kuno pun memiliki nilai sejarah yang penting dan perlu diketahui. Oleh karena itu, simak pembahasan berikut untuk mengenal pakaian Kerajaan Mataram Kuno!
Gaya pakaian pada zaman Kerajaan Mataram Kuno tidak lepas dari stratifikasi sosialnya. Jadi, ragam busana yang dipakai pun terbagi berdasarkan golongan sosial pada saat itu. Adapun gaya pakaian Kerajaan Mataram Kuno adalah sebagai berikut.
Baca:
- Sate Bandeng Khas Banten, Karya Juru Masak Sultan Hasanuddin
- Danau Singkarak, Pesona Danau Terbesar di Sumatra Barat
- Pulau Kalimantan Menyimpan Jejak Budaya Menakjubkan
Pakaian Bangsawan
Bagi golongan bangsawan kerajaan, biasanya akan mengenakan kain jarit dengan lebar 3 kubik dan panjang 7-8 kubik. Para bangsawan laki-laki akan memakainya di sekeliling tubuh bawah layaknya gaun. Namun, pakaian ini lebih longgar sehingga ketika sedang berjalan, maka kakinya akan tampak dan kain bagian depan lebih rendah daripada bagian lainnya.
Selain itu, jenis kain yang dipakai adalah jenis wdihan, seperti wdihan ganjar haji patra sisi,wdihan jaro haji, wdihan kalyaga, dan lain sebagainya. Kain tersebut merupakan jenis kain mewah yang dikenakan oleh keluarga kerajaan, seperti raja, keluarga raja, dan para pejabat tinggi.
Pakaian Kerajaan Mataram Kuno yang digunakan oleh para bangsawan juga dilengkapi dengan aksesoris, seperti perhiasan dan sabuk pengikat yang terbuat dari sutra. Aksesoris-aksesoris tersebut akan memberikan kesan lebih mewah sebagai pembeda antara pakaian Kerajaan Mataram Kuno para bangsawan dan rakyat biasa.
Pakaian Agamais (Ulama)
Pakaian dari golongan ini biasanya merujuk pada rompi xicolli berupa jaket berumbai. Jenis pakaian ini dikenakan oleh para pendeta. Sementara itu, para ulama cenderung memakai serban dan pakaian putih seperti orang Arab.
Pakaian Prajurit atau Tentara
Pakaian Kerajaan Mataram Kuno, terutama yang dipakai oleh para prajurit terdiri atas dhoti dengan lipatan-lipatan yang dijahit ke arah belakang. Hal ini bertujuan agar tidak mengganggu gerak-gerik para prajurit.
Tidak hanya itu, para prajurit akan mengenakan jas lengan panjang, tudung (turban) di kepala, memakai blus pendek sebagai pengganti mantel, dan tambahan ikat kepala dan ikat pinggang.
Sedangkan, untuk pakaian yang mengacu pada pangkat akan tercermin dari pakaian Tilmatli (perang) sebagai lambang status. Corak pada pakaian tersebut didasarkan pada pangkat atau jasa seseorang di medan perang.
Pakaian Seniman
Para seniman kerap kali mengenakan blus pendek, dhoti yang dilipat ke belakang (dibiarkan jatuh sampai ke batas lutut), topi tinggi (sejenis peci atau topi runcing), dan sepatu lars.
Tidak hanya itu, para seniman juga ada yang mengenakan pakaian sederhana. Mereka hanya akan menggunakan selendang yang diikat dipinggang membentuk pita dan kain panjang yang lebar.
Selain itu, para seniman pun memakai celana pendek dengan kain kecil di pinggang yang ada wiru di ujung depan kain. Para seniman cenderung tidak mengenakan perhiasan untuk melengkapi pakaiannya.
Pakaian Petani
Busana yang dikenakan untuk melakukan pekerjaan di ladang memiliki ciri khas tersendiri, yaitu berwarna putih dan hitam dan tidak mempunyai motif. Warna tersebut dipilih karena proses penenunan warna putih yang bercampur hitam lebih cepat dibandingkan dengan warna lainnya.
Selain itu, pakaian yang digunakan untuk pekerjaan di ladang biasanya akan cepat kotor dan rusak sehingga harus selalu diganti untuk musim-musim ladang selanjutnya. Pakaian Kerajaan Mataram Kuno, khususnya para petani biasanya cenderung bertelanjang dada dan hanya memakai celana panjang untuk menutupi kaki.
Bahan kain yang digunakan adalah kain katun berwarna hitam atau belacu, tidak memakai alas kaki, dan memakai topi yang terbuat dari rotan dan daun nipah.
Pakaian Rakyat Biasa
Pakaian Kerajaan Mataram Kuno yang dikenakan sehari-hari oleh masyarakat luas umumnya terbuat dari kain katun maupun nilon.
Laki-laki dari golongan bawah biasanya memakai celana kain selutut dengan kain yang dililit di pinggang dan dibiarkan menjuntai melewati lutut. Ketika bekerja di ladang, maka kain tersebut akan diikat di pinggang dan dilepas jika bertemu dengan orang yang lebih tinggi status sosialnya.
Umumnya, gaya berpakaian laki-laki dan perempuan cenderung membiarkan bagian atas tubuhnya terbuka. Rambutnya akan digerai sebahu, disanggul, maupun memakai penutup kepala.
Hal tersebut dibuktikan dari gambaran relief candi Prambanan dan Borobudur yang merupakan peninggalan sejarah dari Kerajaan Mataram Kuno.
Dan itulah beberapa informasi mengenai pakaian Kerajaan Mataram Kuno. Selain berfungsi untuk menutup atau melindungi tubuh, gaya pakaian Kerajaan Mataram Kuno juga sebagai cerminan dari status sosial seseorang.
Hal ini memang untuk menjaga ciri kebesaran dan mencegah adanya peniruan dari masyarakat dari kalangan bawah. Oleh karena itu, orang-orang dari kalangan atas selalu berusaha untuk membedakan gaya busananya.
Orang-orang golongan atas juga sangat memperhatikan penampilan rambut. Bagi para pangeran, mereka akan mengikat sebagian rambut di leher dan menggerai sisanya di punggung.
Sedangkan, para perempuan akan menggulung rambutnya di belakang kepala dan menghiasnya dengan perhiasan atau jepitan berlian. Selain itu, baik laki-laki maupun perempuan, mereka pun biasanya memberikan wewangian atau minyak di rambutnya.
Semoga informasi-informasi tersebut dapat membantu untuk mengenal lebih dalam terkait pakaian Kerajaan Mataram Kuno yang bernilai sejarah tinggi.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Facebook, Twitter dan TikTok.