Travelling Indonesia – Tenun gringsing Bali dijadikan suvenir untuk para delegasi yang menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.
Sebanyak total 120 kain dipesan dari para perajin Desa Wisata Tenganan Pegringsingan, Kabupaten Karangasem, Bali.
Kain itu nantinya akan dikalungkan pada delegasi yang menghadiri KTT G20.
Bendesa Adat Desa Tenganan, Putu Suarjana, mengatakan, kain yang dipesan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno itu telah rampung dan akan dikirim ke Kemenparekraf.
“Saat ini semuanya sudah di-packing (kemas),” ujar Putu Suarjana di Tenganan, Minggu 31 Juli 2022.
Ia menambahkan, kain gringsing yang dibuat sudah melalui seleksi ketat menyangkut kualitas dan sudah memenuhi syarat yang diminta oleh forum Masyarakar Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Tenun Gringsing Bali, dengan lebar 20 sentimeter dan panjang 180 sentimeter.
Pengerjaannya melibatkan 125 perajin Tenganan. Meskipun demikian, tak semuanya berproses sempurna.
“Kan namanya perajin, setiap orang dengan kreativitasnya. Yang tidak memenuhi kriteria, kami beri kesempatan untuk perbaiki. Kami jamin kualitasnya bagus untuk diberikan kepada delegasi G20,” ujar Putu Suarjana.
Meski stok kain perajin menjadi berkurang karena pesanan sebanyak itu, secara ekonomi mereka menerima pendapatan yang signifikan dan merata. Sebab, setiap penenun hanya boleh menyerahkan satu kain.
Adapun rangkaian pertemuan G20 di bawah keketuaan Indonesia sudah dimulai sejak 1 Desember 2021. Namun, acara puncak akan diselenggarakan pada 15 dan 16 November 2022 di Nusa Dua, Bali.
Didorong Jadi Warisan Budaya UNESCO
Sebelumnya, Kemenparekraf menyatakan akan terus berupaya mendorong kain tenun gringsing sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO.
Dikutip dari keterangan dalam situs Kemenparekraf, hal itu dilakukan karena kain tenun gringsing adalah salah satu warisan budaya kuno Bali yang masih bertahan hingga kini.
Keistimewaan kain ini terletak pada teknik pembuatannya, yakni menggunakan teknik ikat ganda dan merupakan satu-satunya yang menggunakan teknik tersebut.
Pembuatannya butuh waktu lama. Penenunan selembar kain tenun gringsing butuh waktu sekitar dua bulan dan untuk motif ikat ganda bisa lebih lama, sekitar dua hingga lima tahun.
Sandiaga sendiri disebut sudah memesan suvenir untuk KTT G20 tersebut sejak September 2021.
Selain pembuatan yang lama, kain tenun gringsing juga 100 persen dibuat menggunakan tangan atau tanpa bantuan mesin apapun sehingga membuatnya semakin istimewa.
Pewarnaan kain tenun gringsing juga begitu spesial, yaitu menggunakan warna yang dihasilkan dari minyak kemiri. Itu dilakukan agar warna yang didapatkan lebih pekat dan bertahan lama.
Untuk menghasilkan warna yang nyata diperlukan waktu lebih dari tiga bulan.
Sementara agar warnanya tampak mendekati sempurna sesuai pakem yang ada secara turun-temurun, pewarnaan harus dilakukan berulang.
Secara terperinci, pembuatannya adalah mengikat benang pakan dan lungsi saat pewarnaan, sehingga terbentuk motif yang diinginkan.
Setelah itu, kain dicelupkan ke dalam minyak kemiri dan segera diikat untuk kemudian dicelupkan ke dalam warna-warna alami secara terpisah sebelum ditenun.
Motif Kain Tenun Gringsing
Di samping pembuatan yang panjang, kain tenun gringsing juga memiliki makna di balik motifnya.
Motif kain tenun tersebut melambangkan keseimbangan antarmanusia, manusia dengan alam, serta manusia dengan Tuhan.
Konon, nama “gringsing” sendiri berasal dari kata gering (sakit) dan sing (tidak).
Sehingga, gringsing diartikan sebagai penolak bala untuk mengusir penyakit. Kain ini juga dipercaya sebagai pelindung, sehingga cukup sering digunakan oleh masyarakat Bali untuk acara seperti upacara pernikahan dan upacara keagamaan.
Salah satu motif kain tenun gringsing adalah motif lubeng, yang bercirikan kalajengking dan sering digunakan sebagai busana adat untuk acara keagamaan.
Ada pula motif sanan empeg yang identik dengan kotak poleng merah hitam, serta motif cecempakaan atau bunga cempaka yang serimg digunakan sebagai busana adat dalam upacara keagamaan.
Selain itu, motif lainnya adalah cemplong, yang dicirikan dengan sebuah bunga besar di antara bunga-bunga kecil di sekitarnya, dan motif-motif lainnya.
Sementara dari warna, tiga warna paling umum yang digunakan untuk kain tenun gringsing dalah tridatu, yaitu merah, kuning, dan hitam.
Dalam acara-acara adat, kain tenun gringsing umumnya diginakan sebagai selendang atau senteng oleh perempuan, sementara pada pria digunakan sebagai ikat pinggang.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Facebook dan Twitter.