• Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Management
  • About Us
  • Contact Us
Travelling Indonesia
Advertisement
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS
No Result
View All Result
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS
No Result
View All Result
Travelling Indonesia
No Result
View All Result
Home Art & Culture

Jaran Kencak Lumajang, Lahir dari Kekaguman Masyarakat

Austin Devon by Austin Devon
August 1, 2022
in Art & Culture
Pertunjukan Jaran Kencak di Lumajang

Pertunjukan Jaran Kencak di Lumajang - Dok. Istimewa

Share on FacebookShare on Twitter

Travelling Indonesia – Lumajang, Jawa Timur tidak bisa dipisahkan dari sosok karismatik Arya Wiraraja. Dia adalah pendiri kerajaan Lamajang Tigang Juru yang menjadi asal usul Kabupaten Lumajang.

Sebuah kesenian budaya jaran kencak (jaran lompat) yang berasal dari tanah kelahirannya di Madura juga menjadi salah satu bukti keberadaan Arya Wiraraja di Kabupaten Lumajang.

Kesenian Jaran Kencak memang menggambarkan kegagahan ksatria zaman dulu. Munculnya kesenian ini berawal dari kekaguman masyarakat terhadap pendekar pendiri kerajaan Majapahit yakni Ranggalawe yang merupakan putra dari Arya Wiraraja yang kerap menunggangu kuda bernama Nila Ambara.

Menurut Abdullah Al-Kudus, budayawan Lumajang, jaran kencak adalah produk budaya masyarakat asli Lumajang. Konon, tarian ini muncul sebagai bentuk kekaguman masyarakat terhadap Ranggalawe.

Ditinjau dari sisi bahasa, jaran kencak merupakan gabungan dua suku kata yaitu jaran yang artinya hewan dan kencak yang artinya menari, sehingga Jaran Kencak diartikan sebuah seni pertunjukan yang menonjolkan hewan atau kuda sebagai penari.

Dengan demikian, kesenian jaran kencak adalah pertunjukan kuda yang dilatih khusus untuk menari. Kuda itu dirias dengan pakaian dan aksesoris sehingga tampak gagah dan menarik.

Selain di Lumajang, pertunjukan kelincahan kuda yang memakai baju zirah dengan segala pernak-perniknya ini juga berkembang di Probolinggo, Jember, Pasuruan, Banyuwangi, Bondowoso, Sumenep, dan Tengger. Kesenian serupa adalah Jaran Jenggo di Pantura dan Kuda Renggong di Sumedang.

Di wilayah Probolinggo, kesenian Jaran Kencak menginspirasi lahirnya kesenian Jaran Bodhag. Karena himpitan ekonomi sehingga tidak bisa menghadirkan kuda asli untuk pertunjukan Jaran Kencak, warga kemudian menciptakan pertunjukan tarian dengan kuda tiruan yang disebut Jaran Bodhag.

Ragam Jaran Kencak

Pertunjukan Jaran Kencak di Lumajang
Pertunjukan Jaran Kencak di Lumajang

Beberapa kabupaten di tapal kuda memiliki ciri khas masing-masing dalam memamerkan jaran kencak. Kabupaten Lumajang biasa menampilkan kesenian ini bersama dengan tari kopyah, jaran slening, dan tari glanting.

Jaran kencak terdiri dari dua jenis yakni jaran kencak manten dan jaran kencak manjeng (berdiri atau atraksi).

Perbedaannya, jaran kencak manten dipenuhi dengan aksesoris seperti manik-manik dan pelana berhiaskan bulu merak. Biasanya digunakan sebagai arak-arakan.

Sedangkan jaran kencak manjeng minim aksesoris. Biasanya hanya dilengkapi dengan selempang dan penutup mata yang dihias. Setiap satu jaran kencak memiliki satu orang pawang dan satu orang pendamping.

Musik Pengiring Jaran Kencak

Pertunjukan Jaran Kencak di Lumajang
Aksi Pawang Dalam Pertunjukan Jaran Kencak di Lumajang

Musik pengiring yang ditampilkan pada gelaran seni dan budaya jaran kencak di lumajang ada dua jenis:

1. Gamelan Reyog

Pertama, dengan musik rancak khas Bali dan terompet bernadakan khas reyog.

2. Gamelan Saronen

Kedua, dengan musik rancak khas Bali dan terompet bernadakan khas Madura.

Pertunjukan Jaran Kencak

Bupati Lumajang, Thoriqul Haq Membawa Jaran Kencak
Bupati Lumajang, Thoriqul Haq Membawa Jaran Kencak

Masyarakat setempat menganggap jaran kencak bukan hanya pertunjukan biasa, namun juga dianggap sebagai simbol status. Dihadirkan pada acara-acara hajatan, menunjukkan kemampuan si empunya hajat. Semakin banyak kuda yang dilibatkan, artinya makin kaya orang tersebut.

Dalam pertunjukan jaran kencak, formasi tarian tidak akan berubah meski kuda mengalami penambahan jumlah, kuda atraksi tetap akan ada di paling depan diikuti kuda lainnya yang disebut temanten.

Kuda temanten ini bisa bertambah jumlah. Biaya per ekor kuda yang ditampilkan dalam pertunjukan dibanderol rata-rata Rp1.000.000.

Kuda-kuda temanten ini adalah pengangkut si pemilik hajat dan keluarganya. Jadi para pemilik hajat akan menunggangi kuda-kuda tematen.

Sedangkan kuda atraksi yang mendapat pelatihan khusus oleh pawang tidak untuk ditunggangi manusia, Melainkan kuda itu akan bergerak lincah menari-nari sepanjang pertunjukan.

Pertunjukan Jaran Kencak di Lumajang
Aksi Pawang Dalam Pertunjukan Jaran Kencak di Lumajang

Tapi jangan salah! Untuk mendapatkan kuda yang bisa bergerak lincah menari-nari membutuhkan pelatihan khusus. Untuk melatih kuda asal Bima ini dibutuhkan waktu sekitar 3 tahun.

Sampai saat ini kesenian yang disebut juga dengan nama Kuda Kencak ini masih lestari, bahkan menjadi ikon budaya bagi Kabupaten Lumajang.

Pada 2015, jaran kencak diresmikan menjadi warisan budaya tak benda milik Lumajang dibuktikan dengan ditemukannya relief kuda berhias di Candi Kedungsari, Desa Kedungmoro, Kecamatan Kunir, Kabupaten Lumajang.

Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Facebook dan Twitter.

Tags: Jaran KencakJawa TimurLumajangPeta Wisata IndonesiaSeni & BudayaTravelling Indonesia
Previous Post

Kaya Bumbu Jakarta, Suguhkan Aneka Nasi Tumpeng

Next Post

Kain Tenun Gringsing Bali, Suvenir KTT G20

Related Posts

Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung
Art & Culture

Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung

May 21, 2025
Jangkrik Genggong, Gaungkan Wisata Budaya Asal Pacitan
Art & Culture

Jangkrik Genggong, Gaungkan Wisata Budaya Asal Pacitan

May 15, 2025
Festival Tabuik, Upacara Adat Minangkabau di Pantai Pariaman
Art & Culture

Festival Tabuik, Upacara Adat Minangkabau di Pantai Pariaman

April 18, 2025
Alat Musik Rebab, Kesenian Betawi Warisan Budaya Timur Tengah
Art & Culture

Alat Musik Rebab, Kesenian Betawi Warisan Budaya Timur Tengah

April 16, 2025
Tari Busak Baku, Simbol Keindahan dan Harmoni Dayak Lundayeh
Art & Culture

Tari Busak Baku, Simbol Keindahan dan Harmoni Dayak Lundayeh

April 8, 2025
Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Pulau Lombok
Art & Culture

Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Pulau Lombok

April 7, 2025
Next Post
Kain Tenun Gringsing Bali

Kain Tenun Gringsing Bali, Suvenir KTT G20

Popular

  • Sayur Besan Khas Betawi, Sajian Spesial Acara Pernikahan

    Sayur Besan Khas Betawi, Sajian Spesial Acara Pernikahan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nite & Day Hotel Hadirkan Promo Jelang HUT Kota Semarang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Daftar Harga Tiket Timnas Indonesia Vs China, Termurah Rp300 Ribu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Total 6 Ribu Peserta Ramaikan Milo Activ Indonesia Race 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangkrik Genggong, Gaungkan Wisata Budaya Asal Pacitan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Recent News

Babat Gongso, Jejak Tersisa Cheng Ho Dalam Kuliner Semarang

Babat Gongso, Jejak Tersisa Cheng Ho Dalam Kuliner Semarang

May 21, 2025
Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung

Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung

May 21, 2025
Mandalika Tawarkan Ajang Bertajuk Pocari Sweat Run Lombok 2025

Mandalika Tawarkan Ajang Bertajuk Pocari Sweat Run Lombok 2025

May 20, 2025
Rujak Aceh, Kuliner Kaya Rasa di Setiap Suapan

Rujak Aceh, Kuliner Kaya Rasa di Setiap Suapan

May 20, 2025
Travelling Indonesia

Follow Us

  • Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Management
  • About Us
  • Contact Us

All Rights Reserved by travellingindonesia.com © 2022

No Result
View All Result
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS

All Rights Reserved by travellingindonesia.com © 2022