Travelling Indonesia – Buahan, a Banyan Tree Escape. Melebur dengan alam. Ini jargon klasik dalam bisnis hotel. Dari tenda glamping hingga pondok safari, sudah banyak yang menawarkannya. Bulan lalu, sebuah resor dibuka di Bali dengan tawaran serupa, tapi dengan tafsir berbeda. Bukan cuma propertinya yang melebur dengan alam, tapi juga penghuninya.
Lokasinya di Payangan, 20 kilometer di utara Ubud. Sedikit lebih jauh dari Hanging Gardens. Jalan ke sini sudah terbentang mulus, walau medannya kadang menegangkan. Ada banyak tikungan tajam dan tanjakan curam.
Lokasinya memang menyimpang dari sirkuit turis. Tapi ada kompensasinya: lingkungan yang asri. Resor ini meringkuk di hutan rimbun, bertengger di lembah curam, persis di belakang Desa Buahan Kaja. Di kakinya, Sungai Ayung mengalir deras, menabrak bebatuan, membentuk jeram-jeram.
Ada 16 vila di sini. Mereka disebar di lereng, terselip di antara pohon dan semak. Sekilas mirip rumah hermit, tempat untuk melarikan diri dan bersembunyi. Tampilan yang pas dengan nama resornya: Buahan, a Banyan Tree Escape.
Dalam hal fitur, vila-vilanya memenuhi standar bintang lima. Ada kolam renang privat, bathtub tembaga, keset sehalus handuk, matras gigantik yang sepertinya cukup ditiduri empat orang, tapi dengan kelembutan linen yang membuat tamu malas berbagi. Tapi ini semua bukanlah aset utamanya. Pastinya bukan aset yang membuat orang sudi berkendara dua jam dari bandara.
Vila-vilanya dirancang menyatu dengan lanskapnya. Hampir sekujur tubuhnya dirangkai dari kayu. Termasuk pilar, mebel, lantai, hingga atapnya. Bahan utamanya ialah kayu ulin daur ulang. Ini tipe kayu perkasa yang liat bertahan di medan basah. Karena itu lazim dipakai di rumah-rumah panggung di Kalimantan.
Uniknya, bukan cuma bangunannya yang merangkul alam. Resor ini juga memaksa penghuninya meniru kaidah serupa. Tiap vila sengaja tak dilengkapi tembok. Arsitekturnya lebih mirip bale: rumah panggung dengan atap ditopang pilar-pilar kayu. Itu juga sebabnya Buahan menyebutnya sebagai bale ketimbang vila.
Alam memang terasa dekat di sini. Tak ada batas antara tamu dan hutan. Bahkan, pada malam hari, jika Anda memilih membentangkan kelambu di antara pilar, hutan selalu punya cara untuk menyapa Anda. Aroma daun, udara sejuk, ritmis sungai, nyanyi tonggeret dan jangkrik, semua melenggang bebas menemani tidur. Di sini, tamu tak perlu beranjak dari kasur untuk mempraktikkan forest bathing.
Tentu saja, melebur dengan alam punya konsekuensi. Penghuni hutan kadang sulit membedakan mana turis, mana pohon. Seekor katak hinggap di badan, diserempet burung yang berkejaran di tepi kasur, ada laba-laba merajut sarang di gapura vila.
Buahan dirancang oleh arsitek Dharmali Kusumadi dan Gede Kresna. Mereknya, Escape, adalah kategori baru dalam keluarga Banyan Tree. Konsepnya datang di momen yang tepat. Pandemi meningkatkan kebutuhan untuk menjauh dari keramaian, terkoneksi dengan alam. Mengusung desain terbuka di belantara, Buahan mungkin dibenci penjual AC, tapi punya magnet kuat di segmen yang haus akan healing.
Resor ini baru dibuka pada 14 Juni 2022. Semua fasilitasnya telah beroperasi. Termasuk pondok spa, restoran dan bar, serta paviliun bambu untuk yoga dan resepsi. Tur-tur untuk tamu juga sudah dijadwalkan. Salah satunya tur ke air terjun di kaki resor.
Tak semua orang bisa menginap di sini. Buahan melayani hanya tamu dewasa. Alasannya, medan resor ini tak ramah untuk anak. Konsep naked experience yang ditulis di brosur resor rentan menggoda kita, untuk menerapkannya secara harfiah di vila. Pemandangan yang traumatis jika dilihat anak-anak.
Resor ini juga hanya cocok untuk mereka yang gemar bangun pagi. Sebab, momen terbaik tersaji sebelum pukul 10.00 WITA. Dimulai dengan prosesi kocak: satu per satu tamu menyembul dari hutan, layaknya kaum hermit yang akan reuni.
Lalu, usai berbagi cerita tentang tokek atau katak yang ikut check-in, para tamu menyantap sarapan seraya mengagumi tujuh gunung yang bergandengan tangan di ufuk barat.
Restorannya punya daya tarik tersendiri. Menunya dirumuskan bersama tim Locavore. Dapurnya mengolah hanya bahan-bahan lokal, dan hampir semuanya berbasis tanaman.
Untuk mencuci mulut, ada keik cokelat yang dipadukan beri trijata. Saban pagi, tawaran uniknya ialah moktail berisi daun kelor blender dan sari kedelai. Matcha latte versi Buahan, katanya. Walau terbenam di hutan, resor ini punya kejutan hipster yang cukup urban.
Buahan memakai format half-board. Tarif menginap sudah mencakup sarapan dan satu kali makan. Sesi makan siang menonjolkan tradisi kuliner Indonesia. Hidangan malam lebih eksperimental. Di antara kedua sesi santap ini, ada tur kebun, paket yang menggiurkan sekaligus mengetes nyali.
Bukan cuma daun dan buah, tapi juga jamur pelepah, air nira, bahkan ulat sagu. Di resor yang melebur dengan alam ini, seakan wisata agro berubah jadi pelatihan bertahan hidup anggota Mapala.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami Instagram, Facebook dan Twitter.