• Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Management
  • About Us
  • Contact Us
Travelling Indonesia
Advertisement
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS
No Result
View All Result
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS
No Result
View All Result
Travelling Indonesia
No Result
View All Result
Home Art & Culture

Festival Tabuik, Upacara Adat Minangkabau di Pantai Pariaman

Austin Devon by Austin Devon
April 18, 2025
in Art & Culture
Festival Tabuik, Upacara Adat Minangkabau di Pantai Pariaman

Festival tabuik di Wilayah Pantai Pariaman, Sumatra Barat. (Istimewa)

Share on FacebookShare on Twitter

Travelling Indonesia – Indonesia adalah negara yang kental dengan berbagai adat dan kebudayaan yang sangat tersohor dan terkenal. Adat dan kebudayaan tersebut masih dijunjung tinggi sampai saat ini. Salah satunya adalah Upacara Tabuik. Upacara yang dikenal dengan nama Festival Tabuik berasal dari provinsi Sumatra Barat.

Upacara Tabuik adalah perayaan lokal masyarakat Minangkabau untuk memperingati wafatnya Hussein bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW, dalam Perang Karbala pada tanggal 10 Muharram. Selain sebagai peringatan gugurnya cucu Nabi Muhammad, upacara ini juga perayaan syukur datangnya bulan Muharram.

Upacara ini diselenggarakan oleh masyarakat Minangkabau di daerah pantai Kota Pariaman. Upacara ini adalah bagian dari cara masyarakat merayakan tradisi Tabuik. Pemerintah sudah mengakui bahwa upacara adat ini merupakan bagian berharga dari masyarakat.

Baca:

  • Sejarah Wisata Dusun Semilir di Kabupaten Semarang
  • Sky Lancing Lombok Bakal Jadi Magnet Paralayang Dunia
  • Sajian Tengkleng Sumsum Kambing, Hidangan Kaum Priyayi di Solo

Tradisi ini sudah berlangsung sejak lama, disebutkan bahwa perayaan ini sudah berlangsung dari abad ke-19 Masehi. Perayaan yang awalnya hanya sebuah tradisi, saat ini telah berubah menjadi salah satu daya tarik para wisatawan yang ingin datang ke Sumatra Barat.

Upacara tahunan ini sudah ada sejak abad 19 Masehi. Lebih tepatnya, tradisi tabuik sudah ada sekitar tahun 1826 atau 1828 Masehi. Diyakini bahwa tradisi ini dibawa oleh para penganut Syiah yang berasal dari India.

Pada tahun 1910, para ketua suku di Sumatra Barat melakukan diskusi mengenai perayaan ini. Kesepakatan yang didapatkan adalah menyesuaikan upacara tersebut dengan adat dan budaya Minangkabau.

Upacara Tabuik diadakan setiap tanggal 10 Muharram. Nama dari tradisi ini berasal dari kata Tabot atau Tabuik, yang diambil dari bahasa Arab, yang berarti peti kayu.

Dalam riwayat dan sejarah Nabi, jenazah Hussein yang gugur dalam perang dimasukkan ke dalam peti kayu tersebut. Setelah itu, peti kayu tersebut diangkat ke langit oleh Buraq. Buraq sendiri digambarkan sebagai makhluk berbentuk kuda bersayap yang dapat terbang dan berkepala manusia.

Pada awalnya, Tradisi Tabuik di Sumatra Barat hanya ada satu saja, yaitu Tabuik Pasa. Tetapi atas permintaan masyarakat dan kesepakatan para ketua suku, pada sekitar 1915, upacara ini dibuat di daerah seberang Sungai Pariaman. Oleh karena itu ada 2 jenis tradisi yang saat ini berlangsung, yaitu Tabuik Pasa dan Subarang.

Tahapan Pelaksanaan Upacara Tabuik

Rangkaian pelaksanaan tradisi ini Pariaman terdiri dari beberapa tahap ritual, yaitu mengambil tanah, menebang batang pohon pisang, Bacakak, Maatam yang dilanjutkan dengan mengarak jari-jari, ritual mengarak sorban, Tabuik naik pangkat, Hoyak Tabuik, dan melarung ke laut.

Tahapan pertama adalah prosesi mengambil tanah atau sering disebut maambiak tanah pada tanggal 1 Muharram, tanggal dimulainya upacara ini. Tetua upacara ini akan mengambil segumpal tanah dari sungai pada sore hari, dan melibatkan tetua dari Tabuik Pasa dan Subarang.

Masing-masing tetua mengambil segumpal tanah dari wilayah yang berlawanan. Kemudian, tanah yang sudah diambil oleh para tetua tersebut dimasukkan ke dalam sebuah wadah kayu yang disebut sebagai daraga, simbol dari makam Hussein. Makna dari prosesi ini adalah untuk mengingatkan bahwa manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah.

Tahapan kedua yaitu menebang batang pohon pisang atau disebut juga dengan Manabang Batang Pisang. Ritual Manabang Batang Pisang diartikan sebagai ketajaman pedang yang digunakan pada saat perang, serta penyimbolan ketika Husein wafat di medan perang.

Prosesi ini dilakukan oleh seorang pria dengan pakaian silat, dan batang pisang yang ditebang harus dilakukan satu kali saja. Batang pisang yang sudah ditebas tersebut kemudian dimasukkan ke dalam daraga.

Tahapan ketiga adalah Bacakak atau ritual tari yang menyerupai perkelahian yang dilaksanakan oleh dua kelompok. Tarian ini menggambarkan dua kelompok yang sedang melakukan peperangan yang terjadi di Karbala.

Setelah itu prosesi akan dilanjutkan dengan Ritual Maatam yang dilakukan oleh para perempuan. Para perempuan akan berjalan mengelilingi Daraga sambil membawa jari-jari, sesaji, pedang, dan sorban. Mereka mengiringi daraga sambil menangis dan meratap sebagai simbol peratapan terhadap para korban yang wafat atau gugur dalam perang Karbala. Pada saat yang sama juga dilaksanakan ritual Maarak Jari-jari atau disebut juga dengan Maarak Panja. Upacara ini menyimbolkan jari-jari tangan dan tubuh Husein serta pejuang lain yang terpotong potong saat perang.

Tahapan selanjutnya adalah ritual mengarak sorban yang dilaksanakan pada petang hari tanggal 8 Muharram. Pelaksana upacara akan menginformasikan kepada masyarakat bahwa Husein sudah terbunuh. Ritual ini akan diiringi dengan bunyi bunyian dari gendang Tasa.

Selanjutnya adalah ritual naik pangkat yang dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram dini hari. Prosesi ini adalah penyatuan Tabot atau Tabuik menjadi utuh. Setelah itu akan diarak ke pantai, dan prosesi Hoyak Tabuik dilaksanakan. Arak-arakan ini diiringi oleh gendang dalam perjalanan menuju pantai sembari mengajak semua masyarakat untuk ikut meramaikan prosesi ini.

Setelah mencapai pantai, prosesi terakhir akan dilakukan yaitu melakukan larung. Tabot atau Tabuik akan dilarung ke laut pada sore hari. Ritual ini menggambarkan bahwa manusia perlu merelakan mereka yang sudah meninggal, karena kodrat manusia sendiri adalah akan meninggal suatu saat.

Makna Upacara Tabuik

Garis besar dari perayaan ini adalah peringatan tentang gugurnya Imam Hussein bin Ali dalam perang Karbala. Beliau wafat dalam rangka membela agama Islam.

Oleh karena itu, beliau dapat dibilang mati syahid. Dalam jurnal yang ditulis Vina Dwiyanti pada tahun 2015 dikatakan bahwa tradisi ini menggambarkan sikap masyarakat di Pariaman yang berduka atas gugurnya Imam Husein dalam perang Karbala.

Selain itu, upacara ini juga menggambarkan semangat gotong royong yang ada dalam masyarakat Minang. Seperti sudah kita lihat dalam penjelasan di atas, masyarakat bahu membahu untuk pelaksanaan upacara ini. Semua lapisan masyarakat diundang untuk turut ambil bagian dalam perayaan. Terlebih lagi, tradisi ini sudah menjadi salah satu destinasi wisata di Sumatra Barat.

Bentuk Tabuik

Twitter Syariah Linkaja e1744784323587
Bentuk tabuik.

Bentuk peti kayu ini terbagi dalam dua bagian, yaitu bagian atas dan bagian bawah, yang memiliki tinggi mencapai 12 meter. Bagian atas ini berbentuk keranda dengan menara yang dihiasi bunga dan kain beludru. Terdapat beberapa hiasan yang memiliki motif payung yang terbuat dari kain sehingga menambah keindahan bagian atasnya.

Bagian bawahnya berbentuk buraq dengan tubuh kuda bersayap dan berkepala manusia. Burung buraq dipercaya membawa Sayyidina Hussein ke langit. Kedua bagian tersebut akan disatukan dan diarak menuju ke pantai. Sebelum akhirnya dilarung ke laut.

Upacara Tabuik Pariaman adalah salah satu warisan tradisi Indonesia yang berharga. Tradisi menggambarkan kebiasaan suatu masyarakat. Akan sangat disayangkan jika tradisi yang sudah mendarah daging terlupakan begitu saja. Upacara ini adalah salah satu cerminan kehidupan masyarakat di Pariaman. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa perlu mempertahankan warisan tradisi di sekitar kita.

Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Facebook, Twitter dan TikTok.

Tags: Peta Wisata IndonesiaSeni dan BudayaSumatra BaratTabuikTravelling Indonesia
Previous Post

Indonesia Peringkat 66, Berikut Paspor Terkuat dan Terlemah di Dunia

Next Post

AirAsia Buka Dua Rute Baru, Adelaide-Bali dan Phuket-Medan

Related Posts

Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung
Art & Culture

Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung

May 21, 2025
Jangkrik Genggong, Gaungkan Wisata Budaya Asal Pacitan
Art & Culture

Jangkrik Genggong, Gaungkan Wisata Budaya Asal Pacitan

May 15, 2025
Alat Musik Rebab, Kesenian Betawi Warisan Budaya Timur Tengah
Art & Culture

Alat Musik Rebab, Kesenian Betawi Warisan Budaya Timur Tengah

April 16, 2025
Tari Busak Baku, Simbol Keindahan dan Harmoni Dayak Lundayeh
Art & Culture

Tari Busak Baku, Simbol Keindahan dan Harmoni Dayak Lundayeh

April 8, 2025
Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Pulau Lombok
Art & Culture

Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Pulau Lombok

April 7, 2025
Belajar Kearifan Lokal Polewali Mandar Melalui Kacaping
Art & Culture

Belajar Kearifan Lokal Polewali Mandar Melalui Kacaping

April 4, 2025
Next Post
Ilustrasi AirAsia

AirAsia Buka Dua Rute Baru, Adelaide-Bali dan Phuket-Medan

Popular

  • Sayur Besan Khas Betawi, Sajian Spesial Acara Pernikahan

    Sayur Besan Khas Betawi, Sajian Spesial Acara Pernikahan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Artotel Gelora Senayan Usung Hotel Berkonsep Sport, Seni dan Gaya Hidup

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aneka Ragam Kerajinan Tangan Asal Riau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rainbow Rafting, Wisata Khusus Pencinta Tantangan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Recent News

Babat Gongso, Jejak Tersisa Cheng Ho Dalam Kuliner Semarang

Babat Gongso, Jejak Tersisa Cheng Ho Dalam Kuliner Semarang

May 21, 2025
Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung

Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung

May 21, 2025
Mandalika Tawarkan Ajang Bertajuk Pocari Sweat Run Lombok 2025

Mandalika Tawarkan Ajang Bertajuk Pocari Sweat Run Lombok 2025

May 20, 2025
Rujak Aceh, Kuliner Kaya Rasa di Setiap Suapan

Rujak Aceh, Kuliner Kaya Rasa di Setiap Suapan

May 20, 2025
Travelling Indonesia

Follow Us

  • Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Management
  • About Us
  • Contact Us

All Rights Reserved by travellingindonesia.com © 2022

No Result
View All Result
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS

All Rights Reserved by travellingindonesia.com © 2022