• Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Management
  • About Us
  • Contact Us
Travelling Indonesia
Advertisement
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS
No Result
View All Result
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS
No Result
View All Result
Travelling Indonesia
No Result
View All Result
Home Art & Culture

Celurit, Simbol Kejantanan Lelaki Madura

Beno Alfredo by Beno Alfredo
July 11, 2022
in Art & Culture
Celurit, Simbol Kejantanan Lelaki Madura

Celurit, Senjata Tradisonal Madura - Dok. Istimewa

Share on FacebookShare on Twitter

Travelling Indonesia – Celurit atau Clurit bukan sekadar senjata tradisional khas dari Madura, Jawa Timur. Namun tak dapat dipisahkan dari budaya dan tradisi masyarakat Madura. Celurit juga dianggap sebagai simbol kejantanan laki-laki.

Menurut Budayawan D. Zawawi Imron, senjata Clurit memiliki filosofi, dari bentuknya yang mirip tanda tanya, bisa dimaknai sebagai satu bentuk kepribadian masyarakat Madura yang selalu ingin tahu.

Ada penafsiran lain yang menyatakan bahwa celurit itu bentuknya bengkok, mirip dengan tulang rusuk manusia yang memiliki kekurangan. Karena itu agar kejantanan laki-laki tidak berkurang maka mengganti tulang rusuk yang hilang itu dengan celurit yang diselipkan di pinggang bagian kiri.

Mien A. Rifai menyebut Celurit sebagai identitas orang Madura. Kemanapun orang Madura pergi tidak terlepas dari celurit.

Celurit diakui sebagai senjata tradisional Madura diketahui masih relatif baru, yaitu pada masa Hindia Belanda atau sekitar abad ke-18.

Jenis Celurit

Senjata tradisional ini memiliki bilah terbuat dari besi berbentuk melengkung mirip bulan sabit sebagai ciri khasnya. Pada umumnya celurit diwadahi sarung terbuat dari kulit sapi atau kerbau yang tebal, memiliki gagang (hulu) terbuat dari kayu. Bilah celurit memiliki ikatan yang melekat pada gagang kayu serta menembus sampai ujung gagang.

Celurit Takabuwan

Ada beberapa macam jenis celurit, di antaranya takabuwan, yang biasanya digunakan untuk carok, yaitu perkelahian yang biasanya dilakukan ketika seseorang merasa dipermalukan dan harga dirinya dilecehkan. Carok dan celurit ibarat mata uang logam dengan dua gambar. Istilah ini terus bermetamorfosa hingga 1970-an. Carok telah mengalami pembengkokan makna, dari mekanisme penegakan harga diri menuju ritus balas dendam dan penyaluran agresi semata-mata.

Celurit untuk carok permukaannya sangat halus dan putih mengkilap yang menandakan tingkat ketajamannya sangat tinggi. Takabuwan adalah jenis celurit yang sangat diminati oleh banyak orang Madura, khususnya di kawasan Madura Barat. Nama Takabuwan berasal dari nama desa pembuatannya, Takabu. Selain bentuknya cukup bagus, tingkat ketajamannya dapat diandalkan karena terbuat dari bahan baja campuran besi berkualitas baik.

Celurit Dhang Osok

Jenis celurit yang lain adalah Dhang Osok berbentuk seperti buah pisang (gedhang = pisang), biasanya bukan untuk keperluan rumah tangga melainkan untuk alat pertahanan diri, yang hanya ditaruh di rumah karena bentuknya melebihi ukuran celurit pada umumnya sehingga tidak dapat dibawa bepergian.

Demikian pula Bendho, Bhirang atau Biris yang menyerupai pisau besar (parang), hanya sebagian kecil ujungnya saja yang melengkung, koner, larang dan tumbak (tombak).

Ada lagi yang disebut tekos bu-ambu (bentuknya seperti tikus sedang diam), Bulu Ajem (bulu ayam, lancor ayam), atau yang bergagang sangat panjang disebut Lancor dan Calo. Sedangkan Sabit atau Tane, yang bentuknya lebih sederhana biasanya digunakan sebagai alat pertanian.

Legenda Pak Sakerah

Sejarah asal mula celurit sejatinya masih abu-abu. Yang ada justru cerita legenda dari Pasuruan yang bukan berasal dari Madura. Konon seorang mandor tebu bernama Sakerah melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda menggunakan celurit yang biasanya hanya digunakan sebagai alat pertanian.

Sakera yang bernama asli Sadiman adalah golongan ningrat yang di sebut dengan kalas MAS, berlatar belakang Islam yang amat sholeh dan pekerja keras.

Profesinya sebagai mandor di perkebunan tebu milik pabrik gula kancil Mas Bangil. Ia dikenal sebagai seorang mandor yang baik hati dan sangat memperhatikan kesejahteraan para pekerja, sehingga dijuluki Pak Sakera. Sakera adalah pejuang yang anti penjajahan.

Belanda tidak menyukai keberadaan pak Sakera, karena Sakera sangat menentang adanya penjajahan. Oleh karena itu Belanda memiliki niat buruk untuk menfitnah Sakera dengan celuritnya. Yaitu dengan membagikan celurit pada seluruh penjahat di daerah Madura.

Alhasil para penjahat di Madura menggunakan celurit untuk merampok, menindas dan membunuh. Dengan begitu tercemarlah nama Sakera dan celuritnya. Dengan politik licik yang dilakukan Belanda, maka sejak saat itu citra Sakera dan celuritnya menjadi buruk.

Celurit Simbol Perlawanan

Kemudian Pak Sakera dihukum mati, warga Pasuruan yang mayoritas berdarah Madura marah dan mulai berani melakukan perlawanan pada penjajah dengan senjata andalan berupa celurit.

Sehingga celurit mulai beralih fungsi menjadi simbol perlawanan, simbol harga diri serta strata sosial.

Mirisnya, dampak politik Belanda kala itu masih memberikan pengaruh besar hingga kini. Sebagian besar masyarakat menilai etnis Madura adalah pribadi yang kasar, seiring dengan keberadaan celurit yang identik dengan kekerasan.

Tags: Art and CultureCeluritCluritMaduraPeta Wisata IndonesiaSeni dan BudayaTravelling Indonesia
Previous Post

Bersiap! Danau Toba Akan Jadi Pusat Perhatian Dunia

Next Post

Tak Hanya Kaum Hawa, Hotel Ini Juga Menjadi Primadona!

Next Post
Tak Hanya Kaum Hawa, Hotel Ini Juga Menjadi Primadona!

Tak Hanya Kaum Hawa, Hotel Ini Juga Menjadi Primadona!

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Raja Ampat

Raja Ampat, Pulau Surga di Ujung Papua

February 4, 2023
Bali Pencak Silat Festival 2022, IPSI Bali Reborn

Bali Pencak Silat Festival 2022, IPSI Bali Reborn

December 29, 2022
Vihara Hok Tek Tjeng Sin Buka 24 Jam Selama Imlek

Vihara Hok Tek Tjeng Sin Buka 24 Jam Selama Imlek

January 22, 2023
Sulaman Naras Pariaman Menembus Pasar Internasional

Sulaman Naras Pariaman Menembus Pasar Internasional

January 11, 2023
Taman Nasional Taka Bonerate, Terbesar Ketiga di Dunia

Taman Nasional Taka Bonerate, Terbesar Ketiga di Dunia

3
Tak Perlu Pergi Jauh, Bogor Punya Wisata Bertema Eropa

Tak Perlu Pergi Jauh, Bogor Punya Wisata Bertema Eropa

2
Mengulik Tradisi Begawi Adat Lampung

Mengulik Tradisi Begawi Adat Lampung

1
Pali-pali, Menu Sakral Kesultanan Ternate

Pali-pali, Menu Sakral Kesultanan Ternate

1
Aston Inn Pandanaran Semarang Suguhkan Mie Celor Buat Pecinta Kuliner

Aston Inn Pandanaran Semarang Suguhkan Mie Celor Buat Pecinta Kuliner

February 6, 2023
Pulau Lakkang, Destinasi Wisata Air di Makassar

Pulau Lakkang, Destinasi Wisata Air di Makassar

February 6, 2023
Kayu Batik, Mengabadikan Goresan Mosaik Alam

Kayu Batik, Mengabadikan Goresan Mosaik Alam

February 5, 2023
Staycation dan Hidden Gems, Jadi Tren Travelling 2023

Staycation dan Hidden Gems, Jadi Tren Travelling 2023

February 5, 2023

Recent News

Aston Inn Pandanaran Semarang Suguhkan Mie Celor Buat Pecinta Kuliner

Aston Inn Pandanaran Semarang Suguhkan Mie Celor Buat Pecinta Kuliner

February 6, 2023
Pulau Lakkang, Destinasi Wisata Air di Makassar

Pulau Lakkang, Destinasi Wisata Air di Makassar

February 6, 2023
Kayu Batik, Mengabadikan Goresan Mosaik Alam

Kayu Batik, Mengabadikan Goresan Mosaik Alam

February 5, 2023
Staycation dan Hidden Gems, Jadi Tren Travelling 2023

Staycation dan Hidden Gems, Jadi Tren Travelling 2023

February 5, 2023
Travelling Indonesia

Follow Us

  • Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Management
  • About Us
  • Contact Us

All Rights Reserved by travellingindonesia.com © 2022

No Result
View All Result
  • About Us
  • Contact Us
  • Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Indonesian Tourism Information
  • Indonesian Tourism Website
  • Management
  • Travelling Indonesia

All Rights Reserved by travellingindonesia.com © 2022