Travelling Indonesia – Jangkrik Genggong merupakan event wisata tahunan yang digelar oleh masyarakat Dusun Tawang, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur (Jatim). Event ini masuk kalender wisata Kabupaten Pacitan, yang hari penyelenggaraannya memilih Anggara Kasih atau Selasa Kliwon, Bulan Selo atau Longkang (Dzulqo’dah atau Dzulkaidah)
Bagian Prokopim Pemkab Pacitan, mengabarkan, untuk tahun 2025, upacara adat Jangkrik Genggong digelar Selasa (13/05/25). Dimeriahkan dengan prosesi kirab ambeng dan tumpeng, yang menyertakan hasil bumi dan hasil laut. Ini dilakukan oleh ratusan masyarakat Dusun Tawang, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan, Jatim.
Seluruh masyarakat ambil bagian gelaran wisata budaya ini. Termasuk Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji yang ikut berbaur bersama rombongan kirab. “Acara ini dalam rangka kita bersyukur, mudah-mudahan rasa syukur kita semakin tebal dan semoga apa yang menjadi doa-doa kita dikabulkan dan diridloi Allah SWT,” kata Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji.
Baca:
- Wings Air Buka Rute Penerbangan Baru di Sumbagsel
- Blok M Jadi Wisata Terlengkap, Cocok Bagi Semua Kalangan
- Pemkot Magelang Luncurkan Program Transportasi Wisata Gratis
Kepala Desa (Kades) Sidomulyo, Agus Sugianto, menegaskan, upacara adat Jangkrik Genggong merupakan tradisi turun temurun. Acara ini merupakan bentuk syukur masyarakat atas karunia yang diberikan Tuhan. Jangkrik Genggong, masuk dalam kalender event wisata budaya di Kabupaten Pacitan, Jatim.
Para sesepuh Dusun Tawang, menyatakan, penamaan Jangkrik Genggong diambil dari nama salah satu gendhing pada Kesenian Tayub. Yakni gendhing yang menjadi klangenan(kesukaan) dari Ki Wonocaki, salah satu sosok gaib yang dikeramatkan dan dipercaya sebagai Danyang Punden.
Upacara adat ini juga menjadi pertanda perayaan bagi anak laki-laki yang telah beranjak dewasa. Menjadi semacam ‘wisuda’ bagi anak yang setelah usai mengikuti Jangkrik Genggong, kemudian mulai diperbolehkan turun melaut untuk berlayar mencari ikan.
Aneka Sesaji
Tradisi upacara adat Jangkrik Genggong, menyertakan kelengkapan aneka sesaji. Terdiri atas krawon kemadhuk, bothok Iwak Pajung (Kakap Merah), dan tlethong jaran seta (kotoran kuda putih). Sesaji ini, menjadi kelengkapan dalam ritual pemanjatan doa yang dilakukan oleh sesepuh adat setempat. Diyakini, setelah pelaksanaan Janggrik Genggong, Iwak Pajung akan melimpah di laut dan mudah ditangkap oleh para nelayan.
Jangkrik Genggong dilatarbelakangi oleh keberadaan sejumlah Punden (tempat yang dikeramatkan) di Tawang, Sidomulyo. Setiap Punden, punya sosok gaib penguasa (Sing Mbahurekso). Misalnya, Ki Rogo Bahu menguasai Punden di Glandhang Plawangan, Nyai Gadhung Mlathi menguasai di Sumur Gedhe, Ki Mangku Negara berkuasa di Punden Sumur Pinggir dan Ki Wonocaki menguasai di Punden Teren.
Untuk memaknai eksistensi mereka, masyarakat melaksanakan agenda tahunan Bersih Dusun atau Bersih Desa yang dimeriahkan Kesenian Tayub. Yang dalam pentasnya, menyajikan sejumlah gendhing yang menjadi kesukaan para Danyang.
Upacara adat Jangkrik Genggong secara utuh dimulai dari Hari Senin Wage (Soma Cemengan). Ditandai kerja bakti membersihkan lokasi Punden. Pada malam harinya, diadakan tirakatan bersama oleh seluruh warga dusun. Acara dilanjutkan pada Selasa Kliwon pagi, di mana setiap warga membawa nasi tumpeng beserta lauknya yang diwadah dalam Encek. Upacara tradisi Janggrik Genggong, dipercayai pula dapat menjadi sarana ruwatan (membebaskan kesialan) bagi warga yang menyandang sukerta (dililit aura negatif).
Tayub
Seluruh sesaji dan tumpeng bawaan warga, dikumpulkan selanjutnya dilakukan pemanjatan doa bersama yang dipimpin sesepuh adat setempat. Usai berdoa, sejumlah sesaji kemudian dibawa ke masing-masing lokasi Punden. Sebelum kemudian dilakukan Kembul Bujana (makan bersama) seluruh warga.
Baru kemudian dirangkai dengan pentas Kesenian Tayub, sekaligus menjadi penutup acara. Awalnya, disajikan jenis Tayub Sakral yang diperankan oleh lima orang penari pria asli Dusun Tawang, Sidomulyo. Tampilnya lima lelaki ini dimaknai sebagai pengejawantahan sosok penguasa gaib lima Punden di Dusun Tawang. Mereka menari dengan iringan Gending Cakra Negara, Samirah, Godril, Ijo-ijo dan diakhiri dengan Gendhing Jangkrik Genggong.
Sebelumnya, dilakukan prosesi kirab dengan membawa duplikat ikan kakap merah ukuran besar, untuk dibawa ke Balai Dusun lalu diteruskan ke Pesanggrahan di pesisir pantai. Pembawanya, adalah para perjaka dan wajib mengenakan pakaian adat Jawa.
Mereka diiringi Tarian Minoagung yang dilanjutkan Tari Tayub. Kesemuanya itu, dipersembahkan pada gaib penguasa sumber air yang jumlahnya tujuh. Selain tarian, dalam upacara adat juga menyertakan aneka gendhing yang disukai tujuh gaib penguasa sumber air.
Misal, untuk tokoh gaib Ki Mangku Negara gendingnya Surung Dayung. Gending ini sekaligus sebagai penggambaran nelayan yang tengah mendayung sampannya di laut bebas. Untuk Ki Kethok Jenggot gendingnya Sambiran, dan Ki Rogo Bahu gendingnya Ijo-ijo.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Facebook, Twitter dan TikTok.