Travelling Indonesia – Seperti namanya, kain tenun Donggala berasal dari Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Tenun Donggala merupakan salah satu unsur yang penting dalam pakaian adat masyarakat Sulawesi Tengah, khususnya pakaian adat suku Kaili dan suku Pamona.
Donggala merupakan kota tua bekas pelabuhan di era kolonial. Tradisi menenun kain Donggala diwariskan dari generasi ke generasi. Pada masa lalu, kegiatan menenun dilakukan kaum perempuan saat para suami melaut.
Menurut Netty Juliana (2013), dibandingkan tenun Kalimantan dan kain songket, corak kain Donggala lebih sederhana. Dalam setiap lembar kain tenun Donggala hanya menggunakan satu bentuk corak, tidak pernah menggunakan dua atau tiga bentuk ragam hias.
Bentuk ragam hias kain Donggala antara lain mawar, apel, kamboja, dedaunan, dan bentuk geometrik (kotak-kotak dan garis). Warna kain antara lain merah anggur, hitam, biru dongker, dan kuning tua.
Benang pakan dan lungsi menggunakan warna Napthol yang memiliki daya serap yang baik pada bahan kapas dan sutera. Sedangkan benang pakan tambahan biasanya menggunakan benang perak dan benang emas yang berbahan sintesis.
Benang pakan dan lungsi ditenun menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) gendongan. Saat ini, kerajinan tenun dilakukan sebagai salah satu mata pencarian kaum hawa, selain sebagai ibu rumah tangga.
Tenun Donggala telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia. Saat ini pemerintah setempat juga tengah mengusulkan ke UNESCO untuk menetapkan kain tenun Donggala sebagai warisan dunia.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Facebook, Twitter dan TikTok.