Travelling Indonesia – Jauh sebelum ada konsep rumah ramah lingkungan, secara tradisional masyarakat adat Papua sudah menerapkan konsep tersebut sejak lama lewat rumah Honai.
Kini semakin banyak pihak atau masyarakat yang kian serius melakukan berbagai macam upaya untuk menghadirkan inovasi ramah lingkungan. Salah satunya dengan membangun rumah berkonsep ramah lingkungan, menggunakan batu bata yang dibuat dari olahan sampah plastik atau ecobrick.
Padahal sebenarnya, konsep rumah ramah lingkungan sudah jauh lebih dulu dilakukan oleh masyarakat adat atau tradisional, yang saat ini mungkin hanya tersisa dengan populasi yang sedikit di wilayah pedalaman.
Salah satu masyarakat adat yang dimaksud adalah masyarakat di pedalaman Papua, yakni suku Dani lewat keberadaan rumah Honai.
Walau dikenal sebagai rumah tradisional Papua, namun bukan berarti rumah ini bisa ditemukan di seluruh wilayah Papua. Honai merupakan rumah bagi beberapa suku adat tertentu di Papua, misalnya suku Dani yang tinggal di bagian lembah Baliem atau Wamena, suku Lani di Pegunungan Toli, dan suku-suku asli Papua di beberapa daerah lainnya.
Umumnya, rumah honai memiliki tinggi sekitar 2-2,5 meter dan terdiri atas dua lantai. Lantai pertama biasanya digunakan untuk tempat tidur. Sementara itu lantai dua digunakan sebagai tempat beraktivitas, ruang santai, ruang makan, tempat mengerjakan kerajinan tangan, dan lain-lain.
Honai biasanya dibangun tanpa jendela dan terkenal akan ruangannya yang sempit. Bukan tanpa alasan, pembangunan tersebut dilakukan untuk menghalau hawa dingin. Karena nyatanya, lokasi dari tempat tinggal suku Dani atau suku lainnya yang hidup dengan rumah tradisional ini memang terletak di wilayah pegunungan.
Dari luar, honai memiliki bentuk rumah lingkaran yang bagian atasnya ditutupi atap dari tumpukan jerami, atau ilalang yang ditumpuk sedemikian rupa. Sehingga jika dilihat dari luar, tampilan rumah tersebut jika dilihat sekilas akan nampak berbentuk seperti jamur.
Bicara mengenai pembangunannya yang ramah lingkungan, semua bagian dari honai nyatanya memang dibuat dengan memanfaatkan bahan dari alam. Misalnya saja bagian badan rumah yang menggunakan material kayu, atau papan kayu kasar untuk dinding, rumput dan jerami untuk bagian lantai, serta ilalang juga jerami untuk bagian atap seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Tentu, rumah honai juga membutuhkan tiang untuk menopang agar bangunan bisa berdiri dengan kuat, untuk kebutuhan tersebut jenis kayu yang digunakan adalah kayu besi, atau lebih umum dikenal sebagai kayu ulin.
Selain itu, dibutuhkan juga tali rotan dari akar-akar pohon, tanaman, atau sulur-suluran yang berfungsi untuk mengikat beberapa bagian tertentu.
Makna dan Fungsi Honai, Rumah Adat Papua
Tidak asal dalam pembuatan atau pemilihan materialnya, setiap bahan dari alam yang digunakan nyatanya juga mengandung makna tersendiri bagi masyarakat adat Papua yang tinggal di rumah honai.
Misalnya saja ilalang atau jerami yang mungkin terlihat lemah bila dijadikan sebagai atap atau alas tanah, namun kenyataannya ilalang justru bisa menjadi sangat tajam. Hal tersebut melambangkan jika di balik kesederhanaan, rumah honai yang terbuat dari ilalang memiliki makna mandiri, kuat, dan mudah menyesuaikan diri.
Selain dipakai sebagai tempat tinggal, rumah honai juga dibangun untuk berbagai keperluan lain. Misal, ada bangunan honai yang memang dibuat untuk menyimpan hasil ladang dan cadangan makanan seperti ubi manis dan umbi-umbian.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Facebook, Twitter dan TikTok.