Travelling Indonesia – Bedug adalah alat komunikasi Islami yang merupakan warisan Tiongkok.
Membahas bedug, sebelum adanya alat komunikasi modern berupa radio, televisi, telepon genggam, dan lain sebagainya, manusia zaman dulu berkomunikasi jarak jauh menggunakan alat yang begitu sederhana.
Alat tersebut tentunya tidak spesifik berbicara seperti melalui telepon, tetapi lebih kepada isyarat umum yang disepakati oleh manusia yang hidup di zaman dahulu. Salah satu alat yang dari awal berfungsi sebagai alat komunikasi sebelum zaman modern yaitu Bedug.
Bedug sudah tidak asing lagi terdengar di masyarakat Indonesia. Namun, tak banyak masyarakat yang mengetahui bagaimana sejarah bedug dan fungsinya di kehidupan sehari-hari.
Sejarah Bedug
Bedug bukan merupakan alat tabuh yang asli berasal dari Indonesia. Banyak sumber sejarah menuturkan bahwasanya alat yang dimainkan dengan cara dipukul ini berasal dari Cina. Hal tersebut dimulai dari dahulu kala dimana seorang pria Muslim-Cina bernama Cheng-Ho beserta pasukannya datang ke Jawa tepatnya di Semarang sebagai utusan dari maharaja Ming.
Pengenalan dilakukan oleh Laksamana Cheng-Ho awalnya secara tidak sengaja di mana ia mengatur pasukannya untuk berbaris menggunakan bunyi bedug sebagai pemberi tanda kepada pasukannya.
Setelah urusannya di Indonesia selesai, sebelum meninggalkan Indonesia pria asal Cina itu berinisiatif untuk memberikan hadiah sebagai bentuk terima kasihnya kepada raja Semarang saat itu.
Namun, raja Semarang menolak untuk diberikan hadiah dan lebih memilih untuk mengajukan satu permintaan mudah kepada Laksamana Cheng-Ho.
Permintaan tersebut berupa keinginannya untuk mendengarkan suara bedug yang dimainkan dari masjid dan dengan senang hati utusan dari Cina itu pun mengabulkannya. Maka dari itu, sampai sekarang pun bedug seakan menjadi bagian dari ritual keagamaan Islam.
Fungsi Bedug
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwasanya alat tabuh ini berfungsi sebagai alat komunikasi jarak jauh pada zaman dahulu. Komunikasi tersebut dapat berupa sebuah peringatan, penanda, atau bahkan penunjuk waktu. Biasanya pada zaman dulu bedug ditabuh untuk memberi informasi mengenai jam, hari-hari besar, ataupun memberi tahu akan adanya bahaya.
Fungsi lainnya adalah sebagai pengobar semangat ketika dalam peperangan. Suaranya yang rendah namun menggelegar ini cocok untuk dijadikan sebagai pemompa semangat prajurit dalam peperangan.
Ketika dalam peperangan biasanya juga dipadukan dengan suara teriakan semangat para prajurit yang menggelegar sehingga makin membaralah hasrat mereka untuk meraih kemenangan.
Selain itu, bedug tidak hanya berfungsi sebagai hal-hal duniawi seperti sebelumnya. Alat perkusi ini juga digunakan sebagai alat komunikasi untuk menjalankan ritual keagamaan.
Maka dari itu, tak jarang kuil-kuil serta masjid-masjid memiliki bedug sebagai alat komunikasi yang memberitahukan masuknya waktu beribadah.
Namun, karena pada awalnya bedug ini digunakan di kuil-kuil oleh Umat Hindu, terjadilah perselisihan mengenai penggunaannya di masjid yang mana merupakan tempat beribadah Umat Islam. Ada yang menolak penggunaannya karena beralasan bahwa bedug tersebut bukan berasal dari anjuran agama Islam.
Ada juga yang tetap mempertahankan hal tersebut dikarenakan fungsinya yang tidak menyalahi aturan syariat Islam.
Bahan Membuat Bedug
Untuk membuat alat komunikasi yang tergolong tua ini dibutuhkan beberapa bahan. Bahan-bahan tersebut di antaranya adalah batang pohon dan kulit hewan. Batang pohon tersebut haruslah berukuran besar dan biasanya menggunakan pohon enau dengan panjang sekitar satu meter atau lebih.
Sedangkan untuk kulit hewan yang digunakan juga bermacam-macam tergantung kebutuhan. Hewan yang diambil kulitnya untuk membuat bedug yang dulunya adalah alat komunikasi tradisional ini di antaranya kulit kambing, sapi, kerbau, banteng, dan lain sebagainya. Kulit tersebut sebelumnya sudah dikeringkan agar nantinya menghasilkan suara yang bagus dan nyaring.
Batang besar yang tadinya telah dipilih sebagai bahannya, kemudian dilubangi tengahnya hingga membentuk model tabung. Lalu, pada ujung di kedua sisinya yang berlubang ditutup dengan kulit binatang yang tadinya sudah dikeringkan.
Kulit tersebutlah yang nantinya berfungsi sebagai membran dan titik yang dipukul sehingga menghasilkan bunyi dengan suara berat bernada khas dan rendah namun dapat menjangkau berbagai lokasi dengan jarak yang cukup jauh.
Rampak Bedug
Perkembangan fungsi bedug di zaman modern seperti sekarang ini telah maju pesat. Perkembangan tersebut di antaranya adalah alat komunikasi tradisional ini juga digunakan untuk melakukan pertunjukan kesenian bernama Rampak Bedug.
Kesenian jenis ini berasal dari daerah Banten. Sesuai dengan namanya yaitu “Rampak” yang memiliki arti “serempak” di mana pertunjukan ini terdiri dari beberapa orang yang memainkan bedug secara bersamaan. Masing-masing orang yang menabuh secara bersamaan menghasilkan irama yang harmonis dan enak untuk didengar.
Kesenian ini awalnya dimainkan untuk menyambut bulan suci Ramadan beserta Hari Raya Idulfitri. Pertunjukan kesenian yang mengandung motivasi religi ini banyak mengundang minat masyarakat untuk menyaksikannya.
Nilai yang berusaha ditawarkan dari kesenian ini adalah nilai religi, nilai rekreasi atau hiburan, juga nilai ekonomis di mana masyarakat mulai mengundang para seniman rampak bedug ini untuk memeriahkan acara-acara mereka.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami Instagram, Facebook dan Twitter.