• Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Management
  • About Us
  • Contact Us
Travelling Indonesia
Advertisement
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS
No Result
View All Result
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS
No Result
View All Result
Travelling Indonesia
No Result
View All Result
Home Art & Culture

Ngalak Air di Kutai Lama, Filosofi untuk Kembali ke Asal

Austin Devon by Austin Devon
January 11, 2023
in Art & Culture
Ngalak Air di Kutai Lama, Filosofi untuk Kembali ke Asal

Proses pengambilan air dalam ritual Ngalak air- Dok. Istimewa

Share on FacebookShare on Twitter

Travelling Indonesia – Sejarah Kesultanan Kutai Kartanegara tidak dapat dipisahkan dari suatu daerah di hulu Sungai Mahakam, yaitu Jahitan Layar atau Tepian Batu. Meski kejayaan Kesultanan Kutai dicapai saat ibukota telah berpindah ke Tangga Arung (Tenggarong), tetapi kisah panjang Kesultanan yang telah berusia lebih dari 700 tahun ini bermula di daerah yang sering disebut sebagai “Kutai Lama” tersebut.

Di daerah inilah, legenda tentang kemunculan dua bayi melalui dua kejadian misterius berasal. Bayi Aji Batara Agung Dewa Sakti dikisahkan muncul tiba-tiba di depan rumah seorang pembesar masyarakat Jaitan Layar.

Bayi tersebut terbaring di atas Batu Raga Mas dengan tangan kanan menggenggam sebutir telur ayam dan tangan kirinya menggenggam keris emas. Dikisahkan bahwa tujuh dewa turun dan memberikan petunjuk pada sang pembesar bahwa anak tersebut berasal dari khayangan dan harus dibesarkan dengan cara yang berbeda dengan anak manusia biasa.

Sesajen di ritual Tepian Batu

Sang permaisuri dikisahkan juga muncul secara misterius dari dasar Sungai Mahakam. Bayinya terbaring di atas gong yang dijunjung oleh seekor naga yang muncul dari pusaran air. Naga tersebut kemudian mengantarkan Putri Karang Melenu ke hadapan seorang petinggi Hulu Dusun yang telah membesarkan sang naga. Si pembesar kemudian menjadi orangtua angkat yang membesarkan Putri Karang Melenu hingga dewasa.

Keduanya kelak dinamai Aji Batara Agung Dewa Sakti dan Putri Karang Melenu, pasangan Raja dan Permaisuri Kutai yang pertama. Kedua sosok inilah yang menjadi cikal bakal garis keturunan keluarga besar bangsawan Keraton Kutai Kartanegara Ing Martadipura.

Meskipun Ibukota Kesultanan Kutai kemudian berpindah ke Tenggarong, keluarga Kesultanan Kutai tetap menganggap Kutai Lama sebagai kampung halaman dan asal muasal nenek moyang mereka. Karena itulah, setiap kali sebelum pelaksanaan Erau, terdapat ritual yang disebut ngalak air di Kutai Lama.

Dalam ritual ini, air dari Kutai Lama dibawa ke Keraton Kutai untuk digunakan dalam berbagai ritual sepanjang pelaksanaan Erau. Ritual ini juga mengandung pesan filosofis agar selalu mengingat asal muasal nenek moyang dan mempertahankan kearifan leluhur yang telah diwariskan.

Ngalak air di Kutai Lama dilakukan satu atau dua hari sebelum diselenggarakannya upacara mendirikan tiang ayu yang menandai dimulainya Erau. Dalam ritual ini, masing-masing seorang utusan dewa(wanita pengabdi ritual) dan belian (pria pengabdi ritual) diberangkatkan bersama perwakilan Kesultanan.

Rombongan berangkat melalui jalur air menyusuri Sungai Mahakam, menggunakan speedboat. Bersama rombongan ini, disertakan kelengkapan ritual antara lain beras wija kuning, wijen hitam yang dicampur dupa, air tepong tawar, arang yang membara, kembang, dan beberapa butir telur.

Berbagai kelengkapan tersebut digunakan untuk pelaksanaan ritual besawai dan melaboh tigu (mempersembahkan telur) yang dimaksudkan sebagai permohonan izin/tuah serta pemberitahuan kepada penghuni alam gaib tentang pelaksanaan Erau. Ritual besawai dan melaboh tigudilakukan di beberapa titik, yaitu di ujung utara Pulau Kumala, Loa Gagak (Loa Kulu), Pamerangan (Jembayan), Tepian Aji (Samarinda Seberang), dan Tepian Batu (Kutai Lama). Pada titik terakhir (Tepian Batu), kapal akan berputar sebanyak tiga kali sebelum dilakukannya besawai dan melaboh Tigu.

Setelah rangkaian ritual di atas selesai, perwakilan Kesultanan mengambil air dengan guci khusus. Air Kutai Lama ini dibawa kembali ke Tenggarong dan ditempatkan di dekat Tiang Ayu yang berada di Ruang Stinggil (Siti Hinggil), Keraton Kutai. Setiap hari, isi dari guci ini akan ditambahkan dengan air Sungai Mahakam yang diambil dari dermaga di depan Museum (Keraton) melalui ritual mengundang air dan ngalak air tuli, untuk selanjutnya digunakan dalam ritual-ritual Erau. Bersamaan dengan ritual mengulur naga pada hari ke-6 pelaksanaan Erau, air dalam guci ini dikembalikan ke sumber asalnya di Kutai Lama.

Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Facebook, Twitter dan TikTok.

Tags: Kutai KartanegaraNgalak AirPeta Wisata IndonesiaSeni dan BudayaTravelling Indonesia
Previous Post

Konser 30 Tahun Berkarya Dewa 19 di Medan, Berikut Harga Tiketnya

Next Post

Segarnya Asinan Bogor yang Menggugah Selera

Next Post
Segarnya Asinan Bogor yang Menggugah Selera

Segarnya Asinan Bogor yang Menggugah Selera

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Raja Ampat

Raja Ampat, Pulau Surga di Ujung Papua

February 4, 2023
Bali Pencak Silat Festival 2022, IPSI Bali Reborn

Bali Pencak Silat Festival 2022, IPSI Bali Reborn

December 29, 2022
Vihara Hok Tek Tjeng Sin Buka 24 Jam Selama Imlek

Vihara Hok Tek Tjeng Sin Buka 24 Jam Selama Imlek

January 22, 2023
Sulaman Naras Pariaman Menembus Pasar Internasional

Sulaman Naras Pariaman Menembus Pasar Internasional

January 11, 2023
Taman Nasional Taka Bonerate, Terbesar Ketiga di Dunia

Taman Nasional Taka Bonerate, Terbesar Ketiga di Dunia

3
Tak Perlu Pergi Jauh, Bogor Punya Wisata Bertema Eropa

Tak Perlu Pergi Jauh, Bogor Punya Wisata Bertema Eropa

2
Mengulik Tradisi Begawi Adat Lampung

Mengulik Tradisi Begawi Adat Lampung

1
Pali-pali, Menu Sakral Kesultanan Ternate

Pali-pali, Menu Sakral Kesultanan Ternate

1
Aston Inn Pandanaran Semarang Suguhkan Mie Celor Buat Pecinta Kuliner

Aston Inn Pandanaran Semarang Suguhkan Mie Celor Buat Pecinta Kuliner

February 6, 2023
Pulau Lakkang, Destinasi Wisata Air di Makassar

Pulau Lakkang, Destinasi Wisata Air di Makassar

February 6, 2023
Kayu Batik, Mengabadikan Goresan Mosaik Alam

Kayu Batik, Mengabadikan Goresan Mosaik Alam

February 5, 2023
Staycation dan Hidden Gems, Jadi Tren Travelling 2023

Staycation dan Hidden Gems, Jadi Tren Travelling 2023

February 5, 2023

Recent News

Aston Inn Pandanaran Semarang Suguhkan Mie Celor Buat Pecinta Kuliner

Aston Inn Pandanaran Semarang Suguhkan Mie Celor Buat Pecinta Kuliner

February 6, 2023
Pulau Lakkang, Destinasi Wisata Air di Makassar

Pulau Lakkang, Destinasi Wisata Air di Makassar

February 6, 2023
Kayu Batik, Mengabadikan Goresan Mosaik Alam

Kayu Batik, Mengabadikan Goresan Mosaik Alam

February 5, 2023
Staycation dan Hidden Gems, Jadi Tren Travelling 2023

Staycation dan Hidden Gems, Jadi Tren Travelling 2023

February 5, 2023
Travelling Indonesia

Follow Us

  • Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Management
  • About Us
  • Contact Us

All Rights Reserved by travellingindonesia.com © 2022

No Result
View All Result
  • About Us
  • Contact Us
  • Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Indonesian Tourism Information
  • Indonesian Tourism Website
  • Management
  • Travelling Indonesia

All Rights Reserved by travellingindonesia.com © 2022