Travelling Indonesia – Tusuk gigi seringkali dianggap sepele. Benda kecil yang terbuat dari bambu ini diacuhkan karena hanya dipandang sebagai pembersih makanan yang berada di sela-sela gigi. Setelahnya, langsung dibuang.
Tapi bagi Suparno alias Mbah Nino, tusuk gigi adalah sumber penghasilan. Dari susunan batang-batang tusuk gigi yang dirangkai menjadi berbagai bentuk, dirinya mampu menghasilkan karya seni yang bernilai.
Karya seni memang memiliki nilai jual tinggi. Seperti miniatur biola, kereta kencana dan lainnya yang terbuat dari tusuk gigi kreasi pria 51 tahun, warga Jalan Dwitirto, RT 13, RW 04, Pancuran, Kutowinangun Lor, Tingkir, Salatiga, Jawa Tengah.
Kerajinan dari tusuk gigi ini dijual ke pasaran dengan harga mulai dari Rp75.000 hingga Rp1.000.000 tergantung tingkat kesulitannya.
Suparno menuturkan, kerajinan tangan berbahan baku tusuk gigi ini ditekuni sejak tiga tahun lalu. Hanya, proses pembuatan dikerjakan dilakukan saat senggang.
Awal mulanya membuat miniatur berbahan dasar tusuk gigi ketika dirinya mengikuti perlombaan antar kampung. Ketika itu, Mbah Nino diminta membuat miniatur dokar dari tusuk gigi.
“Ternyata saya bisa membuatnya sesuai permintaan. Sejak saat itu, saya mulai membuat miniatur barang dengan tusuk gigi,” ujarnya.
Hingga saat ini, sudah ada sejumlah miniatur dari tusuk gigi yang dibuatnya. Antara lain, replika ayunan, biola, mesin jahit, gazebo, dan kereta kuda atau delman.
Ketertarikannya membuat miniatur muncul sejak masih muda. Namun, Mbah Nino membuatnya sekedar iseng.
“Saya memilih tusuk gigi sebagai bahan baku karena mudah didapat serta memiliki keunikan dan mudah dibentuk,” tambah Suparno.
Ukuran tersebut juga yang menentukan banyaknya tusuk gigi yang dibutuhkan. Namun setidaknya, untuk satu kerajinan membutuhkan dua bungkus tusuk gigi.
Saat ini dalam kurun waktu satu bulan, dirinya hanya mampu membuat dua miniatur lantaran di rumah juga membuka jasa penjahit.
Karyanya saat itu diakui pria asal Salatiga, masih hanya berupa pajangan di rumah. Tapi beberapa langganan jahitnya mengapresiasi kerajinan tusuk gigi yang dibuatnya. Bahkan beberapa orang mulai bertanya harga kerajinan tersebut.
“Saya bingung karena memang niat awal tidak untuk dijual, hanya buat hiasan di rumah. Itu saja di beberapa bagian sudah rusak karena dibuat mainan keponakan yang masih kecil-kecil,” jelas Nino.
Menurut Nino, pemasaran kerajinannya masih di seputaran Salatiga. Karenanya, untuk memperluas jangkuan penjualan, dia berencana membuka toko untuk workshop dan memajang karyanya.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Facebook dan Twitter.