• Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Management
  • About Us
  • Contact Us
Travelling Indonesia
Advertisement
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS
No Result
View All Result
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS
No Result
View All Result
Travelling Indonesia
No Result
View All Result
Home Art & Culture

Ular Naga, Permainan Tradisional Anak Jakarta

Beno Alfredo by Beno Alfredo
December 8, 2022
in Art & Culture
Ular Naga, Permainan Tradisional Anak Jakarta

Permainan Ular Naga - Dok. dictio.id

Share on FacebookShare on Twitter

Travelling Indonesia – Dunia gawai yang berkembang pesat saat ini banyak mengubah cara hidup manusia.  Kita menjadi sibuk sendiri-sendiri dengan gawai yang kita genggam. Tak ketinggalan pula anak-anak, terutama yang tinggal di kota-kota besar, turut mengalami hal ini.

Sempitnya lahan perkotaan membuat anak-anak tidak mempunyai tempat yang memadai untuk bermain. Padahal mereka memerlukan ruang yang cukup untuk mengeksplorasi mata dan gerak tubuh sehingga mereka dapat menjadi anak-anak yang sehat jasmani dan rohani. Sebagai gantinya, para orangtua memberi anak-anak mereka gawai sebagai sarana bermain.

Namun, banyaknya waktu yang digunakan anak-anak dengan gawai menimbulkan masalah baru. Dengan gawai, permainan dapat dilakukan sendiri tanpa kehadiran teman. Lambat-laun, hal ini mengondisikan mereka menjadi pribadi yang individualis. Mereka menjadi enggan berkomunikasi dengan sesama dan juga dengan alam sekitar. Padahal bersosialisasi itu penting bagi perkembangan anak.

Di Jakarta tempo dulu, lahan masih tersedia. Anak-anak pun dapat bersosialisasi satu sama lain melalui berbagai permainan yang mereka lakukan bersama-sama. Salah satunya adalah permainan ular naga. Permainan tradisional ini harus dilakukan secara berkelompok dengan jumlah peserta lebih dari empat. Semakin banyak yang bermain, semakin seru permainan.

Permainan ular naga dimainkan oleh sedikitnya 5 anak. Lebih banyak akan lebih meriah. Rata-rata pemainnya berumur  5–12 tahun. Lahan yang dibutuhkan adalah lahan yang luas karena permainannya adalah barisan anak yang berputar ke sana kemari laiknya seekor ular naga. Biasanya permainan ini dilakukan di sore hari atau malam hari, terutama saat bulan purnama.

Cara Bermain

Anak-anak berkumpul menjadi satu barisan. Di antara mereka, dipilih tiga orang anak yang tubuhnya besar dan tangkas berbicara. Salah satu daya tarik permainan ini ada dalam dialog yang mereka lakukan. Dua dari mereka akan menjadi “gerbang”. Satunya lagi menjadi “induk” bagi barisan anak-anak lainnya.

Anak-anak berbaris dengan memegang “buntut” (baju atau pun pinggang anak yang di depannya). “Induk” berada paling depan di dalam barisan. “Gerbang” lantas dibuat oleh dua orang anak yang telah terpilih tadi. Mereka berdiri berhadapan, menaikkan tangan masing-masing, dan saling menggenggam membentuk  terowongan yang akan dilintasi oleh barisan anak-anak.

Barisan mulai bergerak seiring dengan lagu yang mereka nyanyikan bersama. Gerakan melingkar ke sana ke mari. Ular naga (barisan anak-anak) akan berjalan melewati “gerbang” yang berdiri di tengah-tengah halaman dengan iringan lagu yang dinyanyikan bersama.  Saat dendang lagu habis, anak yang berada di barisan paling belakang “ditangkap” oleh “gerbang”.

Sang “induk” dengan anak-anak yang masih setia berbaris di belakangnya—akan berdialog dan berbantah-bantahan dengan “gerbang” perihal anak yang ditangkap. Dialog ini sering kali seru dan lucu, terutama bagi anak-anak yang masih kecil. Berada di dalam barisan anak-anak pun, bagi anak-anak usia 5 tahun hingga sedikit ke atasnya, sudah menyenangkan bagi mereka. Sering kali perbantahan ini membuat anak-anak ini saling tertawa.

Sampai pada akhirnya, apabila “induk” menang dalam perbantahan dengan “gerbang”, maka ia dapat mengambil kembali si anak yang tertangkap. Namun, bila ia kalah, maka si anak akan ditempatkan di belakang salah satu “gerbang” berdasarkan pilihannya.

Permainan pun dilanjutkan kembali dengan mengulang lagu dan barisan berputar ke sana kemari. Berputarnya pun tidak mesti sama dengan putaran permainan pertama. Hal ini tergantung kepada anak yang berada paling depan dari barisan serta syair lagu yang dinyanyikan (di mana ular naga akan melewati gerbang). Saat syair lagu telah habis dinyanyikan, ada lagi anak yang paling belakang tertangkap.

Demikianlah permainan ini dilakukan seterusnya sampai sang “induk” kehabisan anak. Permainan pun dengan demikian usai dengan sendirinya. Terkadang menjadi bubar begitu saja ketika orangtua mereka memanggil untuk pulang karena malam sudah larut.

Lagu

Lagu yang dinyanyikan cukup sederhana. Berikut syairnya:
Ular naga panjangnya bukan kepalang
Menjalar-jalar selalu kian kemari
Umpan yang lezat, itu yang dicari
Kini dianya yang terbelakang

Syair di atas didendangkan oleh ular naga sambil bergerak melingkar ke sana kemari. Pada saat barisan menerobos “gerbang”, barisan berucap “kosong – kosong – kosong” berkali-kali hingga seluruh barisan lewat, dan mulai lagi menjalar dan menyanyikan lagu di atas. Demikian dilakukan sampai dua atau tiga kali.

Pada kali yang terakhir menerobos “gerbang”, barisan mengucap “isi – isi – isi” berkali-kali, hingga akhir barisan dan anak yang berada paling akhir barisan pun ditangkap (“gerbang” menutup dan melingkari anak yang tertangkap dengan kedua tangan mereka yang saling mengait).

Dialog (Bantah-Bantahan)

Adapun dialog yang dilakukan ketika ada anak yang tertangkap, di seluruh permainan ular naga wilayah Jakarta, tidaklah baku seperti dalam dialog di bawah ini. Dialognya bisa dikembangkan tergantung kreativitas anak-anak yang lebih besar, yang telah terpilih menjadi “induk” (I) dan “gerbang” (G). Namun sebagai gambaran, dialognya kira-kira seperti ini:

I        : Mengapa anak saya ditangkap ?
G       : Karena menginjak-injak pohon jagung…
I        : Bukankah dia sudah kuberi (bekal) nasi ?
G       : Nasinya sudah dihabiskan.
G2     : (Menyeletuk) Anaknya rakus, sih…
I        : Bukankah dia membawa obor ?
G       : Wah, obornya mati tertiup angin…
I        : Bukankah …. ?”
G       : ….., dan seterusnya

Sampai akhirnya di antara “induk” dan “gerbang” ada yang menyerah dalam perbantahan. Bila si induk yang menyerah, maka ia perlu meyakinkan kokohnya “penjara” yang bakal dihuni anaknya. Sang induk biasanya bertanya sambil menepuk/menunjuk salah satu lengan si “gerbang”:

I        : Ini pintu apa?
G       : Pintu besi.
I        : Yang ini? (Sambil menepuk tangan yang lain)
G       : Pintu api.
I        : Ini? (Menunjuk tangan yang lain lagi)
G       : Pintu air.
I        : Dan ini? (Menunjuk tangan yang terakhir)
G       : Pintu duri!

Ketika sang “induk” menyerah karena dinding “penjara” tak tertembus, ia pun menoleh kepada anaknya:

I        : Kau mau pilih ‘bintang’ atau ‘bulan’?
A       : Bintang.

Anak itu lantas ditempatkan di belakang salah satu “gerbang”, yang digelari ‘bintang’.
Kemudian permainan dimulai lagi.

Manfaat Permainan Ular Naga

Selain kegembiraan karena bisa tertawa bersama pada saat bantah-bantahan (yang berarti pula belajar bersosialisasi), anak pun belajar tentang patuh pada aturan (permainan) dan saling bahu-membahu agar satu sama lain tidak terlepas dan ketinggalan gerak meliuk sang ular naga. Di sini anak juga belajar mengatur emosinya untuk tetap berada dalam kekompakan.

Di dalam perbantahan, anak terkondisikan untuk kreatif berbahasa karena ia perlu untuk memunculkan kosakata baru agar satu sama lain mendapatkan anak (antara “induk” dan “gerbang”). Mereka pun belajar untuk mengatur emosi lantaran permainan ini beroperasi dalam dialog (bantah-bantahan). Ada yang menyerah karena sudah kehabisan kosakata dalam mendapatkan anak. Juga dalam bantah-bantahan, tidak hanya “induk” dan “gerbang” yang terlibat tetapi juga anak-anak di barisan ular naga.

Misalnya pada bait berikut:
I        : Bukankah dia sudah kuberi (bekal) nasi ?
G       : Nasinya sudah dihabiskan.
G2     : (Menyeletuk) Anaknya rakus, sih….

Kata “rakus” bukan untuk menunjuk bahwa anak yang tertangkap memang rakus, melainkan suasana canda-gurau.

Pun bila si anak menjadi tersinggung, maka anak-anak yang lain akan memberitahukan anak tersebut bahwa kondisinya adalah sedang bermain.

Permainan ular naga, selain tak berbiaya, tentu saja melatih kondisi motorik anak karena ia akan bergerak ke sana kemari berolah raga bersama.

Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Facebook, Twitter dan TikTok.

Tags: Peta Wisata IndonesiaSeni dan BudayaTravelling IndonesiaUlar Naga
Previous Post

Pantai Kuta Bali Punya Hotel Baru Asal Australia

Next Post

Hotel Ambarrukmo Siap Suguhkan Menu Resepsi Kaesang-Erina

Related Posts

Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung
Art & Culture

Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung

May 21, 2025
Jangkrik Genggong, Gaungkan Wisata Budaya Asal Pacitan
Art & Culture

Jangkrik Genggong, Gaungkan Wisata Budaya Asal Pacitan

May 15, 2025
Festival Tabuik, Upacara Adat Minangkabau di Pantai Pariaman
Art & Culture

Festival Tabuik, Upacara Adat Minangkabau di Pantai Pariaman

April 18, 2025
Alat Musik Rebab, Kesenian Betawi Warisan Budaya Timur Tengah
Art & Culture

Alat Musik Rebab, Kesenian Betawi Warisan Budaya Timur Tengah

April 16, 2025
Tari Busak Baku, Simbol Keindahan dan Harmoni Dayak Lundayeh
Art & Culture

Tari Busak Baku, Simbol Keindahan dan Harmoni Dayak Lundayeh

April 8, 2025
Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Pulau Lombok
Art & Culture

Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Pulau Lombok

April 7, 2025
Next Post
Hotel Ambarrukmo Siap Suguhkan Menu Resepsi Kaesang-Erina

Hotel Ambarrukmo Siap Suguhkan Menu Resepsi Kaesang-Erina

Popular

  • Sayur Besan Khas Betawi, Sajian Spesial Acara Pernikahan

    Sayur Besan Khas Betawi, Sajian Spesial Acara Pernikahan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nite & Day Hotel Hadirkan Promo Jelang HUT Kota Semarang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Daftar Harga Tiket Timnas Indonesia Vs China, Termurah Rp300 Ribu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Total 6 Ribu Peserta Ramaikan Milo Activ Indonesia Race 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangkrik Genggong, Gaungkan Wisata Budaya Asal Pacitan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Recent News

Babat Gongso, Jejak Tersisa Cheng Ho Dalam Kuliner Semarang

Babat Gongso, Jejak Tersisa Cheng Ho Dalam Kuliner Semarang

May 21, 2025
Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung

Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung

May 21, 2025
Mandalika Tawarkan Ajang Bertajuk Pocari Sweat Run Lombok 2025

Mandalika Tawarkan Ajang Bertajuk Pocari Sweat Run Lombok 2025

May 20, 2025
Rujak Aceh, Kuliner Kaya Rasa di Setiap Suapan

Rujak Aceh, Kuliner Kaya Rasa di Setiap Suapan

May 20, 2025
Travelling Indonesia

Follow Us

  • Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Management
  • About Us
  • Contact Us

All Rights Reserved by travellingindonesia.com © 2022

No Result
View All Result
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS

All Rights Reserved by travellingindonesia.com © 2022