Travelling Indonesia – Kampung Badud di Margajaya, Desa Margacinta, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran menjadi wilayah yang kaya akan seni dan budaya lokal.
Kampung Badud salah satu kawasan di wilayah Margacinta yang menjadi tempat menjaga tradisi setiap kali datang musim panen padi.
Diambil dari nama keseniannya, Badud yaitu aktraksi kesenian yang memainkan alat musik dogdog dan angklung. Kesenian ini memiliki beberapa jenis kesenian, diantaranya seni musik, seni tari dan teater.
Kampung Badud disebutkan sebagai tanda lahirnya kesenian daerah tertua di Pangandaran yaitu seni Tradisional Badud.
Kesenian Badud sudah dimainkan sejak 1868-an. Sejak saat itu daerah ini memiliki kesenian tradisi yang unik, biasanya dahulu dimainkan setiap menyambut musim panen padi.
Namun saat ini pageleran seni Badud dimainkan setiap kali ada acara penting menyambut hari besar ataupun pagelaran seni budaya di Pangandaran.
Dahulu seni Badud juga menjadi cara untuk mengusir hama. Perihal pengusiran terhadap binatang yang dianggap mengganggu juga memfungsikan seni Badud pada saat musim penebangan pohon atau menanam benih pada satu lubang dengan iringan bacaan mantra dan doa serta berbagai sesuguhan (rujak bunga ros, rujak pisang, telur, daging mentah, gula batu, rokok cerutu, rokok bangjo, rokok (berwarna coklat masing-masing dua batang, dan lain-lain) agar diberikan kelancaran.
Pertunjukan seni Badud selalu digelar di arenaarena terbuka. Hal itu disebabkan karena fungsi komunikatif seni Badud sangat tinggi.
Kesenian ini tidak mungkin dipertunjukan tanpa kehadiran penonton karena justru makna dan kemeriahan seni Badud terletak pada interaksi antara pemain dan penonton. Penting dikemukakan bahwa bentuk pertunjukan.
Kesenian badud membutuhkan 20 orang pemain dalam sekali pentas dan semua pemainya laki-laki. Di antaranya, ada empat pemain utama yang membawa alat musik badud (dogdog). Empat pemain utama ini tampil paling pertama.
Tarian yang dilakukan menyerupai hewan-hewan menyesuaikan sesuai topeng yang dikenakan. Dalam tampilannya rombongan badud mengiringi rombongan petani.
Kesenian Bernuansa Mistis
Sebelum pertunjukan dilaksanakan, biasanya disiapkan sesaji untuk para karuhun (leluhur) yang telah meninggal atau roh-roh yang dipercaya memiliki kekuatan serta dapat melindungi masyarakat setempat.
Sesaji, selain berupa kemenyan, juga dilengkapi rujak mawar, rujak pisang, telur, daging mentah, air kopi, gula batu, cerutu, rokok klobot, dan sebagainya.
Ketika pertunjukan akan dimulai, sesaji itu diletakkan di tengah arena. Apabila di tengah pertunjukan ada pemain yang kesurupan dan menginginkan suatu jenis makanan dari sesaji tersebut, maka mereka tinggal mengambilnya.
Keunikannya, setiap binatang yang diperankan cenderung menginginkan jenis makanan yang sesuai dengan seleranya. Misalnya, harimau akan memilih daging mentah, sedangkan barongsay (ebeg) akan memilih berbagai jenis rujak.
Warga di Kampung Badud mayoritas memiliki pekerjaan sebagai petani karena di wilayahnya terdapat perkebunan.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram https://instagram.com/travellingindonesiacom?igshid=YmMyMTA2M2Y, Facebook https://www.facebook.com/groups/392631742735837/?ref=share, dan Twitter https://twitter.com/travell_in?t=lhFS4MS7pr5q0UBGCiZSdA&s=09.