• Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Management
  • About Us
  • Contact Us
Travelling Indonesia
Advertisement
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS
No Result
View All Result
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS
No Result
View All Result
Travelling Indonesia
No Result
View All Result
Home Art & Culture

Tari Legong Bali, Tarian Klasik Melegenda

Austin Devon by Austin Devon
August 18, 2022
in Art & Culture
Ilustrasi Tari Legong Bali

Ilustrasi Tari Legong Bali - Dok. Istimewa

Share on FacebookShare on Twitter

Travelling Indonesia – Tari legong, tiga gadis bermahkota bunga itu saling melenggak-lenggok gerakan klasik khas Bali. Dua orang sebagai tokoh legong, sedangkan satu lagi berperan menjadi condong alias pengemban putri raja.

Kerlingan mata yang ekspresif berpadu dengan koreo nan lincah. Kisah-kisah kolosal tentang kerajaan disisipkan dalam tarian. Alunan gamelan gong kebyar menambah keeksotisan tari legong lasem ini.

Tari legong merupakan salah satu ikon Bali di mata dunia. Konon, kata “legong” sendiri berasal dari gabungan kata “leg” yang berarti gerak tari yang luwes atau lentur atau lemah gemulai, dan kata “gong” yang artinya gamelan.

Jadi bisa dikatakan kalau gerakan-gerakan tari legong ini, terutama gerakan aksennya, bersenyawa dengan bunyi gamelan yang mengiringinya.

Ilustrasi Tari Legong Bali
Ilustrasi Tari Legong Bali

Asal-usul tari legong memiliki banyak versi. Salah satu versi popular mengacu pada Babad Dalem Sukawati, yang menyebut ide tarian ini berasal dari Raja Sukawati I Dewa Agung Made Karna sekira awal abad ke-18.

Ketika bersemedi, raja melihat sembilan bidadari menari di surga dengan mengenakan topeng, busana yang indah, dan hiasan kepala dari emas. Selesai bersemedi, raja menciptakan koreografi tari yang diiringi gamelan semar pegulingan seperti yang dilihatnya saat bersemedi.

“Genre tarian ini dikenal dengan berbagai macam: topeng sanghyang, sanghyang legong, topeng legong, legong ratu dari, dan legong dedari,” sebut Stephen Davies dalam “The Origins of Balinese Legong” dimuat Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde (BKI) Vol. 164 No. 2/3, 2008.

Ada banyak kemiripan antara tari topeng sanghyang dan legong, dari segi kostum, langkah dan gerakan tarian, maupun musik pengiringnya. Namun, perbedaannya jauh lebih mencolok daripada kesamaannya.

Ilustrasi Tari Legong Bali
Ilustrasi Tari Legong Bali

Alih-alih topeng sanghyang, Stephen Davies lebih yakin bahwa sumber utama tari legong adalah andir, tarian untuk pemuda tampan tanpa topeng, yang diciptakan I Gusti Ngurah Jelantik dari Blahbatuh, kini sebuah kecamatan di Gianyar, pada pertengahan abad ke-19.

Raja Gianyar I Dewa Manggis tertarik untuk membuat tarian untuk putri berdasarkan andir. Adaptasi dibuat oleh penari Anak Agung Rai Perit dan musisi I Dewa Ketut Belacing sekira tahun 1889.

Selain andir, legong mendapat pengaruh dari tarian lain seperti sanghyang dedari, topeng sanghyang, gambuh, calonarang. Menurut Stephen Davies, legong kemudian memiliki penampilan dan karakter khas dengan penambahan condong, yang juga terdapat pada drama gambuh, arja, wayang wong, dan calonarang.

“Saat ini condong biasa menari hanya di legong lasem, tapi dulu ia dimasukkan semua tarian legong,” sebut Davies.

Tari legong memang memiliki banyak varian, seperti legong candra kanta, legong kuntul, legong goak macok, legong kupu-kupu tarum, dan lain-lain. Nama variannya disesuaikan dengan cerita yang dikisahkan. Tapi yang popular dan kerap ditampilkan dalam pertunjukan wisata adalah tari legong lasem.

Legong lasem diciptakan oleh I Dewa Gde Rai Perit, seorang seniman dan bangsawan dari Gianyar, pada akhir abad ke-19. Disebut legong lasem karena tarian ini mengambil kisah dari cerita Panji tentang kasih tak sampai Prabu Lasem terhadap Diah Rangkesari.

Ilustrasi Tari Legong Bali
Ilustrasi Tari Legong Bali

Legong awalnya bersifat sakral karena dipentaskan di halaman pura dan puri (istana) pada hari-hari tertentu. Konon, para penarinya pun harus masih murni dan belum mengalami menstruasi. Namun kemudian legong keluar dari keraton dan dipentaskan di desa-desa, terutama pada upacara di pura, serta pada festival seni di Bali.

Menurut Rizki Prihartiningrum dan Yohanes Hanan Pamungkas dalam “Perkembangan Tari Legong Keraton Gaya Peliatan Tahun 1928-1954” di jurnal Avatara Vol. 2 No. 2, Juni 2014, pergeseran ini terjadi karena banyak penari yang menikah dan keluar dari istana. Apalagi setelah adanya serangan dari Belanda pada awal abad ke-19, banyak puri di Bali yang dibakar dan dimusnahkan.

“Raja kemudian mengizinkan tarian ini keluar dari tembok istana agar kesenian ini tidak begitu saja menghilang,” sebut Rizki dan Yohanes.

Di luar keraton, para penari kemudian mengajarkan tarian ini kepada gadis-gadis di desa. Tari legong pun berkembang pesat. Dari waktu-waktu, tari legong lasem mengalami perubahan bentuk dan struktur penyajiannya. Banyak desa di Bali mengembangkan tarian ini dengan berbagai gaya khas masing-masing.

Ilustrasi Tari Legong Bali
Ilustrasi Tari Legong Bali

Salah satunya yang aktif adalah Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Tarian ini juga mulai berubah fungsi menjadi hiburan rakyat yang dipentaskan di luar puri, yaitu halaman atau lapangan terbuka.

Biasanya tarian ini dipentaskan oleh dua orang gadis atau lebih. Tarian legong lasem biasanya terlebih dahulu, meskipun tidak selalu, menampilkan tokoh condong sebagai pembuka tarian. Ciri khas lain dari tarian ini adalah penarinya menggunakan kipas, kecuali tokoh condong.

Struktur penyajian tari legong lasem yang lengkap terdiri dari lima bagian. Meliputi papeson (pembukaan), pengawak (bagian utama), pengencet (pengembangan dari bagian utama), pengipuk (bagian percintaan atau pertempuran), dan pekaad (penutup).

Dalam bentuk lengkapnya, tari legong lasem berlangsung hingga 60 menit. Namun untuk kepentingan pariwisata biasanya dipotong menjadi sekitar 15 menit. Alih-alih gadis belia, sebagian besar penarinya berusia pertengahan dua puluhan. Gamelan pelegongan atau semar pegulingan yang secara tradisional mengiringi legong sudah jarang ditemui dan digantikan gamelan gong kebyar.

Ilustrasi Tari Legong Bali
Ilustrasi Tari Legong Bali

Michel Picard, pakar wisata yang meneliti masyarakat Bali dalam Bali: Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata menyebut legong menyebar dengan cepat ke berbagai penjuru Bali dan dipengaruhi oleh kebyar.

Gamelan pelenongan digantikan dengan gamelan gong kebyar. Iramanya dipercepat dan koreografinya diperbaharui. Dari semua kisah kolosal, legong lasem merupakan tari legong yang paling diminati di kalangan wisatawan.

“Legong tidak diragukan lagi adalah tarian yang paling terkenal di antara semua tarian Bali,” kata Picard.

Menyaksikan tari legong lasem yang klasik, eksotis, dan mengagumkan tentu saja menjadi hiburan tersendiri. Kostum berwarna cerah dengan lukisan daun-daun dan aksesori yang indah menambah kesan megah. Membuat tari legong lasem memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Facebook, Twitter dan TikTok.

Tags: BaliPeta Wisata IndonesiaSeni dan BudayaTari LegongTravelling Indonesia
Previous Post

Potensi Revenge Travel, Dongkrak Peningkatan Strategi Digital

Next Post

Sambut HUT ke-77, Jawa Barat Gelar Cycling De Jabar 2022

Related Posts

Tari Reogke, Wujud Kritik Bujanganong Terhadap Kekuasaan Raja
Art & Culture

Tari Reogke, Wujud Kritik Bujanganong Terhadap Kekuasaan Raja

June 12, 2025
Tari Busak Baku, Simbol Keindahan dan Harmoni Dayak Lundayeh
Art & Culture

Tari Busak Baku, Simbol Keindahan dan Harmoni Dayak Lundayeh

May 27, 2025
Belajar Kearifan Lokal Polewali Mandar Melalui Kacaping
Art & Culture

Belajar Kearifan Lokal Polewali Mandar Melalui Kacaping

May 23, 2025
Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung
Art & Culture

Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung

May 21, 2025
Jangkrik Genggong, Gaungkan Wisata Budaya Asal Pacitan
Art & Culture

Jangkrik Genggong, Gaungkan Wisata Budaya Asal Pacitan

May 15, 2025
Festival Tabuik, Upacara Adat Minangkabau di Pantai Pariaman
Art & Culture

Festival Tabuik, Upacara Adat Minangkabau di Pantai Pariaman

April 18, 2025
Next Post
Ilustrasi Cycling De Jabar 2022

Sambut HUT ke-77, Jawa Barat Gelar Cycling De Jabar 2022

Popular

  • Ilustrasi Kain Poleng khas Bali

    Makna Kain Poleng Bali, Simbol Rwa Bhineda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Destinasi Buduk Udan, Negeri di Atas Awan Versi Kaltara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menelusuri Alam Hijau Megamendung di Kencana Valley

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • BSD Secret Zoo, Edukasi Satwa Terbaru Karya Sinar Mas Land

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • SAKA Museum Masuk Kategori Terindah di Dunia versi Prix Versailles

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Recent News

Berbagai Event Menarik di Jakarta Sepanjang Juni 2025

Berbagai Event Menarik di Jakarta Sepanjang Juni 2025

June 13, 2025
Kolaborasi Pelaku Jasa Wisata di Banyuwangi Travel Mart 2025

Kolaborasi Pelaku Jasa Wisata di Banyuwangi Travel Mart 2025

June 12, 2025
Tari Reogke, Wujud Kritik Bujanganong Terhadap Kekuasaan Raja

Tari Reogke, Wujud Kritik Bujanganong Terhadap Kekuasaan Raja

June 12, 2025
Plataran Bromo Dinobatkan Jadi Destinasi Keluarga Terbaik

Plataran Bromo Dinobatkan Jadi Destinasi Keluarga Terbaik

June 11, 2025
Travelling Indonesia

Follow Us

  • Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Management
  • About Us
  • Contact Us

All Rights Reserved by travellingindonesia.com © 2022

No Result
View All Result
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS

All Rights Reserved by travellingindonesia.com © 2022