Travelling Indonesia – Koteka atau Holim dan Rok Rumbai merupakan salah dua pakaian adat dari Provinsi Papua. Sejatinya pakaian adat asal papua bukan sekedar hiasan, tetapi menyimpan makna mendalam.
Koteka adalah pakaian khusus yang dipakai untuk menutupi tubuh bagian bawah laki-laki bagi suku di Papua. Kata koteka berasal dari salah satu suku di Paniai yang artinya pakaian.
Sedangkan rok rumbai yang dibuat dari daun sagu kering dipakai kaum perempuan.
Baca:
- Garang Asem, Jadi Kuliner Primadona di Kudus
- Pulau Wangi-wangi, Pesona Dunia Bawah Laut Wakatobi
- Barong Ider Bumi, Ritual Adat Menolak Bala di Banyuwangi
Suku Dani adalah suku utama yang mendiami Lembah Baliem wilayah Pegunungan Tengah di Kabupaten Jayawiyaja dan Puncak Jaya.
Di sana pakaian tradisional berupa koteka untuk laki-laki yang terbuat dari buah labu yang dikeringkan.
Untuk perempuan adalah wah (rok) rumbai yang terbuat dari serat kayu atau rumput di daerah terpencil masih digunakan.
Papua memiliki bentuk pakaian yang hampir sama baik laki-laki dan perempuan. Model penutup badan bagian bawah dan bajunya sama.
Koteka
Dikutip dari buku Perhiasan Tradisional Indonesia (2000) karya Muhammad Husni dan Tiarma Rita Siregar, Koteka atau holim adalah pakaian tradisional yang unik untuk laki-laki terbuat dari labu cina (kalabasah) bentuknya runcing.
Pada bagian ujung diberi hiasan bulu burung atau bulu ayam hutan. Di mana berfungsi untuk menutup alat kelamin.
Untuk teknik penggunaan koteka agar tidak jatuh, diikat keseputar pinggang dengan tali halus berwarna hitam.
Untuk jenis ukuran koteka tergantung besar kecilnya fisik pemakai. Besarnya koteka juga sering hanya aksesoris bagi pemakai.
Ada dua ukuran koteka, yakni holim kecil (halus) dan holim pendek besar. Jenis koteka kecil terdapat di daerah lembah Baliem, terutama di Kecamatan Wamena Kota, Kecamatan Asologaima dan Kecamatan Kurulu, ukuran bagian bawahnya sedang dan atasnya runcing.
Rok Rumbai
Bentuk rumbai-rumbai digunakan sebagai rok oleh kaum wanita dipesisir pantai dan pedalaman pegunungan tengah.
Kelompok etnis yang menggunakan rumbai-rumbai adalah Sentani, Tobati, Enjros, Nafri, Biak Numfor, atau Yapen.
Rok rumabi-rumbai yang terbuat dari rajutan daun sagu sebagai bawahan dan penutup kepala berupa hiasan dari rambut ijuk, bulu burung kaswari, dan anyaman daun sagu.
Daun sagu yang dipakai untuk membuat rok rumbai diambil dari hutan. Kemudian dipotong, setelah dipotong daun sagu dijemur di bawa sinar matahari hingga kering atau daun sagu berubah warna menjadi putih berarti pertanda daun sagu sudah kering.
Daun sagu yang sudah kering inilah yang akan dijadikan bahan utama dalam membuat rok rumbai. Daun sagu kering akan dianyam sedemikian rupa sampai membentuk Ramn.
Cara memakainya dengan melilitkan ke pinggang dan diikat dengan simpul.
Makna Pakaian Adat
Pada umumnya koteka mengandunga nilai-nilai hidup yang baik penggunaannya, seperti nilai kebersamaan, nilai kepemimpinan, kebanggaan, kebesaran, penutup aurat, dan sebagainya.
Maka dapat dipahami bahwa Koteka merupakan salah satu hal yang cukup penting dalam kehidupan keseharian suku-suku bangsa di wilayah ekologis pegunungan tengah.
Bagi pria berwibawa dan terkenal dalam masyarakat, koteka yang digunakan harus berukuran besar dan panjang.
Seorang pria berwibawa dan gagah biasanya mengenakan koteka sambil memegang panah dan busur dengan tatapan wajah yang tajam ke alam bebas.
Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami; Instagram, Facebook, Twitter dan TikTok.