• Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Management
  • About Us
  • Contact Us
Travelling Indonesia
Advertisement
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS
No Result
View All Result
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS
No Result
View All Result
Travelling Indonesia
No Result
View All Result
Home Art & Culture

Makna Kain Poleng Bali, Simbol Rwa Bhineda

Beno Alfredo by Beno Alfredo
July 5, 2022
in Art & Culture
Ilustrasi Kain Poleng khas Bali

Ilustrasi Kain Poleng khas Bali - Dok. Istimewa

Share on FacebookShare on Twitter

Travelling Indonesia – Bali, terkenal mempunyai warisan seni dan budaya yang tak terhingga.

Sering kita dijumpai di Pulau Bali yakni adanya kain kotak-kotak bewarna hitam dan putih. Orang Bali menyebutnya kain Poleng. Kain ini bisa ditemukan di jalan-jalan, pohon besar, patung, gapura, hingga tempat sembahyang umat Hindu.

Penggunaan kata “poleng’’, dalam bahasa Bali, memiliki makna bercorak kotak-kotak seperti papan catur. Lewat pengaturan yang seimbang dan teratur, dua warna tersebut kemudian menghasilkan motif yang disebut sebagai motif poleng.

Kain poleng memiliki arti penting dan sakral dalam kehidupan masyarakat di Bali. Seperti yin dan yang pada budaya Tionghoa, kain poleng dimaknai sebagai simbol Rwa Bhineda, yang artinya representasi dua sifat yang berbeda atau bertolak belakang, digambarkan lewat warna hitam dan putih.

Konsep ini melambangkan keseimbangan alam seperti adanya atas dan bawah, kanan dan kiri, pagi dan malam, benar dan salah, baik dan buruk dan masih banyak lagi.

Penanda Keberadaan Roh Para Butha

Kain Poleng Bali

Makna pada kain poleng tidak hanya terdapat pada motifnya saja, tetapi pada sosok yang mengenakannya dalam upacara atau ritual tertentu. Kain poleng juga lekat dengan kehidupan religius umat Hindu di Bali. Ia biasanya disematkan atau dililitkan pada benda-benda tertentu seperti pohon, patung, dwarapala dan tempat sembahyang seperti pelinggih.

Penyematan kain poleng terhadap objek-objek tertentu ini penuh arti. Masyarakat Bali percaya bahwa pohon besar atau patung yang telah dibungkus kain poleng, menjadi stana atau tempat bersemayam sosok-sosok yang dapat “menghitam-putihkan” kehidupan di dunia.

Masyarakat juga menganggap bahwa pohon-pohon yang batangnya dililiti kain poleng, merupakan pohon yang angker atau dalam bahasa setempat disebut tenget. Akhirnya, kain poleng menjadi penanda bahwa pada area atau objek tertentu, ada roh para butha atau penunggu. Kesakralan beberapa area dengan objek-objek tersebut, akan dijaga oleh masyarakat setempat dengan secara rutin memberikan sesaji setelah umat selesai bersembahyang di pura.

Kain Poleng Bali

Sementara lilitan kain poleng pada pepohonan besar, memiliki dampak yang baik, karena itu tandanya, pohon-pohon besar itu tidak akan ditebang. Hal ini juga yang membuat pohon-pohon besar tetap tumbuh dan lestari di lingkungan Pulau Dewata.

Terkadang kain poleng juga diletakkan pada area pekarangan rumah. Itu artinya, kain poleng dianggap sebagai pelindung atau penunggu karang yang bertujuan dapat melindungi energi negatif serta berbagai hal yang buruk menimpa keluarga. Apabila hal-hal buruk datang, maka penunggu karang akan melindungi dan menangkal energi itu dan mengirimkannya kembali kepada sosok yang mengirimnya.

Selain pada objek yang sakral, kain poleng juga dapat ditemui pada benda-benda yang biasa. Kain poleng juga bisa digunakan untuk hal-hal yang umum tidak bersifat religi dan sakral. Hal ini bisa dijumpai saat kain poleng digunakan sebagai umbul-umbul, payung, penutup meja, hingga dekorasi untuk menghias benda-benda hotel misalnya.

Penggunaan kain poleng pada benda-benda yang tak sakral biasanya dikolaborasikan atau ditambahkan dengan motif dan corak baru, sehingga dikenal sebagai poleng anyar.

Kain Poleng Bali

Dalam kesenian tradisional Bali, kain poleng digunakan pada berbagai seni tari, seni drama dan pewayangan. Contohnya, pada pakaian atau kostum para penari Tari Kecak, kain poleng dipakai pada bagian kamen. Selain dalam seni, kain poleng biasanya dikenakan oleh para pecalang atau petugas keamanan di desa adat ketika sedang bertugas.

Kain poleng atau saput poleng ini sudah dianggap sebagai seragam untuk para pecalang. Hal ini juga dituliskan dalam Lontar Purwadigama yang menjelaskan bahwa sebaiknya seorang pecalang paling tidak menggunakan udeng khusus (ikat kepala khas Bali) yang berbeda dengan udeng yang dipakai pejabat kerajaan (patih). Menggunakan kamen atau kain dengan ujung yang menusuk ke tanah, mekampuh poleng atau mengenakan kain poleng dan lain-lain.

Dengan menggunakan kain poleng, para pecalang diingatkan untuk bercermin dari makna filosofis yang dimiliki oleh kain poleng, sehingga dapat sigap (celang) dan selalu waspada saat menjaga keamanan dalam lingkungan desa adat, sehingga dapat tercipta situasi yang harmonis serta tertib.

Ragam Kain Poleng

Kain Poleng Bali

Kain poleng tidak bewarna kotak-kotak hitam putih saja. Ada ragam jenis yang termasuk bagian dari kain poleng. Pertama, Kain Poleng Rwa Bhineda yaitu motif yang paling populer dan mudah ditemui dengan warna hitam dan putih.

Kain jenis ini mengimplementasikan konsep Rwa Bhineda yang menekankan bahwa terdapat dua hal berlainan yang tidak dapat dipisahkan. Kain jenis ini biasanya dikenakan oleh para pecalang, agar diharapkan dapat membedakan antara tindakan benar dan salah hingga perbuatan yang baik dan buruk.

Kedua, Kain Poleng Sudhamala yang memiliki warna campuran antara hitam dan putih yaitu warna abu-abu. Sehingga dalam motif ini, terdapat tiga warna yang menyusun motifnya yaitu warna hitam, putih dan abu-abu.

Kain Poleng Bali

Warna abu-abu ini dimaknai sebagai sifat perantara dan penyeimbang antara hitam dan putih. Selain keseimbangan, Poleng Sudharmala ini juga dianggap menggambarkan kecerdasan. Alasannya, pengguna kain ini dinilai cerdas karena dapat berbicara, berpikir dan berperilaku sesuai dengan ajaran Dharma dan membedakan antara benar dan salah, baik dan buruk.

Ketiga, Kain Poleng Tridatu yang memiliki tiga warna penyusun yaitu hitam, putih dan merah. Ketiga warna ini dianggap menyimbolkan ajaran Triguna, yaitu ajaran tentang tiga sifat yang memengaruhi manusia. Warna putih dianggap sebagai perlambang sifat ketenangan dan kebijaksanaan. Warna hitam diartikan sebagai simbol dari sifat terhambat dan kemalasan. Sedangkan warna merah dianggap sebagai sikap berenergi dan dinamis.

Ketiga warna ini juga dimaknai sebagai Dewa Tri Murti yang dilambangkan dengan warna merah sebagai simbol penciptaan atau Dewa Brahmana, warna hitam menyimbolkan pemeliharaan atau Dewa Wisnu, dan warna merah melambangkan peleburan atau Dewa Siwa.

Ketiga jenis kain poleng dapat diperoleh dalam bentuk kain katun hingga kain sutra. Tak lupa, secara umum, ketiga jenis kain ini tetap memiliki satu fungsi yang sama yaitu menggambarkan kehidupan dan memberikan pesan kepada manusia untuk menjaga keseimbangan sesuai dengan fiilosofi yang dimilikinya. Bila manusia bisa mengaplikasikan filosofi yang terdapat pada kain poleng, niscaya kedamaian dan keharmonisan akan mudah dirasakan dalam hidup.

Dapatkan sejumlah berita terkini setiap harinya hanya di Travelling Indonesia, dan jangan lupa follow sejumlah akun media sosial kami Instagram, Facebook dan Twitter.

Tags: Art and CultureBaliKain PolengPeta Wisata IndonesiaSeni dan BudayaTravelling Indonesia
Previous Post

Dadih, Yogurt Tradisional khas Minangkabau

Next Post

Basarnas Bergegas Cari Hilangnya 2 Peserta Mantra Summit di Gunung Arjuno

Related Posts

Tari Reogke, Wujud Kritik Bujanganong Terhadap Kekuasaan Raja
Art & Culture

Tari Reogke, Wujud Kritik Bujanganong Terhadap Kekuasaan Raja

June 12, 2025
Tari Busak Baku, Simbol Keindahan dan Harmoni Dayak Lundayeh
Art & Culture

Tari Busak Baku, Simbol Keindahan dan Harmoni Dayak Lundayeh

May 27, 2025
Belajar Kearifan Lokal Polewali Mandar Melalui Kacaping
Art & Culture

Belajar Kearifan Lokal Polewali Mandar Melalui Kacaping

May 23, 2025
Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung
Art & Culture

Tari Melinting, Warisan Budaya Kerajaan Lampung

May 21, 2025
Jangkrik Genggong, Gaungkan Wisata Budaya Asal Pacitan
Art & Culture

Jangkrik Genggong, Gaungkan Wisata Budaya Asal Pacitan

May 15, 2025
Festival Tabuik, Upacara Adat Minangkabau di Pantai Pariaman
Art & Culture

Festival Tabuik, Upacara Adat Minangkabau di Pantai Pariaman

April 18, 2025
Next Post
Ilustrasi Gunung Arjuno

Basarnas Bergegas Cari Hilangnya 2 Peserta Mantra Summit di Gunung Arjuno

Popular

  • Ilustrasi Kain Poleng khas Bali

    Makna Kain Poleng Bali, Simbol Rwa Bhineda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Destinasi Buduk Udan, Negeri di Atas Awan Versi Kaltara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menelusuri Alam Hijau Megamendung di Kencana Valley

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • BSD Secret Zoo, Edukasi Satwa Terbaru Karya Sinar Mas Land

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • SAKA Museum Masuk Kategori Terindah di Dunia versi Prix Versailles

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Recent News

Berbagai Event Menarik di Jakarta Sepanjang Juni 2025

Berbagai Event Menarik di Jakarta Sepanjang Juni 2025

June 13, 2025
Kolaborasi Pelaku Jasa Wisata di Banyuwangi Travel Mart 2025

Kolaborasi Pelaku Jasa Wisata di Banyuwangi Travel Mart 2025

June 12, 2025
Tari Reogke, Wujud Kritik Bujanganong Terhadap Kekuasaan Raja

Tari Reogke, Wujud Kritik Bujanganong Terhadap Kekuasaan Raja

June 12, 2025
Plataran Bromo Dinobatkan Jadi Destinasi Keluarga Terbaik

Plataran Bromo Dinobatkan Jadi Destinasi Keluarga Terbaik

June 11, 2025
Travelling Indonesia

Follow Us

  • Cyber Media News Coverage Guidelines
  • Management
  • About Us
  • Contact Us

All Rights Reserved by travellingindonesia.com © 2022

No Result
View All Result
  • HOME
  • DESTINATION
  • SPORT TOURISM
  • FOOD
  • ART & CULTURE
  • HOTEL
  • TRAVEL
  • EVENT
  • MERCHANDISE
  • HITS

All Rights Reserved by travellingindonesia.com © 2022